Seusai memberikan Ayah minum, Ayah sempat meminta makan karena katanya lapar, aku pun meminta suami membelikan roti kombinasi keju coklat di minimarket yang Ayah lumayan suka,
Suasana di luar saat itu hujan turun deras, tapi suami tetap menerjang hujan menuju supermarket agar bisa membelikan roti untuk Ayah,
Sekembalinya suami ku dari minimarket membelikan roti, aku pun menyuapkannya sedikit pada Ayah, tapi kata Ayah susah untuk makan roti saat itu, jadi kita cari lagi makanan lain dan ketemu bubur,
Ayah makan sekitar enam sendok petang itu, setelah ia berjuang melewati masa kritis sejak sebelum Asar hingga menjelang Maghrib,
Setelah Ayah makan, aku dipanggil dokter jaga di IGD, beliau memberitahu kondisi Ayah yang dicurigai sesak nafas Ayah juga dipicu dari jantungnya,
"Jadi nanti kami akan melakukan pemeriksaan jantung dan lain-lain lebih dulu ya Bu, dan kemungkinan tindakan selanjutnya adalah beliau harus masuk ICU karena kondisi Ayahnya panjenengan cukup mengkhawatirkan, risikonya beliau tidak bisa ditunggui di dalam ruangan, tapi sesekali kami ijinkan pihak keluarga menjenguk,"
Kata dokter IGD memberikan penjelasan saat itu, aku pun mengiyakan saja, bagiku dokter pastinya jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk Ayah,
Sekitar Maghrib, Ayah akhirnya di periksa kondisi jantungnya oleh dokter spesialis Jantung,
Saat menuju ruangan dokter spesialis jantung, Ayah masih sempat bercanda bahkan menertawakan kebodohanku yang sering membuat rusuh,
Masuk ke ruangan aku yang mengantarnya melakukan pemeriksaan, dan kemudian mendengarkan penjelasan dokter spesialis jantung tentang kondisi Ayah saat itu,
"Ayah ada pembengkakan jantung, jadi jantung manusia itu ada empat ruang, nah Ayah panjenengan ini satu ruang dalam jantungnya sudah membengkak, ada kemungkinan sesak nafas yang Ayah panjenengan alami adalah dari sini, termasuk juga paru-paru Ayah panjenengan juga memang bermasalah, ada infeksi karena terlalu banyak menghirup udara kotor,"
Begitu dokter spesialis jantung menjelaskan, lalu...
"Untuk ginjal juga ada penurunan kerja sampai tiga puluh persen, jadi ini benar-benar harus hati-hati sekali ya Bu,"
Kata dokter lagi, aku pun menangguk saja,
Aku sejenak menatap Ayah yang terbaring di atas brankar dorong dengan selang infus dan oksigen,
Aku sama sekali tidak menyangka, jika Ayah akhirnya memiliki sakit yang semacam itu,
"Ada yang ingin panjenengan tanyakan Bu? Terkait kondisi Ayah panjenengan?"
Tanya dokter kemudian, membuatku terkesiap, membuyarkan lamunanku tentang keadaan Ayah di dalam rumahnya yang selama ini tak terpantau oleh anak-anak,
"Ya dok,"
Jawabku,
"Monggo,"
Dokter mempersilahkan kepada ku untuk menyampaikan pertanyaan,
"Ngg... Ayah, selama ini belum pernah ada riwayat jantung, jadi boleh saya tahu itu dipicu karena apa dok?"
Tanyaku pada dokter yang menangani Ayah,
Dokter yang ramah dan baik itu tersenyum sambil mantuk-mantuk, setelah itu menjawab dengan tenang,
"Darah tinggi, kemungkinan besar penjahatnya adalah darah tinggi,"
Aku terdiam,
"Ada kemungkinan, Ayah panjenengan minggu-minggu terakhir sempat mengalami serangan jantung karena darah tinggi tapi tidak dirasakan, kebetulan saat beliau belum stabil paru-paru Ayah yang infeksi kambuh, maka dua sakit ini membuat Ayah panjenengan tidak kuat,"
Darah tinggi?
Aku menatap Ayah lagi, belakangan aku memang sering mendengar Ayah mulai sering darah tinggi, padahal dulu beliau orang yang cukup sehat, dan pastinya, itu karena banyak hal yang menyebabkannya,
"Kondisi beliau harus benar-benar dijaga nggih Bu, kami sarankan beliau masuk ICU agar bisa dipantau kondisinya selama dua puluh empat jam, nanti dokter utama yang menangani beliau ada dokter spesialis paru dan saya mendampingi,"
Jelas dokter dan aku mengangguk mengerti,
Sekitar lima belas menit berada di ruangan dokter spesialis jantung tersebut, aku akhirnya membawa Ayah keluar dari ruangan,
Seorang perawat laki-laki mendorong brankar yang langsung disambut suamiku yang menunggu di depan ruangan pemeriksaan,
Suamiku menyodorkan satu botol air mineral, memintaku minum satu dua teguk untuk berbuka puasa,
Setelahnya aku kemudian berjalan di belakang brankar di mana Ayah terbaring, suamiku dan perawat laki-laki tampak sibuk mendorong brankar, tapi aku sudah lemas tak bisa bicara apa-apa,
Jantung bengkak karena darah tinggi, infeksi paru karena terlalu sering menghirup udara kotor, dan ginjal yang fungsinya berkurang tiga puluh persen, semuanya sudah jelas dipicu dari dalam rumah,
Ayah kembali dibawa ke IGD, tak selang berapa lama adik laki-lakiku Vino datang membawakan aku makanan karena khawatir aku sakit,
Kami berdua kemudian kembali dipanggil oleh dokter jaga IGD, untuk menandatangani sejumlah surat pernyataan terkait perawatan Ayah yang akan dipindahkan ke ICU,
Jam berlalu begitu lama, tapi yang membuatku cukup lega, karena saat menunggu waktu itu Ayah terlihat berangsur membaik,
Kami sempat bercanda dan Ayah terlihat tidak banyak komentar soal keadaannya,
Ia hanya sesekali meminta pulang dan minta dirawat jalan saja, alasannya aku rasa karena ia khawatir tentang biaya,
Menjelang pukul sembilan malam, pihak Rumah Sakit meminta kami bersiap karena Ayah akan dipindahkan ke ICU,
Salah satu anak diminta ikut agar Ayah tidak sampai panik dan memberikan beliau motivasi agar bisa melewati semuanya dengan sabar,
Aku pun sebagai anak sulung akhirnya ikut masuk mengantar Ayah, ini tentu adalah pertama kalinya aku masuk ke ruangan ICU, melihat begitu banyak alat yang akan dipasang di tubuh Ayah membuatku sedikit tergetar,
Tapi, aku berusaha memperlihatkan semuanya biasa saja,
Ayah tampak gugup, ia juga pasti khawatir masuk ke ruangan asing,
Setelah Ayah dipindahkan ke atas tempat tidur di dalam ruangan ICU dan dipasangi banyak sekali alat yang aku tidak tahu satu persatu namanya, aku pamit pada Ayah untuk meninggalkannya dan memberikannya semangat,
"Hanya satu malam kok Yah, besok udah pulang,"
Kataku berbohong, mendengar besok bisa pulang Ayah mengangguk menurut,
"Jangan sakit lagi, Ayah harus sehat biar tidak ke sini lagi,"
Kataku, Ayah kembali mengangguk,
Aku lantas keluar dari ruangan di mana Ayah dirawat, lalu aku dipanggil dokter jaga ICU,
Beliau dokter perempuan yang sangat ramah, beliau memperkenalkan diri jika beliau yang akan mengawasi perkembangan kesehatan Ayah sejak detik itu,
"Usahakan keluarga tetap ada yang di luar ya Bu, ini anaknya nggih? Isteri tidak ada nggih Bapak?"
Tanya dokter,
Aku malas membahas jadi aku bilang saja,
"Kebetulan Mama saya sudah meninggal saat saya masih kecil,"
Dokter jaga ICU pun menganggukkan kepalanya,
"Oh nggih, baik, tidak apa-apa anak juga keluarga inti,"
Kata Bu dokter, ia sejenak menghela nafas, matanya menatap monitor kecil di depannya, lalu...
"Dokter jantung dan dokter IGD pasti sudah menjelaskan kondisi Ayah panjenengan nggih Bu, sekarang kita berdoa saja agar semua usaha berhasil membuat Ayah sehat lagi,"
Kata bu dokter jaga ICU,
"Aamiin,"
Aku pun cepat mengaminkan,
Setelah itu, aku diminta untuk mengambil obat dan juga menyiapkan pampers untuk orangtua, tisu basah dan tisu kering oleh asisten bu dokter, cepat aku pun pamit keluar ruangan dan meminta adikku yang mengambil obat, sementara kebutuhan lainnya dipesankan lewat ojek.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Arfan Abdillah
ya Allah penyakitnya hampir sama dengan bapak saya, ada sesak saya bawa cepat2 ke IGD ternyata disuruh masuk ICU karna paru2nya bermasalah
dari pas masuk ICU masih bisa ngobrol pas pagi2nya drop dan hanya bertahan sampai siang hari
beliau akhirnya meninggal 10 hari yang lalu
mengingatkan saya atas kejadian kemarin
2023-08-27
0
Esti Restianti
ga tau mau komen apa,karna aku tau ini kisah siapa,yg pasti,pastinya semua ini berat untuk di jalana tapi harus terus berjalan
2023-04-05
1
Marifatul ilmiyah
ini pasti ulah istri yg jahat itu sampai ayah bisa sakit kayak gitu dan ada rahasia yang di sembunyikan ayah
2023-04-05
0