Malam itu, Kanaya masih berada di hotel dia masih sakit hati, dan mulai kembali menangis dan menangis lagi.
Entah sudah berapa lama dia menangis di sana.
Seolah semua kesedihan akhirnya menumpuk lagi malam itu memasuki hatinya.
Hanya, apakah Tristan sudah tidak mengangkat janji yang mereka buat penting lagi?
Sial
Kanaya yang dipenuhi kemarahan itu mulai mengacak-acak barang-barang yang ada di hotel, membuat tempat itu menjadi penuh kekacauan.
"Tristan Brengsek!!"
Dia mulai berteriak dengan keras mungkin karena sangat kesal.
Ruangan itu adalah sebuah ruangan tetap suara yang di tidak masalah apakah akan berteriak sepuasnya.
Kanaya hatinya saat ini dipenuhi selain dengan kesedihan juga dengan kemarahan.
Marah pada dirinya sendiri kenapa dirinya bisa menangis karena Tristan.
Marah pada dirinya sendiri karena bisa-bisanya dirinya memaafkan pria itu.
Masih marah pada dirinya sendiri, kenapa dirinya masih tetap jatuh cinta pada pria itu.
Kanaya saat ini merasa hancur dan tiba-tiba sebuah pikiran lama yang tidak muncul dalam benaknya segera kembali muncul.
Bahwa dirinya bukanlah, seseorang yang layak untuk di cintai.
Sebuah kenangan buruk mulai muncul kembali dalam hidupnya.
'Kamu hanya gadis pembawa sial kemanapun kamu pergi, tidak akan ada seseorang yang mencintaimu, jika ada, kamu hanya akan membuat kesialan bagi orang itu sehingga dia akan membenci dan meninggalkanmu,'
Kata-kata pedas dari seseorang yang Kanaya panggil Ayah.
Ini membuat Kanaya berpikir, apakah dirinya sebenarnya hanya pembawa sial untuk Tristan?
Setelah semua dalam hubungan rahasia yang mereka miliki, Tristan yang selalu merasa terbebani lebih dari apapun.
Dirinya hanyalah sebuah beban yang mengikat rantai di tangan dan kaki Tristan, membuat pria itu tidak bisa bebas.
Sebuah beban berat yang bisa menghalangi Tristan, dari mimpinya untuk menjadi Pewaris Keluarganya.
Karena Tristan jatuh cinta padanya, Tristan memiliki nasib yang buruk, dan memiliki posisi yang sulit dalam keluarganya, karena sering menolak jika ada acara perjodohan bisnis.
Bahkan walaupun hubungan mereka belum terungkap.
Jadi bagaimana jika hubungan mereka sampai terungkap?
Tristan mungkin bisa saja di tendang dari Keluarganya.
Dirinya memang sebuah beban yang sangat berat untuk pria itu.
Sesuatu yang benar-benar tidak layak untuk ditanggung.
Semakin kesini, pikiran Kanaya penuh dengan semua pikiran negatif.
Bahwa, dirinya tidak layak untuk dicintai.
Mungkin memang benar jika Tristan menikah dengan wanita lain.
Jadi tidak perlu terbebani oleh hubungan mereka yang tidak direstui ini.
Tristan pasti akan lebih mudah untuk terus mengejar mimpinya dengan dukungan seluruh keluarganya.
Daripada dengan dirinya yang hanya akan membuat nasib buruk untuk Tristan.
Dirinya yang memang tidak berharga.
Kanaya selalu memiliki kecenderungan buruk, dan gangguan kecemasan yang buruk.
Mulai mencari kesekeliling tempat itu, hingga menemukan sebuah pecahan kaca.
Tepat saat itu tiba-tiba sebuah pintu terbuka.
Sosok yang masuk dari pintu itu adalah wajah yang familiar.
Tristan tentu saja merasa sangat kaget ketika mulai memasuki ruangan hotel itu, dimana di sana hanya tersisa kekacauan.
Barang-barang tergeletak dan tersebar di mana saja seolah itu adalah kapal pecah.
Tidak hanya itu saat ini, penampilan Kanaya benar-benar terlihat sangat berantakan.
Sambut yang cukup acak-acakan dan baju yang sedikit tidak benar.
Ada lingkaran hitam dibawah matanya.
Kanaya saat ini benar-benar terlihat memiliki wajah yang begitu frustasi dan hancur.
Terlebih, ada sebuah pecahan kaca di tangan Kanaya yang sepertinya melukainya.
"Kanaya, Apa yang kamu lakukan?" Tristan lalu segera mendekati Kanaya, mengambil hal-hal di tangan Kanaya, melemparkannya jauh-jauh.
Tristan, yang melihat keadaan Kanaya jelas saja merasa bersalah.
Tristan tahu, ada beberapa saat dimana Kanaya sedang tidak stabil seperti itu, itu adalah bawaan dari trauma masa lalu yang Gadis itu miliki.
Dan ketika melihat kejadian ini rasa bersalah dan kesedihan memasuki hati Tristan.
Lagi-lagi, dirinya harus membuat Kanaya merasa sedih dan menagis.
Padahal, dulu saat mereka berdua awal berkencan, dirinya berjanji pada Kanaya, hanya akan membuat Gadis itu merasa sangat bahagia.
Membuat Kanaya selalu bisa tersenyum, dan lolos dari neraka yang selalu dia tinggali.
Dirinya berjanji, agar selalu membuat Kanaya menjadi seorang gadis yang paling bahagia di dunia ini karena di lahirkan, membuat Kanaya sangat dicintai.
Agar, Kanaya melupakan segala masa lalu buruk yang dimilikinya.
Namun, kali ini yang Tristan lakukan malah hanya membuat Gadis itu menangis dan sedih seperti ini.
"Apa? Bukankah menurutmu lebih baik jika tidak ada aku disampingmu?"
Kata-kata Kanaya terlihat begitu dingin ketika mengatakannya.
Tristan tidak menanggapi kata-kata itu hanya segera membawa Gadis itu ke dalam pelukannya mencoba untuk menenangkannya.
"Kanaya... Ini semua adalah salahku...."
"Berapa kali kamu mengatakan semua itu? Ini semua bukan salahmu, ini semua hanyalah salahku, dari awal ini adalah salahku, untuk ada di sampingmu, aku hanyalah sebuah penghalang dalam hidupmu,"
Kanaya mengatakan itu sambil menangis mencoba melepaskan diri dari pelukan Tristan.
"Kanaya, apa yang baru saja kamu katakan? Beban apa? Kamu adalah wanita yang paling Aku cintai, Aku tidak pernah menganggapmu sebagai beban selama ini,"
Tristan mencoba untuk terus memeluk Kanaya.
"Tidak ada hal baik jika kita terus bersama lagi pula kamu sudah menikah, Mungkin memang takdir berkata lain. dari awal aku hanyalah seseorang yang menjadi pembawa sial untukmu, kamu pasti sangat merasa buruk karena bisa jatuh cinta pada gadis sepertiku,"
Kata-kata itu terdengar penuh dengan kesedihan dan rasa frustasi.
"Tidak Kanaya, Itu semua tidak benar. Berapa kali aku harus bilang padamu? Aku hanya sangat mencintaimu, Aku ingin bersamamu karena aku sangat menyukaimu karena aku tidak bisa hidup tanpamu, kamu adalah sesuatu yang sangat berharga, jadi jangan pernah mengatakan hal-hal seperti itu lagi menganggap dirimu tidak berharga,"
"Namun kamu sudah menikah dengan wanita lain Bukankah memang lebih baik seperti ini? Dia mungkin akan memberikan keberuntungan padamu berbeda denganku yang hanya memberimu kesulitan dan kesialan selama ini, Pasti sangat sulit bukan harus berkencan diam-diam denganku?"
Tristan yang mendengar kata-kata itu hatinya tiba-tiba menjadi begitu sakit merasa bahwa dirinya mungkin sudah menyakiti Kanaya begitu dalam.
Tadi siang saat di pesta, mungkin Kanaya lebih banyak menahan dirinya dan juga emosinya.
Dan sekarang, mungkin hal-hal itu segera meledak.
"Tidak, untukku Kamu adalah pembawa keberuntungan Bukankah kamu tahu? Sejak aku bersama denganmu, aku menjadi semakin dekat dengan mimpiku, karena kamu berada di sisiku selama ini aku sampai pada posisiku sekarang dan bisa mendapatkan pengakuan dari keluargaku, walaupun hal-hal masih sulit namun karena kamu disisiku aku bisa memiliki semangat sampai seperti ini, Ini semua karena kamu, jika tidak, mungkin aku sudah lama putus asa dengan posisiku di Keluargaku,"
Kanaya yang mendengar itu hanya segera terdiam.
"Tapi...."
Kanaya belum mengatakan apa-apa namun, Tristan segera mencium bibirnya.
Itu hanya ciuman singkat.
"Kanaya, itu adalah karena kamu aku bisa menjadi seperti ini, jadi jangan pernah katakan kamu membawa kesialan padaku? Aku benar-benar minta maaf soal malam ini ada hal-hal mendesak yang harus aku lakukan,"
Kanaya masih diam sekarang masih tidak tahu harus berkata apa.
Kanaya juga melihat bagaimana, Tristan memiliki ekspresi sedih di wajahnya, dan seolah air mata mungkin akan keluar, jika mendengar penolakan.
Ekpersi yang tidak bisa Kanaya tolak.
"Aku benar-benar marah kamu tidak menepati janjimu berpikir bahwa aku tidak penting lagi untukmu,"
"Kanaya, kamu itu jelas sangat penting untukku Apakah kamu tidak mengerti?"
"Tapi kamu mengabaikan janjimu kamu bahkan berbohong padaku,"
"Ya, Aku akui aku sangat salah karena melanggar janjiku, hal-hal ini benar-benar mendesak,"
"Aku tidak tahu harus berkata apa aku lebih memilih untuk mencoba mendengar alasanmu,"
Kanaya seolah sudah kembali ke dirinya semula setelah mendengar beberapa kata penghiburan dari pria yang ada di depannya.
Ya, Kanaya memang selalu merasa lemah dengan bisikan-bisikan penuh cinta dari pria yang ada di hadapannya itu.
Kelemahan yang menurut Kanaya merepotkan.
Tristan, lalu mulai menceritakan tentang Istrinya yang bernama Elena itu, tiba-tiba terpeleset dan jatuh setelah Acara selesai, dan harus membawanya ke Rumah Sakit, sempat mengalami masa-masa sulit di Rumah Sakit, jadi Tristan harus menjaganya.
Kanaya yang mendengar alasan itu hanya terdiam seolah sedang memikirkan respon seperti apa yang sebaiknya dirinya berikan.
Ya, Kanaya merasa sangat mengerti tentang posisi pria yang ada di depannya begitu sulit.
Namun tetap saja Kanaya merasa marah.
"Jadi sekarang untukmu aku hanyalah nomor 2 bukan lagi prioritas untukmu,"
Tristan yang mendengar itu segera merasa kaget dan berkata dengan cepat,
"Tidak, Kanaya, kamu harus tahu yang paling penting untukku adalah kamu,"
"Namun kamu lebih memilih dia daripada janji yang kamu buat,"
Tristan yang mendengar itu segera menjadi diam.
Kanaya yang melihat pria yang di depannya itu diam segera menjadi marah.
"Setelah semua, dia masih mengandung calon anakmu, jelas dia penting bukan? Aku Bukan siapa-siapamu aku pasti tidaklah penting,"
"Kanaya, jangan bilang seperti itu,"
"Aku hanya mengatakan kenyataan, kamu masih sangat peduli dengan Istri mu itu,"
"Tidak, tidak seperti itu,"
"Bahkan, walaupun kamu menyangkalnya namun tindakanmu jelas sekali terlihat, kamu pasti peduli dengan anak yang dia kandung,"
Tristan menjadi diam.
"Kenapa diam? Jawabanku benar bukan?"
"Aku hanya merasa sedikit bersalah,"
"Semua hal dimulai dari itu, rasa bersalah, simpati lalu jatuh cinta,"
"Aku tidak pernah akan melakukannya,"
"Bagaimana aku bisa percaya padamu sekarang? Setelah kamu melanggar janji ini? Seberapa banyak janji yang akan kamu langgar di masa depan?"
"Aku bersumpah tidak akan pernah melanggar janjiku lagi, aku pasti akan menjadikanmu Prioritasku,"
Kanaya yang mendengar itu segera berkata dengan nada dingin,
"Aku tidak percaya,"
"Apa yang harus aku lakukan untuk kamu percaya? Aku kali ini akan melakukan apa saja untukmu,"
Kanaya terdiam sebentar lalu segera mengatakan hal-hal yang tidak pernah Tristan kira.
"Jadi, apakah kamu bisa membuat wanita itu keguguran saja?"
Kanaya mengatakan itu dengan kata-kata yang cukup dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
artsiska
mampir di karyaku thor.. ditunggu feedbacknya ya
2023-04-11
2