Bab 3

Maharani sibuk membersihkan dan di awasi langsung oleh Maharani, agar Arini bisa mendapatkan kesempatan berdua dengan Agam, dan di sinilah tujuan utama Ramayani untuk bisa mempersatukan Agam dan juga Arini.

Di saat Maharani sibuk, Arini justru menjalankan aksinya.

Arini membawakan secangkir kopi yang sudah di siapkan oleh Ramayani, dan meletakkan kopi tepat di hadapan Agam. Agam menoleh da. Melihat siapa yang membawakan secangkir kopi.

"Dimana Maharani?" Tanya Agam sambil menautkan satu alisnya, menatap Arini dengan penug tanda tanya.

Wanita yang ada di hadapannya ini, entah sejatuh cinta apa pada dirinya yang rela melakukan apapun agar bisa hidup bersama dengannya, namun tetap saja Agam tidak pernah membuka hatinya pada Arini, karena bagi Agam, Arini hanya seorang rekan.

"Dia sedang menyiapkan cemilan." Jawab Arini lalu duduk tepat di hadapan Agam.

"Bagaimana kabarmu? Banyak hal yang ingin ku ceritakan." Kata Arini dengan lembut dengan postur tubuh yang di buat seakan akan ingin menggoda Agam.

Tak menghiraukan ucapan Arini, Agam justru mengesap kopi yang sempat Arini letakkan di hadapannya. Dan Arini pun tersenyum, karena Agam berhasil meminum minuman yang telah di siapkan oleh ibunya sendiri.

"Selangkah lagi." Batin Arini.

Hingga beberapa saat kemudian, tanpa sadar Agam sudah meminum kopi hingga lebih dari setengah cangkir, dan beberapa saat kemudian pandangan Agam sedit kabur, dan kepalanya mulai terasa sakit, dan sekujur tubuhnya mulai merasakan panas. Padahal suhu di malam hari begiti dingin karena hujan telah jatuh membasahi bumi.

Dengan penuh semangat, Arini memapah tubuh Agam menuju kamar utama. Kamar di mana Agam dan Maharani selalu tidur bersama. Kamar yang menjadi saksi bisu antara Maharani dan Agam, kini telah di tempati oleh Arini.

•••

"Hey, kau mau kemana?" Tanya Ramayani saat melihat Maharani berjalan menaiki anak tangga.

"Aku ingin ke kamar, semua pekerjaan sudah aku selesaikan bu. Jadi sekarang aku mau istirahat bersama mas Agam." Jawab Maharani, pikiran Maharani kali ini, jika sang suami mungkin sudah beristirahat di dalam kamar, dan juga Maharani berfikir jika Arini sudah pulang sejak setelah selesai melakukan makan malam bersama. Ya, Maharani tidak tabu, karena sejak tadi Maharani selalu saja berada di dapur dan dengan di awasi langsung oleh Ramayani.

"Tunggu!" Teriak Ramayani sambil berjalan dengan cepat ke arah Maharani. "Untuk apa kau mau ke kamar? Jangan ganggu Agam dan juga Arini." Kata Ramayani dengan nada yang ditekan, dan juga sedikit mengejek.

Ya, Ramayani ingin sekali berkata, lihatlah Agam lebih memilih Arini dari pada dirimu, dan sadarlah jika tempat mu bukan menjadi istri tapi menjadi pembantu.

"Ibu.." Ucap Maharani, dengan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Mungkinkah? Mungkinkah Arini memang berada di dalam kamarnya? Atau mertuanya hanya ingin membuat Maharani bersedih saja. Mana mungkin, mana mungkin Agam bisa melakukan itu di rumah mereka. Mana mungkin pria yang begitu selalu mengaku mencintainya melakukan hal yang tidak sewajarnya.

"Mas Agam." Panggil Maharani sambil mencoba berlari menaiki anak tangga, namun lengannya di tahan oleh Ramayani.

"Jangang ganggu malam panas mereka." Cegah Ramayani.

"Ibu lepaskan. Tolong lepaskan tanganku bu." Teriak Maharani dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dan juga dengan jantung yang berdebar dengan cepat. Maharani takut dengan kebenaran perkataan ibu mertuanya.

"Jangan ganggu mereka."

Namun dengan cepat Maharani melepas tangan Ramayani, sehingga Maharani langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya.

Dengan nafas yang memburu, Maharani berdiri tepat di depan pintu. Antara ingin membuka dengan tidak. Maharani takut, sungguh sangat takut dengan apa yang terjadi di dalam sana, namun! Maharani juga sangat ingin tahu, apa yang terjadi. Tapi Maharani masih percaya kepada Agam, bahwa pria itu tidak akan mungkin tega menyakiti dirinya.

Ceklek...

Maharani membuka pintu kamar dan.....

Sungguh runtuh sudah hati Maharani. Runtuh sudah rumah tangga yang di bangun dengan dasar cinta, dimana suami yang paling dia cintai dan selalu mengaku sangat mencintai dirinya kini terbaring tepat di atas tubuh seorang wanita tanpa memakai sehelai benang.

"Mas....." Lirih Maharani, air mata yang sejak tadi ia bendung, kini telah tumpah bercucuran membasahi pipi mulusnya.

Kakinya seketika kehilangan keseimbangan, jantungnya seakan di tusuk oleh ribuan tombak yang menghantam memberikan rasa sakit yang amat mendalam. Sungguh benarkan apa yang ia lihat saat ini, atau hanya mimpi saja.

"Mas..." Lirih Maharani, sambil berjalan mendekati Agam, dan juga Arini.

"Mas, mas Agam..Hikkssss, hikkksssss..."

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

Ibu mertua gilaaa😡

2023-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!