Beberapa saat mereka berada di padukuhan ini ketika matahari mulai lengser ke ufuk barat. Ketiganya kemudian telah melanjutkan perjalanan kembali ke arah selatan dan kemudian berbelok ke arah utara mengikuti jalanan dukuh ini.
Dan menurut Ki Buyut dari padukuhan yang mereka singgahi tadi, induk dari padukuhan ini adalah padukuhan induk Pucakwangi yang merupakan sebuah Kademangan yang cukup besar yang ada di tlatah hinggil ini.
Ya daerah yang dilewati oleh ketiga pemuda ini masih merupakan tlatah pegunungan kendeng yang membujur dari arah selatan menuju ke utara pantai utara Jawa dan kemudian membujur lagi ke arah Timur menuju Jawa Timur.
Walaupun Ini adalah sebuah pegunungan akan tetapi pegunungan Kendeng ini tidak terlalu tinggi. Hanya memanjang melintasi pulau Jawa.
Berbeda dengan pegunungan Seribu yang mempunyai ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut.
Pegunungan kendeng ini hanya setinggi beberapa ratus meter saja di atas permukaan laut, dan merupakan pegunungan kapur.
Tanpa terasa, setelah mereka melalui lereng-lereng bukit kecil yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu terjal sampailah mereka di pinggiran sebuah padukuhan yang terlihat dari tempat mereka seperti sebuah padukuhan yang cukup besar.
Ya, itulah padukuhan besar Pucawangi seperti yang dikatakan oleh Ki Buyut dari paduan tadi.
"Nampaknya kita telah memasuki Dukuh Pucakwangi, kakang Lowo Ijo," kata Lowo Cilik atau Codot Ijo.
Lowo Ijo nampak menggangguk. Demikian pula dengan Lowo Gemblung.
Dan ketika mereka hampir mendekati desa ini, mereka telah melintasi sebuah oro-oro yang cukup luas.
Sebuah oro oro , atau padang rumput yang tidak digarap oleh para petani karena satu dan lain hal.
Dan nampak di oro-oro Ombo ini berapa penggembala ternak yang sedang menggembala ternaknya yang terdiri dari anak-anak remaja atau pemuda pemuda tanggung yang bertelanjang dada.
Mereka nampak sedang bermain perang-perangan di antara kesibukan mereka menggembalakan ternak-ternak mereka.
Mereka menggunakan arit (senjata tajam untuk mencari rumput) dan juga cambuk-cambuk untuk berlatih perang-perangan.
Dan ketika ketiganya melintasi jalanan yang membelah oro oro Ombo ini, beberapa remaja telah memandang mereka dengan pandangan mata yang penuh curiga dan penasaran.
Sementara beberapa anak kemudian telah mendekati dari jarak kira-kira puluhan langkah dari pinggir jalan yang dilintasi oleh ketiganya.
Ketika kemudian seorang anak yang nampaknya lebih besar dari yang lainnya kemudian telah mendekat ke arah ketiga pemuda ini, kemudian remaja ini telah berkata;
"Siapakah kalian? Aku belum pernah melihat kalian melintasi jalan Dukuh ini, dan nampaknya kalianpun bukan berasal dari padukuhan di Kademangan Pucakwangi ini," kata pemuda tanggung ini.
Nampaknya para pemuda ini bercuriga akan keberadaan tiga orang pemuda yang melintasi oro-oro Ombo.
Mereka melihat bahwa tiga pemuda ini mempunyai penampilan yang sangat berbeda dengan pada umumnya para pemuda dari padukuhan ini maupun orang-orang yang sering melintasi padukuhan Pucakwangi ini.
Mendapat pertanyaan yang bernada curiga dan Lowo Ijo lah yang kemudian menjawab;
"Kami adalah para perantau yang kebetulan melintasi Padukuhan ini," kata Lowo Ijo.
"kami berasal dari tlatah seberang dan sedang menuju kota Kadipaten Pati Pesantenan."
Walaupun para pemuda tanggung Ini masih curiga, akan tetapi mendengar jawaban dari ketiga pemuda ini mereka pun hanya mengangguk.
Tadi mereka sangat tertarik dengan penampilan ketiga pemuda ini.
Ya pada zaman itu baju yang dikenakan oleh Lowo Ijo dan kedua sahabatnya ini benar-benar terlihat sangat mencolok.
Lowo Ijo mengenakan setelan jaket yang sering dijumpai pada zaman modern.
Sementara Lowo Gemblung hanya mengenakan baju yang cukup besar dengan celana panjangnya.
Sementara Lowo Cilik mengenakan kemeja lengan panjang dan juga celana panjang.
Walaupun terlihat lusuh dan banyak debu yang menempel di tubuh mereka, akan tetapi terlihat sekali pakaian mereka benar-benar telah membuat orang-orang yang memandangnya pasti merasakan aneh dan juga tertarik dengan penampilan ketiga pemuda ini.
Ketiga pemuda ini pun kemudian telah melanjutkan perjalanan mereka menuju ke ujung dari oro-oro Ombo ini.
Dan ketika perjalanan mereka telah berhasil melintasi oro-oro Ombo, maka mereka telah berada di sebuah pinggiran padukuhan yang cukup besar.
Terlihat rumah-rumah penduduk yang cukup rapat berjejer rapi di sepanjang jalan utama ini.
Dan begitu mereka melangkahkan ke regol dukuh ini maka di sebelah regol ini terdapat sebuah gardu ronda dan ternyata banyak anak-anak muda yang tengah berada di tempat itu sehingga beberapa orang diantaranya segera berdiri dan menghadang perjalanan dari ketiga pemuda ini.
Padukuhan ini adalah padukuhan besar dan merupakan sebuah kademangan.
Kademangan Pucakwangi dan dipimpin oleh seorang Demang.
Para pemuda yang ada di gardu ini segera berdiri dan menghentikan langkah ketiga pemuda asing yang akan memasuki padukuhan induk dari Kademangan Pucakwangi ini.
"Sapa kalian!?" Seru seorang pemuda yang tidak mengenakan baju dan hanya mengenakan celana pendek sebatas lutut dengan menggembol sebuah golok di pinggang kanannya.
Pemuda ini terlihat cukup garang dan nampaknya merupakan pemimpin di antara anak-anak muda yang tengah berjaga di gardu perondan ini.
Dengan sedikit membungkukkan badannya, Lowo Ijo kemudian telah menjawab pertanyaan dari pemuda yang nampaknya menjadi pemimpin di antara para pemuda ini.
"Kami adalah para perantau yang secara kebetulan melintasi padukuhan ini.
"Tujuan kami adalah ke kota Kadipaten Pati Pesantenan, " terang Lowo Ijo.
Mendengar jawaban dari salah seorang tiga pemuda ini, pemimpin dari sekelompok pemuda penjaga ini tidak begitu saja mempercayai apa yang dikatakan oleh Lowo Ijo.
Kecurigaannya semakin menjadi ketika dia melihat pakaian yang dikenakan oleh ketiga orang ini bukanlah pakaian yang umum dikenakan oleh warga Kademangan Pucakwangi.
Sementara kawan-kawannya pun telah merubung Lowo Ijo, Lowo Gemblung dan codot cilik.
Bahkan beberapa diantaranya terlihat menyentuh dan memegang pakaian yang dikenakan oleh tiga perantau ini.
"Hmm, penampilan kalian sangat mencurigakan..!
Kami telah mendapat perintah dari Ki Demang untuk memeriksa siapapun yang akan masuk ke Kademangan Pucakwangi ini."
"Dan kalian sangat mencurigakan bagi kami.
Kami akan membawa kalian ke rumah Ki Demang, biarlah Ki Demang saja yang memeriksa kalian apakah kalian adalah mata-mata yang dikirim oleh pihak Mataram ataukah kalian benar-benar sebagai perantau-perantau yang akan menuju ke kota Kadipaten Pati Pesantenan." Kata Pemuda ini.
Demikianlah para pemuda yang menjaga regol atau pintu gerbang masuk ke Kademangan ini segera mengawal Lowo Ijo, Lowo Gemblung dan Codot Cilik menuju ke tengah tengah padukuhan.
Di sepanjang jalan dari regol ini sampai ke tengah-tengah padukuhan terlihat para pemuda juga para penduduk dari padukuhan ini nampaknya sedang merayakan sesuatu.
Mereka nampak keluar dari rumah rumah mereka dengan pakaian yang cukup rapi dan berdandan.
Lowo Ijo, Lowo Gemblung dan Codot Cilik hanya berbisik bisik menduga akan gawe yang sedang di laksanakan di padukuhan induk dari Kademangan Pucakwangi ini.
"Nampaknya mereka sedang mengadakan gawe," Lowo gemblung kepada Lowo Ijo.
mungkin ada pesta pernikahan Ta!" lanjut Lowo Gemblung.
"Mungkin Bay!" Jawab Lowo Ijo.
Dan ketika langkah mereka semakin dekat ke pusat padukuhan maka mulailah terdengar lantunan gending Jawa yang diiringi gamelan.
Dan sesaat kemudian ketika mereka sampai di sebuah rumah Joglo yang terlihat cukup besar dibandingkan rumah-rumah yang lain dengan di depannya terdapat sebuah panggung dan di sebelahnya terdapat pula sebuah bangunan memanjang yang nampaknya adalah banjar dari padukuhan ini.
Panggung ini telah dihias sedemikian rupa sehingga terlihat semarak dengan warna-warni kain dan juga kembang mayang serta berbagai hiasan khas Jawa yang terbuat dari janur kuning yang dibentuk dengan berbagai macam hiasan.
Sementara itu para Niyaga sedang menabuh gamelan mengiringi beberapa orang sinden.
"Nampaknya ini adalah acara pernikahan Ta," bisik Lowo Cilik.
Sesaat kemudian beberapa orang pemuda ini telah menggiring ketiga pemuda Ini ke arah Banjar padukuhan di mana terlihat beberapa orang tua telah berada di tempat itu.
Panggung diadakannya acara yang nampaknya adalah acara pernikahan ini berada di depan rumah joglo yang paling besar di padukuhan Pucakwangi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Brmgun Drrrk
💯💯💯
2023-07-12
7
Suto Mbambung
makin seru
2023-07-05
7
Pragola Pati
sip tor. jangan pindah ya
2023-07-04
9