Di sebuah perkemahan, terlihat para prajurit berlalu-lalang. Ada pula yang terlihat sedang bergurau canda, ada pula yang sedang menikmati segelas minuman anggur.
Sekitar beberapa meter dari kumpulan para prajurit, terlihat seorang prajurit sedang berjalan mendekati sebuah tenda perkemahan yang terlihat lebih besar daripada tenda yang lain.
" Permisi,Komandan!" sahutnya.
" Yuma? Masuklah."
Terlihat seorang pria berpakaian layaknya seorang ksatria, dengan pedang menggantung di pinggangnya. Matanya yang berwarna kuning topaz, serta rambut silvernya sungguh membuat para wanita langsung jatuh cinta padanya. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak banyak wanita ketahui, bahwa dia memiliki julukan si Maniak Perang. Nama pria itu adalah Fridzen Emerald Primos.
Di usianya yang masih berusia 23 tahun, Fridzen berhasil mendapatkan gelar Duke berkat prestasinya dalam berperamg melawan pasukan monster sihir yang datang menyerbu kerajaan beberapa tahun yang lalu.
" Zen.." sahut Yuma.
Marquis Yuma Alexander Xaverius, sahabat sekaligus tangan kanan Fridzen. Yuma merupakan tipe pria yang kalem dalam segala hal. Dia pun menduduki peringkat kedua " Pria yang ingin di pacari oleh gadis-gadis" setelah Zen.
" Sampai kapan kau akan terus memandangi surat itu dan mengirimkannya kepada nona Bright?" tanya Yuma.
Zen menatap tajam kearah sahabatnya itu.
" Bu.. Bukan urusanmu!" balas Zen.
Yuma pun berjalan kearah barel yang ada di dekat Zen, kemudian menumpahkan semua isi barel tersebut. Setumpuk surat yang tidak terkirim bertuliskan " Kepada Ms. Bright" berserakkan di lantai.
" Yu..! Yuma! Apa yang kau lakukan!?"
" Apa kau akan memasukan surat ini ke dalam barel lagi? Bersamaan dengan kalung topaz yang kau beli beberapa hari yang lalu?"
Zen terdiam. Wajahnya memerah.
Tak lama kemudian, terdengar suara keributan dari luar tenda. Seorang prajurit tiba-tiba masuk kedalam tenda.
" Sebuah pasukan monster sihir sedang datang mendekat!!!"
Mendengar laporan itu, Zen langsung bergegas keluar dari tenda dan memimpin pasukan untuk bergerak. Di samping itu, Yuma yang masih berada di dalam tenda, melirik ke arah surat beserta bingkisan yang berada di atas meja.
" Hm.." gumamnya.
Di ambilnya surat beserta bingkisan itu dan bergegas keluar ruangan. Dengan santai dia berjalan ke arah prajurit yang sedang mempersiapkan dirinya untuk bertempur dengan monster sihir.
" Prajurit!" panggilnya.
" Siap!" balas prajurit itu.
" Tolong kamu kirimkan surat beserta bingkisan ini ke kediaman Duke Bright."
Prajurit itu mengangguk, dan kemudian segera berlari untuk melaksanakan perintah Yuma.
...****************...
Di tengah perkemahan, Zen terlihat memberikan pidato singkat serta mulai memerintahkan pasukannya agar segera bergerak ke medan pertempuran. Sorakan keras pun terdengar dari prajurit-prajurit yang berkumpul di tengah perkemahan.
" Jadi, ketika ekspedisi ini selesai, apa kau akan menemui nona Bright?" tanya Yuma.
Zen terkejut mendengar suara Yuma yang tiba-tiba datang bertanya padanya.
" Apa kau sudah tidak waras. Mana mungkin dia mau menemuiku." jawab Zen.
" Apanya yang tidak mungkin. Sudah hampir setengah tahun kalian bertunangan, tetapi masih belum pernah bertemu sama sekali."
" Satu.. Kali.." jawab Zen dengan nada kecil.
" HAH? APA?" teriak Yuma.
" Pernah bertemu dengannya hanya satu kali."
" Kapan?! Bukankah kalian mulai bertunangan sebelum kau berangkat ekspedisi?!"
" Di pesta perjamuan di kerajaan 12 tahun yang lalu."
" Apa kau sudah gila? Anak itu masih berumur 6 tahun! Mana mungkin dia ingat denganmu!"
" Iya,kan?! Sudah kuduga!"
" 'Iya,kan' kepalamu! Hahh.." Yuma menghela nafas panjang.
" Pokoknya!! Setelah ekspedisi ini selesai, kau harus bertemu dengannya!" sambung Yuma.
Zen hanya mengangguk kecil. Tak lama kemudian, seorang prajurit datang menginformasikan bahwa semua pasukan sudah siap untuk berangkat.
...****************...
" HIYAAA!!!"
CLANG!
CLANG!
CLANG!
Pedang- pedang saling beradu. Ini adalah medan perang. Pasukan elite Duke Zen melawan pasukan monster sihir yang di komando oleh high orc.
" Flare!!" teriak Zen sembari mengayunkan tangannya ke udara untuk membuat sebuah lingkaran sihir.
BLAARRR!!!
Sebuah ledakan besar terdengar. Terlihat sekumpulan monster sihir itu terpental jauh dan bersimbah darah.
" Pasukan!!! Maju!!!" teriak Yuma begitu melihat ada kesempatan untuk menyerang monster sihir itu.
Sekali lagi, suara pedang-pedang yang saling beradu, suara ledakan akibat sihir-sihir yang dilemparkan terdengar.
Zen memang sangat terampil dalam penggunaan sihir dan pedang. Di usianya yang masih muda itu, Zen telah mencapai tingkat sihir yang tertinggi. Zen pun menguasi berbagai macam elemen sihir. Dia pun kemudian menjadi penerus menara sihir dan di juluki sebagai Master of Magic Tower.
" Zen!!!" teriak Yuma.
Terlihat dari arah belakang Zen, seekor monster sihir, Lamia tengah mengarahkan senjatanya ke arah Zen. Dengan cepat, Yuma melontarkan sihirnya.
" Stone Wall!!" teriak Yuma.
Zen terlihat kaget, kemudian dia menghela nafas.
" Thanks!" sahut Zen.
Kemudian Zen dan Yuma pun melanjutkan pertempuran mereka melawan para monster sihir itu. Pertempuran itu berlangsung lama. Zen yang sudah tidak tahan dengan lamanya pertempuran itu, akhirnya memulai untuk mengambarkan sebuah lingkaran sihir. Lingkaran sihir kali ini agak besar.
" Ulurkan waktu selama 1 menit, Yuma!" teriak Zen
Yuma mengangguk. Kemudian dia pun memulai untuk kembali menyerang monster sihir itu. Dari arah kejauhan, terlihat pasukan monster sihir datang kembali.
" Ck! Zen!!" teriak Yuma.
Zen menganggukan kepalanya, mengisyaratkan bahwa sihirnya sudah siap di luncurkan.
" Prajurit!! Mundurr!!" perintah Yuma.
Prajurit yang sedang bertarung pun, langsung berhenti dan berlari menjauh dari zona pertempuran. Setelah memastikan pasukannya sudah tidak ada lagi yang tertinggal di zona perang, Zen pun melontarkan sihirnya tepat di tengah zona.
" Mega Flare!!"
Sihir Zen kali ini merupakan sihir tingkat atas, yang dimana mampu untuk menghanguskan seluruh pasukan monster sihir itu. Sudah dapat dipastikan, pasukan Zen memenangkan pertempuran ini.
" Huff.. " Zen menghela nafas.
" Terima kasih atas kerja kerasmu,Zen" sahut Yuma sambil mengacungkan jempolnya.
" Bagaimana dengan yang lain?" tanya Zen.
Yuma hanya mengacungkan jempol. Zen mengernyitkan keningnya. Dan melihat ke sekeliling mereka, pasukannya selamat. Tidak ada yang tewas dalam peperangan itu.
" Melihat kekuatan sihirmu itu, aku ragu bahwa monster sihir itu akan datang menyerang lagi." kata Yuma.
" Ya. Ekspedisi ini telah berakhir. Setelah memasang sihir pelindung di desa sekitar, kita akan bersiap-siap untuk kembali ke kerajaan." balas Zen sambil menginstruksikan pasukannya untuk kembali ke perkemahan.
...****************...
SRAK!
SRAK!
SRAK!
" Tidak ada..." gumam Zen.
" Apanya yang tidak ada?" tanya Yuma penasaran.
" Surat beserta bingkisan untuk Mayuri.. Tidak ada.."
" Ah.. Sudah kukirimkan." kata Yuma dengan santai.
Bola mata Zen membesar. Dia tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.
" Apa?" tanyanya.
" Surat dan bingkisan itu, sudah kubantu kirimkan." jawab Yuma.
" A.. Apa yang telah kau lakukan?!" teriak Zen.
Yuma hanya tersenyum sinis.
" Sampai dunia kiamat, kau tidak akan pernah mengirimkan surat beserta bingkisan itu kepada nona Bright. Jadi, aku sendiri memutuskan untuk membantumu mengirimkannya." kata Yuma.
Zen terduduk lemas.
" Segeralah berkemas. Kita akan kembali ke kerajaan besok pagi." kata Yuma dan kemudian dia pun keluar dari tenda di sertai dengan ketawa yang keras.
" Yuma brengsek!" gumam Zen.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Yenz Hee
lanjut thor,seru..
2023-04-03
4