Bab 2. Prajurit Kadipaten

Dan kedua prajurit yang berada di paling depan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka hanya melihat bahwa kuda yang ditunggangi oleh prajurit ketiga yang berada di paling belakang telah meringkik keras dan mengangkat kakinya, kemudian membedal lari tanpa bisa dikendalikan lagi oleh sang pemilik.

Untunglah setelah beberapa saat kuda tersebut berhasil dihentikan oleh beberapa orang pemuda yang berada di tengah-tengah padukuhan yang nampaknya sedang berkumpul di banjar padukuhan kecil ini.

Sesaat kemudian mereka pun telah mencapai di pusat padukuhan ini.

Ketika mereka telah bertemu dengan sekelompok anak muda, seorang anak muda kemudian telah menyapa Ki Sindurejo dan dua orang kawannya ini.

"Oh ternyata Ki Sindurejo! Mari silakan Ki," sapa salah seorang anak anak muda ini yang nampaknya telah mengenal baik dengan pemimpin dari ketiga prajurit ini yang bernama Ki Sindurejo.

Ki Sindurejo dan seorang kawannya kemudian turun dari kuda-kuda mereka sementara Sastro Direjo juga telah menambatkan kudanya di depan banjar padukuhan ini setelah anak-anak muda ini menyerahkan tali kekang kuda yang mereka tangkap kepada Sastro Direjo.

Dan begitu telah turun dari punggung kuda, Ki Sindurejo kemudian telah berkata kepada beberapa orang anak muda ini.

"Apakah kalian mengenal anak-anak muda ini?" Tanya Ki Sindurejo seraya menunjuk ke arah tiga orang anak muda yang nampaknya berpakaian aneh.

Beberapa orang anak muda yang merupakan pemuda-pemuda dari padukuhan kecil ini pun segera memandang dengan pandangan yang aneh pula ke arah tiga orang pemuda yang telah dibawa oleh tiga orang prajurit ini.

"Mereka bukan warga kami Ki Sindurejo! Mereka bukan penduduk padukuhan ini, kami tidak mengenali mereka," kata seorang pemuda yang nampaknya menjadi pemimpin diantara beberapa orang pemuda yang ada di depan banjar padukuhan ini.

Sementara itu mendapati di depan banjar padukuhan nampaknya telah datang tiga orang prajurit dan tiga orang asing, beberapa orang sesepuh yang berada di dalam banjar pun segera melangkah keluar.

Mereka adalah Ki Buyut yang merupakan pemimpin padukuhan ini dan juga beberapa sesepuh padukuhan lainnya.

Begitu para sesepuh ini keluar, mereka pun telah melihat bahwa ada tiga orang prajurit yang telah mereka kenal dengan baik.

Ketiga orang prajurit ini memang sering melintasi paduan kecil mereka.

"Oh Ki sindurejo! Monggo, monggo pinarak Ki Sindurejo," kata Ki Buyut yang kemudian telah mempersilahkan ketiga prajurit ini untuk naik ke atas teras banjar.

Ya Banjar Ini adalah sebuah rumah panggung yang didirikan untuk melakukan pertemuan dan aktivitas lainnya dari para warga padukuhan ini.

Banjar padukuhan ini terbuat dari kayu jati yang memang banyak terdapat di daerah ini dan berbentuk Joglo dengan lantai panggung.

Kemudian Ki Sindurejo telah memerintahkan ketiga orang anak muda ini untuk naik ke banjar lebih dulu barulah setelah ketiganya berada di teras banjar. Ki Sindurejo dan kedua kawannya pun mengikuti naik ke teras banjar dan duduk bersama dengan para sesepuh padukuhan dan Ki Buyut padukuhan ini.

"Apakah Ki Buyut pernah melihat ketiga pemuda ini?" Tanya Ki Sindurejo kepada Ki Buyut.

Dan sejak tadi pun sebenarnyalah Ki Buyut telah memperhatikan ketiga anak muda ini yang nampak asing, yang telah dibawa oleh prajurit-prajurit ini.

Demikian pula dengan beberapa orang sesepuh ini yang nampak memandang dengan heran ketika tiga orang pemuda ini telah duduk bersila dengan sopan di hadapan mereka.

Apalagi ditambah dengan pakaian-pakaian yang mereka yang nampaknya berbeda dengan pakaian-pakaian yang mereka kenakan.

Pada jaman itu, banyak dari para pemuda di tempat ini yang masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain sarung dan celana sebatas lutut untuk menutupi tubuh bagian bawah mereka.

Bahkan anak anak kecil sampai usia tujuh atau delapan tahun pun banyak yang tidak berpakaian karena memang sandang yang masih sangat mahal di jaman tersebut.

Hanya para pejabat dan juga para sodagar yang mengenakan pakaian yang bagus, sedangkan rakyat kecil hanya mengenakan pakaian ala kadarnya saja.

###

Wajah ketiga pemuda ini bukanlah wajah wajah pemuda desa dan ini telah menarik perhatian dari Ki Buyut dan para sesepuh yang sedang berkumpul di banjar padukuhan ini.

Mereka lebih terlihat seperti wajah wajah bangsawan yang beberapa kali mereka saksikan ketika para bangsawan itu mengunjungi dukuh dukuh dan desa-desa yang ada di sekitar kadipaten ini.

"Sebenarnya kalian ini siapa dari mana dan mau ke mana!?" Akhirnya Ki Sindurejo menanyakan hal ini langsung kepada ketiga pemuda ini setelah tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari beberapa orang di padukuhan ini.

Dan seorang pemuda jangkung yang mempunyai tatapan mata yang sangat tajam namun teduh lah kemudian yang menjawabnya.

Dia yang lebih dikenal atau dipanggil oleh dua kawannya ini sebagai Lowo Ijo telah tersenyum dan kemudian berkata;

"Kami bertiga adalah para perantau yang ingin mencari pengalaman hidup Ki Sindurejo dan juga Ki Buyut serta poro sesepuh," kata Lowo Ijo dengan lembut dan sabar.

"kami telah melakukan satu perjalanan yang sangat jauh melewati berbagai rintangan dan kami tadi telah melewati pegunungan yang ada di sana kata Lowo Ijo sambil menunjukkan ibu jarinya nya ke arah dari mana dia datang dimana terlihat sebuah sebuah pegunungan yang memanjang dari timur ke barat, ini adalah Pegunungan Kendeng yang membentang di sepanjang Pulau Jawa bagian utara yang melintasi Sragen Salatiga Grobogan Pati Blora dan Rembang serta menembus sampai ke Jawa Timur.

Pegunungan ini dikenal oleh warga sekitar sebagai Gunung Gamping yang berarti Gunung Kapur.

Akan tetapi nampaknya sang prajurit ini cukup teliti sehingga kemudian dia pun telah berkata;

"Jika kalian melakukan perjalanan yang jauh maka tubuh kalian pastilah tidak terawat dan akan menjadi kotor serta berdebu, tapi aku lihat kalian masih cukup bersih dan kulit kalian nampak begitu terawat tidak seperti para perantau yang lain," Kata sang pimpinan prajurit ini dengan nada yang masih bercuriga.

"Kami terbiasa menjaga kebersihan badan kami Ki Sindurejo." Jawab Lowo Idjo tersenyum.

Dan kemudian Lowo Cilik lah yang telah mengambil alih pembicaraan dan menceritakan tentang apapun sehingga tidak menarik perhatian berlebihan dari Ki sindurejo dan orang-orang paduan kecil ini.

"Baiklah untuk sementara kami mempercayai keterangan kalian.

Dan selanjutnya kalian akan ke arah mana dan apa tujuan dari perjalanan kalian ini." Tanya Ki Sindurejo.

"Sebenarnya kami ingin menuju ke kota kadipaten Pati Pesantenan. Kami ingin melihat Kota Kadipaten Pati!" Jawab Lowo Gemblung sambil tersenyum.

"Lalu apa tujuanmu menuju kota kadipaten Pati ini?" Tanya Ki Sindurejo.

Sebagai seorang prajurit dari Kadipaten Pati, Ki Sindurejo mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi semua yang mencurigakan baik itu orang asing yang datang ke wilayahnya maupun para penduduk asli dari padukuhan dan desa-desa yang ada di kadipaten ini.

"Kami hanya ingin mencari pengalaman saja Ki Sindurejo," jawab Lowo Idjo.

"Baiklah kalau begitu, kami akan melanjutkan perjalanan kami." kata Ki Sindurejo.

"Ki Buyut aku serahkan tiga pemuda ini kepada kalian nampaknya mereka bukanlah orang-orang yang berbahaya akan tetapi aku harap kalian bisa menjaga padukuhan ini dengan baik karena keadaan semakin gawat dan genting."

"Adipati Pragola telah memerintahkan kepada kita semua untuk berjaga-jaga dari orang-orang asing yang mencari tahu dan merupakan mata-mata dan telik sandi dari Mataram," kata Ki Sindurejo seraya bangkit dari duduknya.

"Dan engkau Lowo Ijo, aku harap kalian bisa menjaga diri dan berhati-hati ketika memasuki tlatah Kadipaten Pati ini karena keadaan dari kadipaten ini yang sedang genting," kata Ki Sindurejo yang kemudian telah turun dari banjar dan telah mengajak kedua kawannya untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah utara.

Setelah kepergian dari ketiga prajurit tersebut ke arah utara yang nampaknya akan menuju ke desa induk dari dukuh ini yakni desa Pucakwangi, Ki Buyut kemudian telah mengeluarkan kendi untuk menghilangkan dahaga.

Ya siang ini udara terasa sangat panas dan sangat terik, sehingga beberapa sesepuh dari padukuhan ini memang sedang berada di banjar ini setelah pagi sampai siang hari mereka bekerja di sawah-sawah mereka yang ada di lereng-lereng pegunungan kapur yang membentang di perbatasan antara Pati dan juga Grobogan dan Blora.

Dan mereka memang sedang membicarakan akan perintah dari sang Adipati Pragolo yang memerintahkan kepada segenap warga Pati pesantren untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan.

"Silakan anak mas, silakan diminum. Kami hanya bisa menyediakan kendi ini saja untuk kalian menghilangkan dahaga," kata Ki Buyut yang nampaknya telah menjadi lebih ramah setelah berbincang beberapa saat dengan ketiga pemuda ini.

Sebagai seorang tua yang penuh pengalaman hidup, Ki Buyut dapat menilai akan sifat-sifat dan kejujuran dari ketiga orang pemuda asing ini.

"Sebenarnya ketiga anakmas ini berasal dari mana? Anakmas ini seperti para bangsawan yang sedang melakukan perjalanan jauh dan menyamar? Apakah benar tebakanku ini Anakmas!?" tanya Ki Buyut.

"Sebenarnya Kami memang sedang melakukan perjalanan Ki Buyut. kami bukanlah bangsawan yang sedang melakukan perjalanan Ki Buyut, apa lagi sedang melakukan penyamaran."

"Kami hanya lah tiga orang pemuda biasa yang ingin menambah pengalaman hidup dan kalau mungkin ingin mengabdi kan tenaga kami di kadipaten Pati." Kata Lowo Idjo.

Terpopuler

Comments

Pragola Pati

Pragola Pati

jos kang

2023-07-04

9

Indang Hartatik

Indang Hartatik

tambah wawasan dan pengetahuan y Thor, good job and lucky

2023-07-03

8

Nastiti

Nastiti

cerita sejarah nusantara.. banyak orang yg tidak tahu

2023-07-01

6

lihat semua
Episodes
1 Kemunculan tiga pemuda asing
2 Bab 2. Prajurit Kadipaten
3 Bab. Kademangan Pucakwangi
4 Ki Jagabaya
5 Pertunjukan Tayub
6 Si Brewok dari Hutan Kunduran
7 Jagal Alas Kunduran
8 Pertarungan di halaman rumah Ki Demang
9 Sang Penolong
10 Menjadi Prajurit Kadipaten
11 Olah Keprajuritan
12 Gerak gerik Ki Dipo yang mencurigakan
13 Uji tanding di Oro-oro Ombo
14 Pengawasan oleh orang-orang tak dikenal
15 Menyusup ke dalam Gua Lowo
16 Orang-orang di dalam Gua
17 Lokajaya
18 Pasukan pengawal Kademangan
19 Pemuda Sombong
20 pertunjukan kekuatan
21 Tohsidono dan Tohpati
22 Mulai bergerak
23 persiapan
24 Perang melawan para begal
25 Kekuatan Lowo Ijo
26 Rasa dengki Lokajaya
27 Penyesalan pasti terlambat datangnya
28 Sang penolong
29 Pertempuran hari kedua
30 Pertunjukan Kekuatan Si Gemblung
31 Orang Tua Sakti yang Licik
32 Pasukan Berkuda
33 Bebanten Bumi Pucakwangi
34 Penderitaan Akibat Perang
35 Memburu Para Begal
36 Kekalahan Para Begal
37 Kembali Berlatih Menyongsong Api Peperangan
38 Utusan Mataram
39 Utusan yang Sombong
40 Pelajaran Untuk Utusan Yang Sombong
41 Mengawal para Utusan ke Kadipaten
42 Senopati Wanita
43 Sang Adipati
44 Pisowanan
45 Sedikit Rahasia Sang Pemuda
46 Putra Tumenggung Sawunggaling
47 Alunan Gending Jawa Yang Luar Biasa
48 Sang Senopati Muda
49 Dalang yang menggerakkan wayang
50 Ungkapan Kecurigaan
51 Menyambagi Kediaman Tumenggung Jayaraga
52 Pengalaman Baru
53 Kehati-hatian Ki Dipo
54 Pancingan Ki Dipo
55 Usaha melenyapkan Lowo Ijo
56 Pertarungan dahsyat di atas gumuk kecil
57 Akhir Pertarungan di Gumuk Kecil
58 Bab 58.
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Kemunculan tiga pemuda asing
2
Bab 2. Prajurit Kadipaten
3
Bab. Kademangan Pucakwangi
4
Ki Jagabaya
5
Pertunjukan Tayub
6
Si Brewok dari Hutan Kunduran
7
Jagal Alas Kunduran
8
Pertarungan di halaman rumah Ki Demang
9
Sang Penolong
10
Menjadi Prajurit Kadipaten
11
Olah Keprajuritan
12
Gerak gerik Ki Dipo yang mencurigakan
13
Uji tanding di Oro-oro Ombo
14
Pengawasan oleh orang-orang tak dikenal
15
Menyusup ke dalam Gua Lowo
16
Orang-orang di dalam Gua
17
Lokajaya
18
Pasukan pengawal Kademangan
19
Pemuda Sombong
20
pertunjukan kekuatan
21
Tohsidono dan Tohpati
22
Mulai bergerak
23
persiapan
24
Perang melawan para begal
25
Kekuatan Lowo Ijo
26
Rasa dengki Lokajaya
27
Penyesalan pasti terlambat datangnya
28
Sang penolong
29
Pertempuran hari kedua
30
Pertunjukan Kekuatan Si Gemblung
31
Orang Tua Sakti yang Licik
32
Pasukan Berkuda
33
Bebanten Bumi Pucakwangi
34
Penderitaan Akibat Perang
35
Memburu Para Begal
36
Kekalahan Para Begal
37
Kembali Berlatih Menyongsong Api Peperangan
38
Utusan Mataram
39
Utusan yang Sombong
40
Pelajaran Untuk Utusan Yang Sombong
41
Mengawal para Utusan ke Kadipaten
42
Senopati Wanita
43
Sang Adipati
44
Pisowanan
45
Sedikit Rahasia Sang Pemuda
46
Putra Tumenggung Sawunggaling
47
Alunan Gending Jawa Yang Luar Biasa
48
Sang Senopati Muda
49
Dalang yang menggerakkan wayang
50
Ungkapan Kecurigaan
51
Menyambagi Kediaman Tumenggung Jayaraga
52
Pengalaman Baru
53
Kehati-hatian Ki Dipo
54
Pancingan Ki Dipo
55
Usaha melenyapkan Lowo Ijo
56
Pertarungan dahsyat di atas gumuk kecil
57
Akhir Pertarungan di Gumuk Kecil
58
Bab 58.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!