Bab 5 - Bukan Sakit Perut

"Terima kasih, Dokter. Lala akan minum obatnya." Ucap Lala menerima obat yang diberikan Dokter.

"Kalau sudah diminum obatnya, kamu istirahat." Pesan Dokter yang diangguki Lala dengan cepat.

"Ini, La. Air minumnya." Riri memberikan air minumnya.

Lala pun dengan cepat seolah memasukkan obat ke dalam mulut, padahal ia memasukkan ke dalam kantong seragamnya. Lalu menenggak air minum.

Lala berbaring di ranjang uks ditemani Riri. Ia beralasan tidak mau ditinggal temannya itu.

"Kalau kau ini!" ucap Riri pelan. Mereka berada di ranjang ujung yang cukup jauh dari meja dokter.

"Kau pun senangnya." Ledek Lala menggeleng melihat Riri yang ikut berbaring di ranjang sampingnya.

"Ri, pinjam ponselmu!" Ucap Lala mengulurkan tangan.

"Pinjam sebentar saja. Aku mau main game." Alasan Lala kembali.

"Pakai ponselmu saja!"

"Nggak ada aplikasinya."

"Ya, download lah."

"Nggak bisa download, Ri. Ponselku sudah berat. Cepatlah pinjam dulu!" Paksa Lala tidak sabaran.

Riri pun memberi ponselnya. Lala menerima sambil bersorak riang dalam hati.

Lala mencari kotak Andra di ponsel Riri, pasti temannya itu punya nomornya om Andra.

'Bagus!' Lala menemukan kontak Andra di ponsel Riri. Ia pun segera mengirim nomor Andra ke ponselnya, lalu menghapus pesan tersebut. Agar Riri tidak tahu perbuatannya.

Riri pelit, tidak mau memberikan nomor ponsel Andra padanya. Alasannya karena pria itu sudah mempunyai kekasih. Padahalkan masih kekasih, kalau sudah istri baru lain cerita.

"Ini, Ri. Ku kembalikan. Gamenya tidak seru!" Lala mengembalikan ponsel Riri dengan banyak beralasan.

Riri menerima sambil menatap aneh. Lala sebentar sekali memegang ponselnya. Apa temannya ini benar-benar cuma main game?

"Ri, ayo tidur. Kapan lagi kita bisa tidur di ranjang empuk di jam pelajaran?" Lala cengir menepuk ranjangnya.

Riri tersenyum, ia menyimpan ponsel dan memejamkan mata. Mungkin mereka akan tidur sampai jam istirahat.

Saat jam istirahat Lala dan Riri berada di kantin. Mereka sedang melahap bakso ditambah gorengan. Keduanya kelihatan lapar sekali.

"Lala..." ucap Romeo menghampiri gadis remaja tersebut. Ia duduk di hadapannya.

"Katanya sakit perut, tapi makan lahap begitu. Tadi sakit perut atau lapar neng?" ledek Romeo pada Lala yang sudah berwajah kesal padanya.

"Diam kau!" ucap Lala sinis. Ia kesal pada temannya itu.

"Lala, aku tadi sengaja menunjukmu biar kau itu bisa mengerjakan soal itu." Romeo tahu Lala marah padanya karena itu.

"Hei, semua orang punya kekurangan dan kelebihan. Kekuranganku pelajaran itu!" Ucap Lala memberi alasan.

Romeo malah tertawa. Hampir 3 tahun sekelas dengan Lala, ia tidak tahu kelebihan Lala di pelajaran apa. Semuanya sama saja. Lala itu rangking 2 dari belakang.

"Apa kelebihanmu?" tanya Romeo ingin tahu.

"Kelebihanku... aku lebih cantik dan imut pastinya!" ucap Lala dengan pedenya.

Mendengar itu Romeo memasang wajah jijik.

"Meong... mukamu bisa saja!" Lala merasa muka Romeo sangat menyebalkan.

"Meong, Meong, Meong, namaku itu Romeo!" Romeo merasa kesal dengan panggilan Lala.

"Rom, itu panggilan sayang Lala samamu. Ro.Meo.ng." Ledek Riri dengan mengeja nama temannya itu.

"Idih!!!" Lala dan Romeo kompak berucap. Keduanya tidak terima dengan perkataan Riri.

"Kau jangan kepedean. Aku manggil kau Meo-ng, karena kau itu seperti kucing garong!" Lala tertawa mengatakannya.

"Garong? Apa ada tampangku ini seperti kucing garong?!" Romeo merasa kesal. Seenaknya dibilang begitu.

"Kalian berdua berantem saja. Nanti jodoh!" ejek Riri. Setiap Lala dan Romeo bertemu, selalu saja berdebat.

"Ihh." Lala merasa merinding memegangi tangannya.

"Aku juga ogah berjodoh denganmu!" Romeo juga tidak terima.

"Aku itu mau berjodoh dengan pria tampan, yang setiap dekat dengannya hati itu berdebar-debar. Seperti om Andra." Lala membayangkan menikah dengan pria impiannya.

"Kau lagi dekat sama om-om? Astaga Lala!!!" Romeo menutup mulutnya terkejut. Apa selera anak sma seperti itu.

"Meong... om Andra bukan seperti om-om itu, dia masih muda. Cuma beda 7 tahun saja dariku!" Lala merasa perbedaan usia mereka bukanlah masalah.

Riri melihat Romeo, ia baru ingat.

"La, Si Romeo adiknya kak Ana." Bisik Riri memberitahu.

"Oh... jadi tante Ana itu kakakmu?" Lala malah memastikan dengan memasang wajah kesal.

"Tante Ana?" Romeo berwajah bingung. Kakaknya dipanggil tante oleh Lala.

"Bilang sama tante Ana nggak usah sok kecantikan sama om Andra!" ucap Lala sinis, ternyata si Meong adiknya mak lampir itu.

"Kau suka sama bang Andra?" Romeo menggeleng. Yang ia tahu Andra pacaran dengan kakaknya.

"Iya, aku suka sama om Andra. Bilang sama tante itu, supaya jangan dekat-dekat sama calon suamiku. Mau jadi pelakor apa?!" Lala mendengus kesal. Ia sudah mengklaim Andra miliknya seutuhnya.

Riri menepuk jidatnya. Lala malah mengatakan seperti itu. Jelas-jelas Andra dan Ana memang memiliki hubungan. Lala yang pelakor di sini.

"Ri, ayo masuk!" ajak Lala menggeret temannya itu. Ia malas bicara dengan adik rivalnya tersebut.

Sementara Romeo yang ditinggalkan kedua gadis itu tersenyum sambil menggelengkan kepala.

'Dasar Lala, tukang halu!'

\=\=\=\=\=\=

Malam itu Andra membawa Ana ke sebuah restauran mewah. Ia berjalan bergandengan tangan menuju ruangan yang sudah diatur Andra.

"Wah..." Ana terpaku saat memasuki ruangan itu. Banyak bunga dan lilin yang membuat suasana terasa romantis.

Andra menarik kursi untuk Ana, membuat wanita itu jadi tersenyum atas perhatian pria itu.

"Apa kamu suka?" tanya Andra setelah ia duduk di hadapan Ana. Ia memandangi wajah wanita yang dicintainya.

Ana mengangguk pelan. "Ada perayaan apa ini?" tanya Ana.

Bukan hari ulang tahunnya atau hari ulang Andra. Dan bukan juga hari jadian mereka.

Andra menghembuskan nafas terlebih dahulu. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Ana, ayo kita menikah!" ajak Andra. Mereka sudah 3 tahun menjalin hubungan. Ya, walaupun kelamaan LDR-an. Tapi, Andra sangat yakin dengan perasaannya. Ia ingin menjadikan Ana istrinya.

Mendengar niat Andra yang melamarnya, membuat Ana sedikit tidak nyaman.

"Maaf, Dra. Aku belum siap untuk menikah." Tolak Ana. Ia merasa Andra terlalu terburu-buru.

"Kenapa?" tanya Andra yang kecewa, tapi ingin tahu alasan wanita itu.

"Kamu terlalu terburu-buru, Dra. Aku masih kuliah."

"Setelah menikah, aku tetap mengizinkanmu berkuliah. Tidak ada yang berubah, hanya status kita saja." Andra meyakinkan Ana.

"Maaf, Dra. Untuk saat ini aku belum mau menikah." Banyak yang menjadi pertimbangan Ana. Meski ia mencintai Andra.

Andra tampak berpikir. "Baiklah, aku akan menunggumu!"

Andra sadar dan akan mengalah. Mungkin ia yang terlalu tergesa-gesa. Ana masih sangat muda. Mungkin ia akan melamar kembali saat kekasihnya itu sudah selesai berkuliah saja.

"Terima kasih, Dra." Ana senang Andra mengerti dirinya.

"Kamu pakai saja sekarang ya?" Andra akan memakaikan cincin tersebut di jari Ana. Tapi Ana menolak, ia menarik tangannya.

"Tidak, Dra. Kamu simpan saja!"

Andra mengangguk dan menyimpannya.

"Ayo, kita makan." Andra mempersilahkan Ana.

Mereka melahap makanan yang sudah terhidang. Sambil saling melempar senyum.

Ting

Andra meraih ponsel dan membuka pesan masuk. Keningnya berkerut saat membaca pesan tersebut.

"Ada apa?" Ana yang penasaran, mengambil ponsel Andra dan membaca pesan tersebut.

"Andra... apa kamu berselingkuh???"

.

.

.

Episodes
1 Bab 1 - Jatuh Cinta
2 Bab 2 - Tingkah Lala
3 Bab 3 - Tentang Lala
4 Bab 4 - Anak Manja
5 Bab 5 - Bukan Sakit Perut
6 Bab 6 - Tetangga
7 Bab 7 - Cari Perhatian
8 Bab 8 - Lala Lala Lala
9 Bab 9 - Bertemu Teman
10 Bab 10 - Tanggapan Ana
11 Bab 11 - Lala Sedih
12 Bab 12 - Banyak Saingan
13 Bab 13 - Berharap
14 Bab 14 - Teman Ana
15 Bab 15 - Kesombongan Ana
16 Bab 16 - Sudah Menikah
17 Bab 17 - Tidak Ingin Malu
18 Bab 18 - Lihat Aku
19 Bab 19 - Sah
20 Bab 20 - Malam Pertama
21 Bab 21 - Kesempatan
22 Bab 22 - Menolak
23 Bab 23 - Ngeyel
24 Bab 24 - Kompor
25 Bab 25 - Malam Itu
26 Bab 26 - Eksperimen
27 Bab 27 - Berkunjung
28 Bab 28 - Krek
29 Bab 29 - Menemui Ana
30 Bab 30 - Salah Paham
31 Bab 31 - Seperti Pencuri
32 Bab 32 - Telur Ceplok
33 Bab 33 - Lala Baper
34 Bab 34 - Menolak
35 Bab 35 - Perhatian Lala
36 Bab 36 - Belum Waktunya
37 Bab 37 - Lala Berubah
38 Bab 38 - Pantai
39 Bab 39 - 3 Bulan
40 Bab 40 - Tidak Sabaran
41 Bab 41 - Tidak Peduli
42 Bab 42 - Menurut
43 Bab 43 - Merawat
44 Bab 44 - Seolah Mimpi
45 Bab 45 - Mulai Berubah
46 Bab 46 - Canggung
47 Bab 47 - Kencan?
48 Bab 48 - Memulai
49 Bab 49 - Mas Andra
50 Bab 50 - Rumah Baru
51 Bab 51 - Makin Menggemaskan
52 Bab 52 - Kondisi Ana
53 Bab 53 - Selamanya
54 Bab 54 - Ting Ting Ting Ting
55 Bab 55 - Menjual Kesedihan
56 Bab 56 - Hanya Andra Seorang
57 Bab 57 - Lala Atau Ana
58 Bab 58 - Karena Lala
59 Bab 59 - Jujur
60 Bab 60 - Dilarang Masak
61 Bab 61 - Kunjungan
62 Bab 62 - Jatuh Cinta
63 Bab 63 - Sikap Andra
64 Bab 64 - Sudah Berakhir
65 Bab 65 - Tidak Sopan
66 Bab 66 - Perkelahian
67 Bab 67 - Tamu
68 Bab 68 - Meminta Izin
69 Bab 69 - Menjemput Lala
70 Bab 70 - Hamil
71 Bab 71 - Kembali Pindah
72 Bab 72 - Perlakuan Andra
73 Bab 73 - Ikut Hamil
74 Bab 74 - Bawaan Anak
75 Bab 75 - Mencintaimu
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1 - Jatuh Cinta
2
Bab 2 - Tingkah Lala
3
Bab 3 - Tentang Lala
4
Bab 4 - Anak Manja
5
Bab 5 - Bukan Sakit Perut
6
Bab 6 - Tetangga
7
Bab 7 - Cari Perhatian
8
Bab 8 - Lala Lala Lala
9
Bab 9 - Bertemu Teman
10
Bab 10 - Tanggapan Ana
11
Bab 11 - Lala Sedih
12
Bab 12 - Banyak Saingan
13
Bab 13 - Berharap
14
Bab 14 - Teman Ana
15
Bab 15 - Kesombongan Ana
16
Bab 16 - Sudah Menikah
17
Bab 17 - Tidak Ingin Malu
18
Bab 18 - Lihat Aku
19
Bab 19 - Sah
20
Bab 20 - Malam Pertama
21
Bab 21 - Kesempatan
22
Bab 22 - Menolak
23
Bab 23 - Ngeyel
24
Bab 24 - Kompor
25
Bab 25 - Malam Itu
26
Bab 26 - Eksperimen
27
Bab 27 - Berkunjung
28
Bab 28 - Krek
29
Bab 29 - Menemui Ana
30
Bab 30 - Salah Paham
31
Bab 31 - Seperti Pencuri
32
Bab 32 - Telur Ceplok
33
Bab 33 - Lala Baper
34
Bab 34 - Menolak
35
Bab 35 - Perhatian Lala
36
Bab 36 - Belum Waktunya
37
Bab 37 - Lala Berubah
38
Bab 38 - Pantai
39
Bab 39 - 3 Bulan
40
Bab 40 - Tidak Sabaran
41
Bab 41 - Tidak Peduli
42
Bab 42 - Menurut
43
Bab 43 - Merawat
44
Bab 44 - Seolah Mimpi
45
Bab 45 - Mulai Berubah
46
Bab 46 - Canggung
47
Bab 47 - Kencan?
48
Bab 48 - Memulai
49
Bab 49 - Mas Andra
50
Bab 50 - Rumah Baru
51
Bab 51 - Makin Menggemaskan
52
Bab 52 - Kondisi Ana
53
Bab 53 - Selamanya
54
Bab 54 - Ting Ting Ting Ting
55
Bab 55 - Menjual Kesedihan
56
Bab 56 - Hanya Andra Seorang
57
Bab 57 - Lala Atau Ana
58
Bab 58 - Karena Lala
59
Bab 59 - Jujur
60
Bab 60 - Dilarang Masak
61
Bab 61 - Kunjungan
62
Bab 62 - Jatuh Cinta
63
Bab 63 - Sikap Andra
64
Bab 64 - Sudah Berakhir
65
Bab 65 - Tidak Sopan
66
Bab 66 - Perkelahian
67
Bab 67 - Tamu
68
Bab 68 - Meminta Izin
69
Bab 69 - Menjemput Lala
70
Bab 70 - Hamil
71
Bab 71 - Kembali Pindah
72
Bab 72 - Perlakuan Andra
73
Bab 73 - Ikut Hamil
74
Bab 74 - Bawaan Anak
75
Bab 75 - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!