Kabar Sang Istri

Karena tengah asik melayani sang anak bermain di ruang televisi, sehingga membuat Aksa tak mendengar jika di saat ini ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari seseorang. Karena di saat itu ponselnya juga ia letakkan di dalam kamar. Hingga di saat itu pun telepon rumah berdering dan segera saja Lastri menjawab telepon tersebut.

"Halo, dengan kediaman Winata di sini. Dengan siapa saya bicara?"

"Oh iya benar, ini rumahnya Nyonya Tasya," jawab Lastri.

Aksa yang mendengar nama istrinya disebut, langsung saja beranjak dan menghampiri ART-nya itu.

"Siapa Mbak?" Tanya Aksa.

"Ini Tuan, katanya mau berbicara dengan keluarga Nyonya Tasya," jawab Lastri, lalu menyerahkan teleponnya itu kepada Aksa.

"Halo, ini dengan siapa?" Tanya Aksa yang kini beralih berbicara.

"Maaf apa Anda keluarganya Nyonya Tasya?" Tanya seseorang dari seorang telepon.

"Iya saya suaminya Tasya, ada apa dengan istri saya?" Tanya Aksa lagi.

"Saya hanya mau memberi kabar jika saat ini istri Anda sedang berada di rumah sakit Tuan. Tadi istri Anda menabrak pohon dan saat ini sedang ditangani oleh dokter. Saya hanya membantu Nyonya Tasya membawanya ke sini, kebetulan saya menemukan identitasnya di dalam tas dan di ponselnya saya juga melihat panggilan darurat yaitu nomor Tuan. Untuk itu saya menghubungi Tuan," kata seseorang pria yang kebetulan dia adalah dokter di rumah sakit tersebut.

"Apa? Saya akan segera ke sana, tolong kirim dimana alamat rumah sakitnya," ucap Aksa.

Setelah orang tersebut mengirimkan alamat rumah sakit tempat Tasya berada, segera saja Aksa menitipkan sang anak kepada Lastri dan bergegas menuju ke rumah sakit.

****

Aksa melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tak peduli keadaan di sekitar yang terpenting ia ingin segera sampai di sana, melihat keadaan istrinya. Hingga tidak berapa lama kemudian, Aksa pun telah tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke ruang IGD tempat dimana istrinya sedang ditangani oleh dokter.

"Maaf Dokter, dimana istri saya, Tasya?" Tanya Aksa kepada seorang dokter yang di saat itu baru saja keluar dari ruang IGD.

"Apakah Anda Suaminya Nyonya Tasya?" Tanya Dokter tersebut.

Aksa sangat tidak asing mendengar suara dokter itu, seperti seseorang yang tadi menelponnya memberi kabar sang istri.

"Apa Dokter yang tadi menelpon saya?" Tanya Aksa.

"Iya, benar Tuan. Perkenalkan saya Dokter Doni, memang tadi saya yang menemukan Nyonya Tasya di jalan saat saya hendak ke rumah sakit. Jadi saya langsung saja membawanya dan juga menanganinya secara langsung, saya juga yang tadi menghubungi Tuan," terang Dokter Doni.

"Terimakasih banyak Dokter, saya Aksa suaminya Tasya. Bagaimana keadaan istri saya saat ini?" Tanya Aksa yang terlihat begitu khawatir.

"Alhamdulillah, Nyonya Tasya baik-baik saja. Tidak terdapat luka yang serius, hanya kepalanya terbentur setir mobil dan saat ini sudah saya bersihkan juga saya obati. Tadi Nyonya Tasya juga sempat pingsan karena syok tapi saat ini sudah sadar. Tuan juga boleh menemuinya," kata Dokter Doni.

"Terima kasih Dokter," ucap Aksa dan langsung saja masuk ke dalam ruangan IGD.

"Sedangkan Dokter Doni meninggalkan ruangan IGD karena ada kepentingan lain saat ini.

"Sayang, kamu kenapa bisa seperti ini sih? Tadi 'kan aku sudah bilang biar aku aja yang mengantar kamu. Pasti tidak akan terjadi seperti ini kalau kamu nurut," omel Aksa, lalu ia pun memeluk istrinya itu.

"Mas, aku nggak apa-apa kok. Aku baik-baik aja. Tadi aku hanya kurang fokus, aku hampir menabrak seseorang yang mau menyebrang, jadi aku memilih untuk membanting setir dan menabrak pohon. Tapi untunglah, daripada aku menabrak orang tadi, lebih baik aku menabrak pohon," kata Tasya.

"Kamu ini bagaimana sih, tabrakan seperti itu kok bilangnya tidak apa-apa," kata Aksa.

"Iya Mas aku 'kan memang tidak kenapa-napa. kamu lihat 'kan hanya luka kecil aja, tidak ada masalah yang serius. Tapi aku minta maaf ya Mas tadi aku dengar dari dokter yang menolong aku, kalau mobilnya rusak parah dan saat ini ada di kantor polisi. Padahal 'kan itu mobil pemberian kamu. Maaf ya Mas jadi rusak, gara-gara aku nggak benar bawa mobilnya," ucap Tasya yang terlihat sangat menyesal.

"Sayang kamu itu bicara apa sih, kok malah memikirkan mobil. Kalau masalah mobil, aku bisa kok membelikan kamu lagi yang baru. Sekarang itu yang penting kesehatan kamu," kata Aksa.

Tasya tersenyum, ia sangat senang mendapatkan omelan dari sang suami yang itu artinya begitu mencintainya.

"Terimakasih ya Mas, kamu sudah khawatir dengan aku. Tapi benar aku baik-baik aja kok," ucap Tasya lalu memeluk suaminya dengan erat.

Karena tidak ada masalah yang serius perihal kecelakaan itu, dokter pun memperbolehkan Aksa untuk membawa Tasya pulang ke rumah.

"Lain kali aku nggak mau ya kalau kamu sedang tidak enak badan, tidak fokus, kamu menyetir sendirian seperti itu. Apa gunanya aku sebagai suami kalau kamu tetap memaksakan diri pergi sendiri seperti itu. Atau kalau aku sedang sibuk 'kan ada supir," kata Axel saat dalam perjalanan pulang dan mendengar penjelasan Tasya bahwa tadi ia merasakan kepalanya sedikit pusing.

"Iya Mas, aku minta maaf ya. Tadi 'kan aku nggak tahu kalau tiba-tiba saja kepala aku itu pusing, sehingga aku nggak melihat ada orang yang mau menyebrang. Lain kali aku akan meminta kamu yang mengantar atau minta antar supir, aku janji," ucap Tasya.

****

Sementara itu, dokter yang tadi baru saja menolong Tasya tampak sedang memikirkan kondisi wanita tersebut.

Flashback on …

Tasya tampak sedang kebingungan mencari sesuatu di dalam tasnya itu.

"Apa Anda mencari ini?" Tanya Dokter Doni yang tiba-tiba muncul sembari menunjukkan sebuah botol obat yang biasa dikonsumsi oleh Tasya.

Tasya melihat ke arahnya, "Iya Dokter, kenapa botol obat itu bisa ada di tangan Dokter?" Tanya Tasya.

"Nyonya, Anda menderita penyakit kanker otak. Apakah Anda tahu tentang akibat dari penyakit serius ini?" Tanya Dokter Doni.

"Iya saya tahu Dok, tapi saya minta tolong jangan beritahu soal kondisi saya kepada suami saya dan kalau boleh saya meminta, tolong berikan saya obat kanker saja, karena kebetulan tadi saya memang berniat akan ke rumah sakit untuk meminta obat tersebut. Saya tidak menyangka jika sakit kepala saya itu semakin sakit hingga terjadilah kecelakaan itu. Tolong Dokter," pinta Tasya yang membuat Dokter Doni menjadi iba.

"Siapa yang menangani Anda dan memberikan obat tersebut? Karena saya tidak bisa memberikan obat sembarangan, apalagi saya bukan Dokter Spesialis Kanker," kata Dokter Doni.

"Dokter Anton di rumah sakit Medika. Tolong saya Dokter!" Tasya memohon.

"Baiklah, Anda tunggu sebentar. Saya akan menghubungi Dokter Anton terlebih dahulu, tapi untuk sementara penyakit Anda ini juga sudah saya atasi, jadi tidak akan terlalu terasa sakit," ucap Dokter Doni.

"Baik Dokter, terima kasih banyak," ucap Tasya.

Hingga pada akhirnya Dokter Doni pun segera menemui Dokter Anton dan meminta obat tersebut untuk Tasya.

Flashback off.

"Kenapa wanita itu tidak mau memberitahu soal penyakitnya kepada suaminya sendiri? Apa dia tidak tahu jika penyakit ini bukan penyakit main-main dan berakibat sangat fatal jika tidak segera diobati," gumam Dokter Doni yang merasa kebingungan.

Bersambung …

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!