Saat ini di sebuah jalanan yang cukup sepi terlihat sebuah mobil mulai berjalan cukup kencang, seolah sedang menantang maut.
Mobil itu berisi seorang gadis, yang menganakan sebuah kacamata hitam.
Ya, gadis itu adalah Kanaya, tepat setelah keluar dari Aula Pesta itu, dan mulai menaiki mobilnya Kanaya menagis.
Semua emosi segera muncul di dalam dirinya, tetap saja untuk Kanaya hal-hal yang diringkas hari ini dan lihat hari ini adalah sesuatu yang sangat berat.
Tidak pernah mengira, jika dirinya akan melihat pria yang paling dicintainya itu menikah dengan wanita lain yang bukan dirinya.
Walaupun tadi dirinya mencoba bersikap tenang di depan Tristan, tetap saja rasa sakit dan kecewa masih ada di hatinya.
Rasanya, penghianatan dan kebohongan Tristan masih terasa sangat menyakitkan.
Ya, satu bulan berlalu bukan?
Namun, Tristan tidak pernah bercerita apa-apa padanya selama ini, seolah hubungan mereka selalu terlihat baik-baik saja dan menyembunyikan semua ini dan baru terungkap hari ini.
Terasa sangat menyakitkan, namun dirinya sanggup untuk memaafkan.
Karena dirinya tidak mau kehilangan pria yang paling dicintainya itu.
Bagaimana bisa dirinya melepaskan Tristan?
Apakah itu artinya, perjuangan dan usaha yang telah dirinya lakukan selama ini menjadi hal yang sia-sia?
Kanaya merasa tidak tahan, jadi dia mulai menyetir mobilnya lebih kencang dan lebih kencang lagi seolah sedang menghilangkan rasa frustasi.
Kanaya tidak bisa untuk tidak berpikir tentang apakah Tristan akan menepati janjinya?
Bagaimana jika Tristan tidak hadir?
Mungkin karena mulai kurang fokus, Kanaya mulai menghentikan mobilnya.
Tepat saat itu, ponselnya berbunyi.
Kanaya, mulai menghapus air mata di balik kacamatanya, mencoba menenangkan dirinya lalu menjawab telepon itu.
Ada suara seorang pria tua dari balik telepon.
'Kanaya, kemana kamu? Apakah kamu tidak ingat jika ada meeting dengan Klien? Aku dengar kamu pergi ke Pernikahan Tuan Muda dari Keluarga Norris? Buat apa pula kamu datang ke pernikahan tidak tahu malu itu?'
Itu adalah suara dari Kakek Kanaya, yang saat ini masih menjadi CEO di Perusahaan Keluarga.
Alaan kenapa dirinya repot-repot datang ke Pernikahan itu?
"Ini adalah Perintah Ayah, ayah hanya ingin tahu kekacauan apa yang di buat Tuan Muda Keluarga Norris itu,"
Lalu ada suara tawa dari balik telepon.
'Ah, benar sekali, aku juga barusan mendapatkan beberapa gosip soal Tuan Muda Norris menghamili gadis di Luar Nikah? Pernikahan itu diadakan sangat mendadak, bahkan undangannya baru disebar kemarin, jadi bagaimana apakah kamu sempat untuk membuat malu keluarga mereka?'
"Aku hanya sempat mengamati acara itu aku merasa tidak ada yang baik dengan membuat keributan di sana,"
'Hah, harusnya kamu mau sedikit mempermalukan para pengantin, kelakuan anak muda zaman sekarang memang tidak ada aturan, Keluarga Norris memamg dari dulu tidak tahu diri!'
Kanaya memilih diam dan tidak tahu harus menanggapi apa karena dirinya tahu kakeknya ini sangat benci dengan Keluarga Norris, Keluarganya Tristan.
Dua Keluarga ini, memang sudah saingan bisnis sejak lama, bahkan sampai sekarang mereka juga memiliki hubungan yang tidak baik.
"Aku mengerti, aku akan segera kembali ke kantor,"
'Ah, benar juga gara-gara membicarakan hal tidak penting aku sampai lupa urusan ini, kamu harus bisa membujuk Klein ini mengerti?'
"Serahkan padaku, Kakek,"
Telepon segera dimatikan dan Kanaya mulai melempar ponselnya ke kursinya.
Bahkan walaupun hari ini terjadi hal buruk, dirinya harus kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa, semuanya demi rencana besarnya untuk menguasai Perusahaan.
Namun masih begitu sulit, untuk menjalani hari yang panjang itu.
Bahkan ketika meeting, pikiran Kanaya tidak lepas dari sebuah pikiran tentangapa yang sedang Tristan lakukan bersama Istrinya?
Apakah dua orang itu masih menikmati pesta meriah mereka?
Atau sudah mulai berduaan di sebuah kamar?
Tidak, Tristan sudah berjanji untuk tidak akan menyentuhnya atau berduaan dengannya lagi kan?
Kanaya benar-benar tidak bisa fokus untuk meeting pada akhirnya, bahkan semua pekerjaannya hari itu benar-benar terjadi berantakan.
Dan malam itu, begitu Kanaya selesai kerja dari pada pulang ke Apartemennya, dia segera menuju ke hotel tempat dirinya dan Tristan berjanji bertemu, tempat ini juga salah satu lokasi di mana mereka berdua akan rutin bertemu.
Tentu saja hanya untuk sekedar makan bersama, atau hanya menghabiskan waktu bersama.
Namun hal yang Kanaya lihat adalah kamar yang sepi dan kosong, di sana tidak ada siapa-siapa orang yang diharapkan berada di sana belum juga datang.
Kanaya ingat, jika dirinya dan Tristan memiliki janji, biasanya Tristan akan datang lebih sambil menyiapkan beberapa kejutan kecil untuknya.
Namun bahkan sekarang orang itu tidak ada kabarnya, Kanaya jelas mencoba menelepon Tristan namun ponselnya tidak aktif.
Kanaya menatap kearah ponselnya yang satunya, di mana di ponsel itu hanya tersimpan satu buah nomor, untuk menyembunyikan hubungan mereka, dirinya dan Tristan bahkan musti repot-repot memiliki ponsel terpisah, khusus untuk menghubungi satu sama lain.
Ya, sesulit itulah hubungan mereka.
Begitu sulit untuk berkencan selama ini, tidak mudah menyembunyikan hubungan dari semua orang.
Dan sekarang lagi lagi, dirinya dan Tristan terjebak dalam hubungan rahasia yang lebih memalukan.
Kenapa bahkan hanya ingin bersama dengan orang yang dicintai begitu sulit?
Sial.
Kanaya yang merasa lelah itu mulai berbaring di tempat tidur, mungkin karena semua emosi seharian, Kanaya berakhir ketiduran di tempat tidur itu.
Itu adalah tengah malam ketika Kanaya bagun, dan mulai mengecek ponselnya.
"Ini sudah jam dua pagi?"
Kanaya mulai menatap ke arah sekeliling kamar yang benar-benar masih terlihat rapi seolah tidak ada yang pernah datang.
Kanaya sekali lagi, mulai mengambil ponselnya dan menelepon satu nomor yang hanya ada di ponselnya itu.
Namun lagi-lagi tidak ada jawaban.
"Kenapa Tristan tidak datang?"
Hanya memikirkannya, membuat Kanaya menjadi begitu sedih.
Sekarang, apakah dimata Tristan dirinya sudah tidak penting lagi?
Tristan melanggar janji yang mereka buat lagi dan lagi...
Kanaya akhirnya mulai menagis.
Apakah keputusan yang dirinya ambil untuk tetap bersama Tristan itu benar?
Namun, lihat Tristan dia sudah mulai melanggar janjinya.
Kanaya, pada akhirnya hanya menagis dan tidak bisa tidur lagi.
Hatinya terasa sakit memikirkan orang yang dicintainya itu saat ini bersama dengan orang lain.
Kenapa?
Kenapa jadi seperti ini?
"Apa yang salah? Rasanya baru kemarin hubungan antara Aku dan Tristan baik-baik saja?"
Namun semuanya seolah berubah menjadi mimpi buruk.
####
Di tempat lainnya, saat ini Tristan sedang berada di Rumah Sakit, disalah satu ruangan disana sedang menjaga seorang wanita yang taat di tengah berbaring disana.
Namun walaupun Pria itu ada disana, pikirannya melayang ketempat lain.
Apakah dirinya melanggar janji dengan Kanaya lagi?
Dirinya baru saja akan ke sana sampai hal-hal buruk terjadi.
Dirinya ingin pergi namun tidak bisa pergi, banyak mata yang menonton mengawasinya.
Pria itu, lalu mulai berdiri, menatap wanita yang ada di tempat tidur sepertinya sekarang sudah mulai tertidur dengan melihat dan akan sulit untuk bangun.
Tristan lalu menatap Mamanya yang tertidur di sofa, Yang sepertinya tidur cukup lelap.
Apakah saatnya melarika diri?
Tristan sudah memiliki banyak pegalaman untuk menyelinap setelah semua.
Sial, ponselnya pakai ketinggalan segala.
Apakah Kanaya marah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments