Audrey menutup mulut dengan kedua tangannya, karena begitu syok dan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sedangkan Tasya juga merasa terpukul, karena ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya saat ini, karena mereka mengalami hal yang sama di dalam hidup mereka.
Di atas selembar kertas tersebut, tertera jelas bahwa Audrey mengalami penyakit gagal ginjal, sehingga ia membutuhkan donor. Akan tetapi untuk mencari donor ginjal juga tidak semudah itu, harus benar-benar yang cocok dengan Audrey, tidak bisa sembarangan.
"Enggak, ini nggak mungkin. Aku nggak mungkin sakit parah seperti ini. Ini nggak mungkin kan Sya, Dok, ini pasti aku salah baca 'kan? Kata Audrey tak mempercayainya.
Tak ada yang dapat Tasya lakukan saat ini, selain kembali memeluk tubuh sahabatnya itu, untuk memberikannya ketenangan.
"Kamu yang sabar ya Rey. Aku tahu ini pasti akan sangat berat untuk kamu, tapi kamu harus bisa menerimanya Rey. Aku yakin kok pasti akan ada jalan untuk kesembuhan kamu, kamu harus kuat," kata Tasya sembari mengusap lembut pundak Audrey.
Akan tetapi, dengan kasar Audrey malah mendorong tubuh sahabatnya itu.
"Kamu enak bisa dengan mudah mengatakan hal itu, karena kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan Sya. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya setelah mengetahui bahwa diri sendiri mengalami penyakit yang mematikan seperti itu. Maka dari itu kamu bisa dengan mudah mengatakan aku harus sabar, aku harus menerimanya kenyataan yang sangat menyakitkan," kata Audrey dengan suara meninggi.
Tasya hanya diam saja, ia mencoba untuk menetralisir perasaannya, menghadapi sahabatnya saat ini. Ia sangat mengerti kenapa sahabatnya bisa bersikap seperti itu kepadanya.
"Kamu salah Rey, justru aku juga merasakannya dimana saat ini kita mengalami hal yang sama. Aku bisa mengatakan hal itu karena aku juga mempunyai penyakit yang lebih parah dari kamu," batin Tasya. "Aku minta maaf ya Rey kalau kata-kata aku salah. Tapi hanya itu yang bisa aku katakan. Lagipula siapa bilang penyakit kamu mematikan? Kamu tidak dengar ya tadi Dokter mengatakan kalau kamu masih bisa sembuh, asalkan kita bisa segera mendapatkan donor ginjal itu. Aku yakin kok kalau kamu bisa mendapatkannya segera," ucap Tasya memberi semangat untuk sahabatnya itu.
"Tetapi Dokter yang mengatakan tidak semudah itu Sya. Kenapa sih masalah ini harus terjadi dalam hidup aku, sudahlah dikhianati oleh suami, sekarang aku harus menerima kenyataan bahwa aku mengalami penyakit ini," kata Audrey yang tak bisa menerimanya.
Meskipun mereka mengalami hal yang sama, akan tetapi Tasya terlihat lebih tegar dan bisa menerima kenyataan dibandingkan Audrey, sahabatnya itu.
"Maaf Nyonya Audrey, inilah kenyataannya. Kita berdoa saja semoga kita akan segera mendapatkan donor untuk Anda. Kami akan melakukan yang terbaik agar pasien kami semuanya dapat diobati. Untuk sementara Nyonya Audrey harus rutin melakukan cuci darah, agar kondisi Anda tidak semakin memburuk sembari kita menunggu donor ginjal tersebut," kata dokter yang membuat Audrey benar-benar merasa sangat terpukul.
****
Saat ini, Audrey telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Ia harus dirawat beberapa hari di rumah sakit agar kondisinya lebih stabil. Tidak hanya Tasya yang menemaninya, tetapi Aksa juga ikut menemani karena tadi dikabari oleh sang istri. Audrey juga terlihat sedikit lebih tenang karena terus saja diberi semangat oleh sahabat beserta suami sahabatnya itu.
"Tasya, Mas Aksa, terimakasih ya sudah ada di sini menemani aku dan memberi aku semangat. Aku nggak tahu kalau nggak ada kalian, pasti aku sudah nggak semangat lagi untuk hidup," ucap Audrey yang sangat terharu.
"Sama-sama Rey. Kamu itu 'kan sahabatnya istri aku, jadi kamu juga sahabat aku. Aku ada di sini menemani kamu juga karena istriku. Lagipula Galih kemana sih, kok sebagai suami dia sama sekali tidak ada tanggung jawabnya," kata Aksa.
"Mas Aksa … kamu nih, 'kan aku sudah bilang kalau kalau Galih dan Audrey itu sedang ada masalah. Maaf ya Rey dan sama-sama, nggak usah sungkan gitu lah. Kamu itu sudah aku anggap sepertu adik aku sendiri, jadi aku pasti akan selalu ada untuk kamu, di saat kamu membutuhkanku. Begitu juga sebaliknya 'kan," kata Tasya
"Iya Sya nggak apa-apa kok. Sekali lagi terimakasih ya Sya, aku beruntung banget bisa memiliki sahabat seperti kalian berdua, aku benar-benar terharu. Tapi nanti kalau aku sudah pergi, kalian jangan sedih ya karena kehilangan aku," ucap Audrey.
"Hey, kmu bicara apa sih. Nggak boleh dong bicara seperti itu, aku yakin kalau umur kamu itu masih panjang. Kita akan segera mendapatkan donor ginjal untuk kamu," kata Audrey yang terus menyemangati Audrey.
"Iya sya, aku akan sabar dan bertahan. Mudah-mudahan saja ya kita segera mendapatkan donor ginjal itu," ucap Audrey.
"Aamiin," ucap Tasya tersenyum.
Tasya terus saja menyemangati Audrey, meskipun ia sendiri sebenarnya mempunyai masalah yang sama. Bahkan penyakit yang ia alami lebih parah dan lebih mematikan. Kemungkinan untuk sembuh juga sangat kecil sekali, berbeda dengan Audrey yang masih berkesempatan untuk hidup lebih lama.
****
3 hari pun telah berlalu, Tasya merasakan jika sakit di kepalanya itu semakin lama semakin sering muncul. Untungnya ia masih bisa menahan dengan cepat mengkonsumsi obat dari dokter sehingga sakit kepalanya pun membaik.
Saat sedang bermain dengan sang anak di ruang televisi, tiba-tiba saja Tasya merasakan kepalanya itu sakit tak tertahankan.
"Akh," rintih Tasya sembari memegangi kepalanya, sehingga membuat Ciara terkejut.
"Mami, Mami kenapa Mi?" Tanya Ciara yang terlihat begitu khawatir.
"Nggak kenapa-napa Sayang, Mami hanya merasa sedikit sakit kepala aja kok. Mami mau minum obat dulu ya, kamu tunggu Mami di sini sama mbak ya," ucap Tasya.
Setelah memanggil Lastri dan memintanya untuk menemani Ciara seperti biasa, Tasya segera saja melangkahkan kakinya menuju ke kamar untuk mencari obat. Akan tetapi, ternyata persediaan obat Tasya telah habis.
"Ya ampun, aku sampai lupa kalau obat yang tadi malam aku minum adalah obat terakhir. Bagaimana ini? Aku tidak akan mungkin bisa kuat jika tidak mengkonsumsi obat itu," gumam Tasya di dalam kepanikannya.
Hingga pada akhirnya Tasya memutuskan akan pergi ke rumah sakit untuk meminta obat tersebut kepada dokter yang biasanya menanganinya.
Akan tetapi baru saja ia hendak keluar dari rumahnya, di saat itu bertepatan dengan Aksa yang baru saja pulang dari kantor.
"Sayang, kamu mau kemana buru-buru seperti itu?" Tanya Aksa.
"Mas Aksa, a-a-aku mau bertemu Audrey, Mas. Tadi Audrey nelpon aku dan katanya ada hal penting, boleh ya aku pergi sebentar," ucap Tasya.
"Aku antar ya," tawar Aksa.
"Nggak usah Mas, kamu 'kan capek baru pulang kerja. Lagipula kasihan Ciara, dari tadi dia bertanya kapan Papi pulang? Jadi kamu temani dia aja ya Mas. Aku ketemu Audrey di luar kok, nggak terlalu jauh dari rumah dan sebentar aja," ucap Tasya penuh harap.
"Ya sudah, tapi kamu hati-hati ya Sayang. Dan kalau sudah selesai urusannya kamu langsung pulang ya," pesan Aksa.
Tasya menganggukkan kepalanya, setelah itu pun ia segera saja masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya itu menuju ke tempat tujuannya.
Namun malang tak berbau, baru setengah perjalanan, Tasya merasakan kepalanya begitu sakit kembali serta pandangannya yang berkunang-kunang. Sehingga ia hampir saja menabrak seorang penyeberang jalan, saat menyadari akan hal itu dengan cepat Tasya membanting setir mobil ke kiri jalan sehingga ia pun menabrak sebuah pohon yang ada di sana.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments