AYAH

AYAH

1. Sepuluh Hari Lalu

Hari jumat yang dihiasi sedikit mendung kelabu, aku duduk di ruangan kantor seperti biasa menghadap komputer dengan otak dipenuhi begitu banyak target pekerjaan yang harus selesai sebelum lebaran,

Sekitar jam dua siang, karena aku merasa mataku lelah, aku pindah ke meja kerja sebelah dan memilih menata akta yang belum sempat ku jilid,

Seharian itu, perasaanku sebetulnya sudah tidak enak, karena adik yang tinggal di luar kota memintaku cepat datang ke rumah Ayah untuk melihat bagaimana kondisi beliau,

Kabar sakit Ayah yang kami terima sejak hari Senin memang kali ini tidak biasanya membuat kami cukup khawatir,

Meskipun Ayah setiap kali kami telfon dan kirim pesan untuk menanyakan kabar beliau selalu menjawab baik-baik saja dan selalu bilang sudah mendingan, tapi kami tetap tak bisa tenang,

Trrrt... trrrt... trrrt...

Hp ku yang selalu ku letakkan di atas meja kerja tiba-tiba bergetar, cepat kuraih hp itu dan kulihat siapa yang mengirim pesan,

Maaf Tan, kayaknya kali ini kondisi Mbah buruk tidak seperti biasanya.

Begitu pesan dari salah satu saudara, anak dari keponakan Ayah,

Sebelum aku pulang ke rumah untuk melihat kondisi Ayah, aku memang meminta tolong pada Riswan, saudara kami itu,

Dia selain saudara juga bekerja di rumah Ayah, hanya saja beberapa waktu terakhir ia sedang sibuk dengan usahanya sendiri, maka itu sebabnya aku sengaja memintanya datang lebih dulu,

Membaca kabar dari Riswan, aku yang seharian ini sebetulnya sudah tidak enak perasaannya, akhirnya bertambah-tambah tak karuan, aku menghubungi adikku yang laki-laki yang merupakan adik bungsu di keluarga,

Adik laki-lakiku kebetulan memang sudah tinggal di rumah yang terpisah dari aku dan juga dari Ayah,

"Gimana? Mau jenguk Ayah sekarang? Atau nanti saja? Aku khawatir, tapi aku malas bertemu isterinya,"

Kataku menelfon adikku,

"Iya memang, aku juga sama, ingin jenguk Ayah, tapi malas bertemu isterinya,"

Ujar Vino, adik laki-laki ku,

Aku menghela nafas, perasaanku makin berkecamuk, antara ingin dan tidak karena hubungan kami anak-anak dengan Ayah memang sedang cukup tegang perkara isterinya yang sering membuat masalah,

Suka menjelekkan anak-anak suaminya di mana-mana, bersikap seolah hanya dia yang peduli dengan Ayah, meski pada kenyataannya Ayah tak sebaik itu dirawat,

Ketegangan kami yang berlangsung sudah sejak lama hingga akhirnya memuncak ketika adik Ayah meninggal dan Ayah tak sempat memberikan penghormatan terakhir sebelum dikebumikan karena isterinya, membuat kami anak-anak merasa sangat kecewa dan akhirnya hubungan orangtua anak menjadi sangat keruh,

Meskipun, kami sejatinya begitu sayang dengan Ayah kami, begitu peduli dengan kondisi kesehatannya yang tak lagi stabil, peduli kebutuhan obat-obatan yang beliau butuhkan, peduli saat beliau butuh dibawa ke dokter,

Namun, kami memang memutuskan untuk tidak pulang dulu karena ingin Ayah sadar betapa kami anak-anak harusnya juga ditempatkan di tempat yang istimewa di hatinya, jangan hanya isterinya saja,

Hingga, tiba-tiba, dalam keadaan yang kalut itu, sebuah pesan dari adik ku yang ada di luar kota masuk,

Mba, Ayah jatuh, kamu cepat ke rumah, aku ditelfon Tian.

Membaca teks pesan masuk dari adik, aku langsung saja melompat dari tempat duduk,

Tak ada lagi apapun yang aku pikirkan selain aku harus segera sampai di tempat Ayah dan tahu kondisinya,

Aku lari ke jalan raya, meminta ojek pangkalan yang ada di sana untuk segera mengantar ku ke rumah,

Saat itu semua rasanya sudah langsung gelap, tubuhku bereaksi seperti tahu akan ada banyak hal buruk ke depannya yang terjadi,

Sampai di rumah aku langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan lari ke kamar Ayah,

Dan...

Aku seketika lemas luar biasa, manakala melihat kondisi Ayah yang sudah terbaring lemah dengan nafas tersengal-sengal,

Ia mencoba bernafas dengan mulut, dengan mata yang sesekali terbuka dan menatapku seolah ingin mengatakan ia kesakitan,

"Ayah harus dibawa ke Rumah Sakit sekarang,"

Kataku,

Isterinya tampak menatapku dengan ekspresi seperti keberatan,

Dalam kondisi seperti itu, aku tahu yang ia pikirkan adalah biaya,

Tapi aku tak butuh persetujuannya, aku lari saja keluar rumah dan memanggil anak tetangga yang dulu berhubungan sangat baik dengan keluarga kami,

"Mas Tian... Mas Tian..."

Ku panggil ia dengan suara bergetar,

Mas Tian lari dari dalam rumah, ia menemui ku dengan panik,

"Ada apa Ta? Ayahnya kenapa lagi?"

Tanya Mas Tian,

"Aku minta tolong merepotkan Mas, aku minta diantarkan Ayah ke Rumah Sakit sekarang,"

Kataku pada Mas Tian,

Aku tentu saja sebetulnya tidak enak dengan Mas Tian dan keluarga, karena selama ini sejak Ayah menikah lagi, hubungan keluarga kami bisa dibilang tak sebegitu baik,

Kebiasaan isteri Ayah yang senang terlalu julid dengan tetangga, membicarakan kejelekan tetangga, mengurus urusan tetangga, bahkan komentar yang tak perlu membuat banyak tetangga merasa tidak nyaman dan aku sangat memaklumi,

Tapi, kali ini, aku sungguh butuh untuk tidak tahu malu, aku butuh meminta tolong agar Ayah bisa diselamatkan, dan hanya Mas Tian yang bisa diharapkan,

Alhamdulillah, Mas Tian menyanggupi, ia langsung mengganti pakaian dan bahkan mengerahkan pegawainya untuk membantu membawa Ayah ke Rumah Sakit,

Selain meminta tolong pada Mas Tian, aku juga meminta tolong pada saudara kami, Riswan yang sebelumnya dimintai tolong olehku untuk melihat keadaan Ayah,

Adikku Vino juga tentu saja aku suruh pulang karena ini sudah bukan lagi waktunya untuk kita anak-anak menuntut Ayah mengerti apa yang kami pikirkan atas semua masalah yang terjadi,

Sekitar menjelang Asar, kami pun akhirnya melarikan Ayah ke IGD di salah satu Rumah Sakit terbaik di kota kecil kami,

Begitu masuk IGD, aku pun meminta suami ku menyusul ke IGD untuk menunggui Ayah yang saat itu mulai kejang,

Suami ku pun cepat menyusul ku ke Rumah Sakit untuk menjaga Ayah, sedangkan aku dan Vino adikku sibuk mengurus mendaftarkan Ayah kepada pihak Rumah Sakit,

Hari itu, jam bergerak begitu lambat rasanya, hujan juga turun deras hingga membuat suasana benar-benar membuat dadaku terasa sempit,

Ayah kritis dari asar sampai menjelang maghrib, hingga sekitar setengah enam petang, Ayah siuman dan mulai tahu aku ada di sana,

Aku masih ingat dia seperti senang aku ada di sana, dia juga menanyakan Vino, adik laki-laki ku, yang mana memang Ayah ingin sekali bisa bicara lagi dengan nya karena hampir satu tahun mereka saling mendiamkan,

"Vino mana?"

Tanya Ayah sambil mencoba duduk,

Aku menahannya agar tidak sampai duduk dulu, lalu menjawab pertanyaannya,

"Vino pulang sebentar ke kontrakan, tadi ia pergi masih banyak pekerjaan yang belum dibereskan,"

"Oh iya, tapi nanti ke sini lagi kan?"

Tanya Ayah dengan nada yang berharap, dan itu tentu saja membuatku sedih,

"Iya Ayah, nanti Vino pasti ke sini lagi, jangan khawatir,"

Kataku,

Ayah mengangguk, lalu bilang ia haus, aku pun cepat mencari minum agar Ayah bisa segera minum.

...****************...

Terpopuler

Comments

anti sinetron suara hati istri

anti sinetron suara hati istri

kalau cerita seperti sangat"menjengkelkan,laki"tergoblok

2023-10-16

0

Esti Restianti

Esti Restianti

ini kisah yg banyak terjadi setelah punya istri/ayah tiri😔

2023-04-05

2

Anjana

Anjana

😭 ibu tiri macam apa itu, udah aku suruh hengkang kalau dapat ibu tiri kek gitu.

2023-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!