"Aku bilang keluar!" murka Keynand. Sementara Viona dengan lancangnya langsung mengambil alih bayi dalam gendongan Keynand lalu mendekapnya untuk memberikan kehangatan pada bayi itu. Mendadak bayi mungil itu berhenti menangis.
Sontak membuat Keynand terkejut sampai terheran-heran melihat bayinya berhenti menangis dalam gendongan Viona.
"Tolong berikan dot susu bayinya. Sepertinya dia lapar." lirih Viona dengan mata berkaca-kaca.
Keynand segera memberikan botol susu yang berisi susu formula untuk bayinya dan Viona mengambilnya cepat lalu membantu bayi mungil itu menyusu.
Dengan lahapnya bayi mungil itu langsung menyusu dan tanpa henti menyedot susunya dengan begitu rakusnya. Viona langsung tersenyum tipis sambil mendekap hangat bayi mungil itu.
Keynand hanya mampu memperhatikan bayinya, hingga dia pun bernafas lega melihat bayinya menyusu dengan lahapnya.
Tak berselang lama, bayi dalam gendongan Viona akhirnya tertidur pulas dan begitu nyaman berada dalam dekapan hangat wanita singel itu.
"Dia sudah tertidur." ucap Viona dengan suara berbisik.
"Cepat baringkan di atas ranjang." perintah Keynand. Pasalnya dia belum sempat mempersiapkan tempat tidur untuk bayinya dan segala perlengkapan lainnya di dalam kamar tersebut.
Dengan hati-hati Viona ingin membaringkan bayi mungil itu, namun mendadak bayi mungil itu menggeliat sambil mengusap wajahnya menggunakan tangan kecilnya. Hal tersebut membuat Viona tidak tega untuk menurunkannya dari gendongannya. Jangan sampai bayi mungil itu kembali terbangun.
"Kenapa?" Keynand menatap tajam ke arah Viona, lalu mendekat ke arah wanita tawanannya karena tak kunjung menurunkan bayinya.
"Aku kasihan kepadanya, jangan sampai dia kembali terbangun." ucap Viona dan memilih duduk di pinggir ranjang.
Keynand terdiam mendengar ucapan Viona. Memang ada benarnya yang diucapkan wanita tawanannya itu.
"Biarkan dia berada dalam gendonganku, sepertinya dia nyaman mendapatkan dekapan hangat dariku." ucap Viona sambil memandangi wajah tak berdosa bayi mungil nan cantik itu.
Keynand menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu memilih duduk di kursi di samping ranjang. Posisinya dengan Viona saling berhadapan. Dia terus mengawasi gerak-gerik tawanannya itu.
Suasana dalam kamar tersebut menjadi hening, tidak ada obrolan yang mereka ciptakan. Viona sesekali menguap yang sudah merasakan kantuk luar biasa, namun dia berusaha untuk tetap terjaga beberapa menit lagi.
Sementara Keynand sudah memejamkan matanya dan tidak bisa menahan rasa kantuknya. Matanya sudah berat dan butuh diistirahatkan.
Tiba-tiba saja bayi mungil dalam gendongan Viona kembali terbangun dan langsung menangis kencang. Sontak Keynand yang tengah duduk di kursi dengan mata terpejam langsung terlonjat kaget mendengar suara tangis bayinya.
Sementara itu, Viona tampak panik, dia sama sekali tidak tahu menahu tentang mengurus bayi.
"Jangan-jangan dia lapar lagi." gumam Viona hanya menebaknya saja. Dan tebakannya memanglah benar. Karena setiap dua jam sekali bayi kembali lapar dan harus kembali menyusu dan hal itu memanglah benar.
Oeeee....oeeeekk
Keynand hanya mampu memijit keningnya mendengar suara tangis bayinya, sungguh dia pun tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan bayinya.
"Tolong buatkan dia susu, aku yakin dia lapar." ucap Viona memelas melirik ke arah Keynand.
"Tunggu sebentar!" ucap Keynand kemudian bergerak cepat membuatkan susu untuk bayinya.
Tak berselang lama kemudian, Keynand kembali datang menghampirinya membawa botol susu. Dengan cepat Viona langsung mengambil botol susu ditangan Keynand lalu kembali membantu bayi mungil itu menyusu.
Selesai menyusu, lagi-lagi bayi mungil itu kembali tertidur pulas, dengan hati-hati Viona membaringkannya di atas ranjang dan tidak lupa merapikan selimut bayinya.
Viona kembali memandangi wajah teduh dan tak berdosa bayi mungil nan cantik itu. Dia merasakan perasaan yang berbeda hanya memandanginya.
"Sebaiknya kau keluar, aku sendiri yang akan menjaga bayiku." ucap Keynand dengan tegasnya sambil bersedekap menatap tajam Viona.
"Baik kak..emm maksudku baik tuan." ucap Viona dengan pandangan tertunduk, lalu bergegas keluar dari kamar tersebut.
Ketika berada di ambang pintu, tiba-tiba Viona menghentikan langkahnya dan kembali berbalik badan menatap ke arah ranjang, dimana bayi mungil itu sedang tertidur pulas.
"Selamat malam baby girl." gumamnya tersenyum tipis lalu melangkah keluar dari kamar tersebut.
Setelah tawanannya benar-benar keluar dari kamarnya, barulah Keynand memilih membaringkan tubuhnya di samping sang bayi.
"Sayang, aku yakin kau sudah tenang di alam sana. Tapi perlu kau tahu, aku mengaggap kau masih berada di sisiku. Sekarang, aku dan putri kita mulai merindukanmu " gumam Keynand dengan mata berkaca-kaca yang kembali kepikiran dengan mendiang istrinya.
"Lihatlah bayi kita, wajahnya begitu mirip dengan wajahmu, sayang. Dia sangat cantik dan ketika dia dewasa sudah pasti pria akan berlomba-lomba untuk menjadikannya kekasih. Andai saja jika waktu bisa diputar kembali, aku ingin kita menjadi keluarga utuh. Merawat bayi kita bersama-sama hingga dewasa, kita bisa jalan bareng mengerjakan sesuatu bersama." ucap Keynand dengan perasaan sesak di dada.
Jauh-jauh hari Keynand dan mendiang sang istri sudah merencanakan tentang tugas yang harus mereka lakukan ketika memiliki anak. Dan Keynand masih mengingat segala kenangan yang tersisa bersama mendiang sang istri.
*
*
*
Keesokan harinya.....
Di dalam kamar mewah kembali terdengar suara tangis bayi yang begitu bising hingga mampu membangunkan sosok pria yang terlihat begitu lelah dengan lingkaran hitam tampak jelas di bawah matanya.
Pria itu hanya mampu menghela nafas lalu menggendong bayinya. Semalaman dia terjaga semata-mata untuk menjaga bayinya. Dia pun memutuskan keluar dari kamarnya untuk mencari tawanannya.
"Viona!" teriaknya memanggil nama tawanannya.
Tampak Viona yang baru saja selesai membuat sarapan langsung berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Ada apa tuan?" tanya Viona dengan deru nafas ngos-ngosan.
"Tenangkan bayiku, kepalaku sangat pusing habis begadang semalaman. Aku masih butuh istirahat sebentar." ucap Keynand raut wajah lelah yang masih bermuka bantal. Rambutnya bahkan terlihat acak-acakan.
"Baik tuan." ucap Viona sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil bayi dalam gendongan Keynand.
Dengan penuh kasih, Viona menggendong bayi mungil itu dan mencoba menenangkannya agar bayi mungil itu berhenti menangis. Dia pun memutuskan untuk membawanya ke kamar melihat popok bayinya sudah mengembung keluar.
"Pantas saja kau tidak nyaman baby, rupanya popokmu harus diganti." ucap Viona tersenyum. Sekalian dia memandikan bayi mungil itu dengan air hangat.
Kembali bayi mungil itu menangis saat air hangat menyentuh permukaan kulitnya. Namun Viona berusaha untuk membuatnya nyaman dan dia tidak tinggal diam untuk membuat bayi itu tersenyum. Hingga suara tangis bayi itu berganti dengan suara-suara khas bayi yang seolah sedang mengajaknya berbicara.
Viona hanya mampu tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti gumaman bayi mungil itu.
"Emm, wanginya. Kau sangat menggemaskan baby." ucap Viona tersenyum mencium aroma sabun khas bayi yang membuatnya betah untuk menciumnya.
Dengan cekatan Viona mulai memakaikan pakaian di tubuh bayi mungil itu. Setelah selesai dia pun membawanya berjemur di balkon kamar. Entah mengapa Viona langsung sayang kepada bayi yang belum memiliki nama itu.
Diam-diam Keynand memperhatikannya dari balik jendela kamar.
"Apa perlu aku menjadikannya sebagai pengasuh untuk putriku?" gumam Keynand menatap ke arah mereka.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fatma
lanjut dong thor
2023-04-08
0
Dewi
lanjut
2023-04-08
0
Dhiyaa
keynand jgn galak² donk😔
2023-04-08
2