Jam enam pagi, aku masih bebenah di dapur saat Um ku ke rumah diantar Vino,
Um terlihat capek dan mengantuk, aku persilahkan istirahat di kamar yang sudah aku rapikan,
"Istirahat dulu saja Um, semalaman pasti tidak tidur,"
Kataku,
"Iya ngantuk banget ini, tapi memang tidak bisa tidur juga karena khawatir nanti Ayah mu butuh apa-apa,"
Kata Um sambil melepas jaket lalu duduk di kursi ruang tamu,
Adikku Vino kemudian menyusul masuk ke dalam rumah, ia ikut ambil tempat di kursi ruang tamu sambil rebahan,
"Aku lembur semalaman, capek banget,"
Kata Vino,
"Kerjaan masih banyak?"
Tanyaku padanya sambil duduk dekat Um,
Vino mengangguk kecil, sambil meletakkan lengan tangannya di atas dahi dan matanya terpejam,
Um menghela nafas, lalu...
"Ta, Vin, ini aku akan cerita, dan aku terpaksa buka saja sekarang,"
Kata Um,
Aku dan Vino pun memandang ke arah Um, dan kemudian membenahi posisi kami,
Vino bahkan yang semula rebahan akhirnya berganti duduk sila,
"Ini aslinya, Ayah kalian itu sakit bukan karena apa-apa, tapi karena didiamkan selama satu minggu,"
Tutur Um,
Mendengar itu aku dan Vino saling berpandangan,
"Didiamkan bagaimana Um?"
Tanya Vino,
"Iya, jadi pas hari Rabu pekan lalu, aku kan ke rumah Ayah kalian, itu Ayah senang sekali aku datang, katanya alhmdulillah kamu datang De, aku pusing di rumah, isteri udah tiga hari diamin aku, tidak ngajak bicara, tidak juga menyiapkan apapun,"
Kata Ayah pada Um waktu itu,
"Lah memangnya kenapa? Ada masalah apa?"
Tanya Um bingung,
"Itu, Ita ke rumah senin kemarin, kasih kabar Vino pindah ke kontrakan sendiri, sekalian nengok aku,"
Kata Ayah menjawab pertanyaan Um ku,
Namun, mendengar jawaban Ayah, tentu saja Um ku bingung, dia bahkan sampai menyampaikan pertanyaan pada Ayah lagi,
"Memangnya apa masalahnya anak pulang ke rumahnya sendiri, rumah orangtuanya, yang dijenguk juga orangtuanya,"
"Itulah De, aneh,"
Ujar Ayah sambil pasang wajah sedih,
Setelah hari Rabu itu, hari Jumatnya Um ku pulang ke rumahnya di luar kota, baru sehari Ayah tiba-tiba datang ke kontrakan Um ku,
Um sampai heran, kenapa Ayah ku tiba-tiba saja datang tanpa memberi kabar lebih dulu,
Ayah bahkan bukan hanya ke rumah kontrakan Um, tapi juga ke tempat beberapa keponakan dan juga ke rumah induk milik orangtua Ayah yang masih ditempati adik-adik Ayah,
Ayah bahkan di tempat Um sempat bicara ingin menginap saja karena malas pulang,
"Pusing De kalau harus pulang,"
Kata Ayah,
"Nah terus bagaimana?"
Tanya Um ku,
"Aku menginap di sini saja,"
Ujar Ayah,
Um ku mendengar kata-kata Ayah tertawa,
"Tumben mau menginap di sini, sudah Kang, pulang saja, nanti kalau ada apa-apa sama Kakang, aku yang disalah-salahkan anak-anak,"
Um ku kemudian terus membujuk agar Ayah mau pulang, hingga hari telah senja, Ayah pun mengalah pulang,
Hari Sabtu dari luar kota, hari minggu nya Ayah ambruk sakit,
Lelah pikiran dan juga batin, membuat kondisi Ayah semakin cepat drop,
Hari Senin Um ku mengirimkan aku pesan singkat memberitahukan kondisi Ayah yang sedang tidak sehat,
Um memintaku datang ke rumah Ayah namun aku karena banyak pekerjaan aku hari itu belum sempat,
Tak ingin merasa terlalu bersalah, aku pun menelfon Ayah dan tidak diangkat, tapi beberapa jam setelah itu ada chat dari nomor Ayah dengan satu kata saja,
MENDINGAN.
Itu jawaban atas chat ku pagi setelah Um menelfon, menanyakan kondisinya sekalian mengajaknya ke dokter,
Masuk Selasa, Rabu, Kamis, semua masih terasa biasa saja, hingga kemudian Jumat pagi itu dan akhirnya kejadian siang menjelang sore yang akhirnya Ayah harus aku larikan ke IGD Rumah Sakit,
"Jadi Ayah sakit karena banyak pikiran,"
Kata Vino dengan suara lirih seperti gumaman,
"Cuma gara-gara aku ke situ Ayah didiamkan, sementara di luar dia menyebarkan rumor seakan anak-anak Ayah tidak mau datang ke rumah jenguk orangtua, giliran aku jenguk orangtua Ayah didiamkan sampai tekanan batin, sampai di rumahnya sendiri saja tidak betah, kenapa tidak diusir saja perempuan begitu,"
Kesal ku menggunung karena ingat lagi bagaimana kondisi Ayah saat kutemukan sudah tak berdaya di kamarnya,
"Ya ini biar kalian tahu saja, aslinya Ayah senang sekali kalau bisa kumpul dengan anak-anak,"
Ujar Um,
"Ya kami juga tahu, tapi kami belakangan tidak datang ke rumah bukan karena tidak peduli dengan Ayah, kami hanya ingin Ayah adil sedikit saat menjadi penengah,"
Timpal Vino, yang aku iyakan dengan anggukan karena sepakat,
Um menghela nafas panjang,
"Susah memang menghadapi isteri Ayah kalian, memang Kakakku terlalu membiarkan isterinya sewenang-wenang,"
Ujar Um seolah menyesalkan apa yang dilakukan Ayah,
Setelahnya Um kemudian bangkit dari duduknya, ia ke kamar mandi lalu pamit istirahat,
Vino juga pamit pulang ke kontrakan lebih dulu karena belum tidur, sedangkan aku menyusul Citra ke Rumah Sakit untuk menemaninya jaga Ayah di luar ruang ICU,
Sampai di Rumah Sakit, di kursi tunggu di luar ruangan ICU, tampak Citra sedang menangis sendirian saat aku baru tiba,
Aku dekati dan dia menyalamiku sambil masih berlinang air mata,
"Kenapa? Ayah kritis lagi? Kenapa tidak kasih kabar?"
Aku langsung memberondong, Citra menggelengkan kepalanya pelan,
"Ayah baik-baik saja, nafasnya masih sesak, tapi kata dokter detak jantungnya sudah mulai stabil, tadi aku diminta masuk untuk menyuapi makan sebelum minum obat,"
Ujar Citra bercerita, aku mengambil tempat untuk duduk di sebelahnya,
"Syukur Alhamdulillah kalau Ayah sudah mulai stabil,"
Kataku lega,
Citra mengangguk lalu menyeka air matanya dengan tisu, lalu...
"Trus kamu nangis kenapa?"
Tanyaku,
Citra menoleh ke arahku, lalu menjawab,
"Ayah tanya, ini nanti yang bayar biayanya siapa? Pasti mahal,"
Kata Citra sedih,
Aku menghela nafas,
"Kenapa memikirkan biaya? Kamu bilang semua kita handel, jangan khawatir,"
Kataku,
"Ya, aku bilang begitu, Ayah tidak usah khawatir, nanti itu urusan kami, yang penting Ayah istirahat total sampai sembuh,"
Aku mantuk-mantuk,
"Tapi Ayah lalu bilang,"
Lanjut Citra,
"Bilang apa?"
Tanyaku,
"Bilang katanya, aku paru-parunya infeksi, jantungnya juga bermasalah, aku juga ginjalnya sakit lagi,"
Tutur Citra menyampaikan apa yang dikatakan Ayah padanya,
Hatiku rasanya sakit mendengar itu, mungkin Ayah merasa takut dengan semua sakitnya kali ini,
"Aku bilang, tidak apa, nanti juga bakal sembuh, makanya Ayah nurut saja sama dokter, biar cepat sembuh dan bisa pulang,"
Ayah diam saja, hanya menatap langit-langit kamar ICU, sambil sesekali terbatuk kecil.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Hurustiati Rahayu
kok sama ya seperti posisiku.
cuma bedanya bapak ninggalin ibuku dan semua anaknya demi perempuan itu dan semua akses untuk bertemu juga di putus.
kalaupun kami bertemu ya seperti itu akhirnya bapak dan istrinya jadi bertengkar.
sampai akhirnya kami di kabari bapak meninggal.
2023-04-08
1
🎎 Lestari Handayani 🌹
ya Allah. ikut sedih aku say
2023-04-07
0
Esti Restianti
bingung mau komen apa😔
2023-04-05
0