Bab 3 - Tentang Lala

"Kau mau ke mana, Ri?" tanya Lala melihat Riri mendempul wajahnya. Temannya itu sudah mandi dan berpakaian rapi saja.

Riri tidak menjawab, ia masih mendempul bedak di wajah, lalu menyemprot minyak wangi di seluruh tubuhnya.

"Eh, Ri." Panggil Lala kembali.

"Hmm." Hanya deheman sebagai jawaban.

"Papa Ayaz seleranya itu yang besar dan bulat. Kalau sepertimu-" Lala melihat Riri dari hingga atas lagi.

"... nggak banget!" Lala menggeleng.

Riri itu hanya seorang bocah. Jika papanya ingin menikah lagi, pasti mencari wanita yang dewasa dan juga bersifat keibuan. Agar bisa menyayanginya juga. Jangan cuma mau sama papanya tapi melupakan anaknya.

"Ih... Lala pun! Fisik itu nomor 2, La. Yang terpenting itu hati. Kau tenang saja, aku akan menjadi ibu tiri yang baik bagimu. Aku akan menyayangimu dan mencintai papamu pastinya!" Ucap Riri dengan wajah merona. Ia sangat menyukai papanya Lala. Pria paruh baya itu begitu sangat wah. Memang duda hot.

Lala menunjukkan wajah aneh mendengar ucapan Riri. Ucapan yang tidak cocok dengan usianya.

Ting tong

Ting tong

"Pasti itu papamu, La." Riri melihat penampilannya terlebih dahulu di cermin. Lalu ia pun berlari untuk membuka pintu. Papanya Lala tidak boleh menunggu terlalu lama.

'Riri, Riri... Papaku nggak suka sama daun muda.' Lala menggeleng melihat Riri yang sudah pergi begitu saja.

Cekrek...

Mata Riri terpaku saat membuka pintu. Ada sosok pria dewasa di hadapannya. Tampan, gagah dan berwibawa. Benar-benar pria idamannya. Walau papanya Lala itu sudah seusia papanya sendiri. Tapi hatikan tidak mengenal perbedaan.

"Selamat sore, Riri." Ucap pria itu memberi senyuman.

"Se-selamat sore, om Ayaz." Balas sapa Riri pada papa temannya itu. Senyuman om Ayaz membuat hatinya berdebar-debar. Senyuman yang melelehkan hati.

"Om kemari mau menjemput Lala. Kata Lala, ia belajar di rumah kamu." Ayaz memastikan.

"I-iya, om. Si-silahkan masuk." Riri terlalu gugup untuk bicara dengan pria dewasa itu. Jantungnya tidak bisa dikondisikan.

"Papa..." ucap Lala menghampiri sang Papa. Ia langsung memeluk pria kesayangannya itu.

'Om, akukan mau dipeluk juga!' Riri membatin. Ia merasa cemburu dengan Lala. Bisa memeluk pria idamannya seperti itu.

"Pa, kita langsung pulang saja ya. Lala sudah ngantuk." Ajak Lala sambil menunjukkan matanya yang sengaja ia cipitkan.

"Iya, sayang." Papa Ayaz pun mengangguk. "Riri, kami permisi pulang. Maaf ya, jika Lala tadi merepotkanmu."

"Ti-tidak kok, Om. Direpoti tiap hari sama om pun nggak apa, eh maksudnya Riri sama Lala, om." Riri segera membenarkan perkataannya. Ia malah salah berucap karena gugupnya.

Lala yang sudah menempel dengan papanya tersenyum geli. Temannya ini naksir berat dengan papanya.

"Ri, aku pulang." Lala pamitan juga. "Pa, ayo jalan. Nanti di jalan kita singgah beli es krim ya."

Ayaz mengangguk lalu merangkul Lala berjalan menuju mobil. Ia membukakan pintu mobil untuk putri kesayangannya.

Dari lantai 2 rumah Riri, seorang pria melihat temannya Lala sudah pulang.

"... besok kita makan malam. Kamu ada waktukan?" Andra sedang berteleponan dengan sang kekasih di balkon rumah.

...

"Baiklah. Besok malam aku jemput." Ucap Andra dengan wajah full senyum.

\=\=\=\=\=\=

"Papa mau?" Lala menyendokkan sesuap es krim pada papanya. "Enakkan, Pa?"

Papa Ayaz mengangguk menikmati rasa dingin dan manis es krim di dalam mulutnya.

"Anak Papa... makannya kok seperti bocah begini sih?!" Papa membersihkan mulut Lala yang berselemak es krim dengan tisu.

"Pa, yang sebelah sini juga!" Lala malah menunjukkan sisi lain minta dibersihkan juga.

Ayaz tersenyum melihat sang putri. Lala besar tanpa kasih sayang seorang ibu. Makanya Lala sangat manja padanya.

Istrinya meninggal saat melahirkan Lala. Ayaz sangat sedih dan frustasi ditinggalkan wanita yang dicintainya.

Setelah Lala lahir, Ayaz sangat tidak menyukai bayi itu. Karena melahirkan Lala, istrinya jadi meninggal. Ia menganggap Lala yang membunuh sang istri.

Lala diurus oleh neneknya, Mamanya Ayaz. Selama beberapa bulan, Ayaz tidak pernah mau peduli dengan buah hatinya itu. Ia sudah menganggap Lala adalah pembawa sial.

Kemudian, ia sempat bermimpi didatangi mendiang istrinya. Mendiang istrinya berpesan agar Ayaz merawat dan membesarkan bayi itu. Mencurahkan semua kasih sayang.

Karena bermimpi seperti itu, Ayaz pun mendatangi rumah orang tuanya. Pria itu melihat dengan datar bayi yang sedang terlelap di tempat tidur.

Tiba-tiba bayi itu menggeliat dan menangis. Ayaz bingung dan memanggil Mamanya. Tapi Mamanya tidak masuk ke kamar juga. Mau keluar kamar untuk memanggil, ia takut meninggalkan bayi itu. Takut bila bayi itu jatuh dari tempat tidur.

Hingga akhirnya, Ayaz memberanikan diri menggendong bayi tersebut. Ia dengan pelan-pelan menggendongnya. Bayi itu masih juga menangis dalam gendongannya.

"Sayang... jangan menangis lagi ya, nak." Bujuk Ayaz tanpa sadar pada bayinya. Seketika suara tangisan itu pun hening. Lala anteng dan kembali tidur.

Bayi mungil itu sudah terlelap dalam gendongannya. Merasa sangat nyaman dan terlindungi.

Ayaz memandangi bayi mungilnya. Ia jadi merasa bersalah menyalahkan bayi mungil ini. Bayi mungil ini saja tidak berdaya. Hanya bisanya menangis. Bagaimana bisa ia menganggap bayi polos ini yang membunuh istrinya?

"Maafkan Papa ya, nak. Papa janji akan merawat dan membesarkanmu. Papa akan manjadi Papa dan Mama untukmu." Ayaz mengecup wajah bayinya, air matanya sampai terjatuh di pipi bayi mungil tersebut. Ayaz sangat menyesal dengan pemikirannya selama ini.

Setelah itu Ayaz pun pindah ke rumah orang tuanya. Ia merawat dan membesarkan Lala bersama Mamanya.

"Papa, kok bengong?" tanya Lala yang melihat pria kesayangannya malah melamun.

"Tidak, nak." Ayaz menggeleng saat tersadar dari lamunan masa lalunya.

"Papa pusing ya. Banyak kerjaan di kantor. Yang mana yang pusing, biar Lala pijatin!" Lala bangkit dan berdiri di belakang Ayaz. Ia pun memijat kening pria yang mulai berkerut itu.

"Gimana, Pa?" tanya Lala memastikan. Apa pijatannya terlalu kuat?

"Kamu memang tukang pijat. Papa sudah merasa enakkan sekarang." Ayaz merasa senang dengan perhatian Lala. Walau pijatan Lala seperti mengelus-elus keningnya saja. Tapi mampu membuat rasa lelahnya bekerja seharian di kantor sirna sudah.

"Sudah, sayang. Terima kasih ya." Ayaz menarik Lala untuk duduk kembali.

"Nanti kalau papa pusing lagi, bilang saja sama Lala. Biar Lala pijatin lagi. Gratis!" seru Lala dengan semangat.

Ayaz mengangguk dengan wajah bahagia. "Kita pulang sudah sore, kasihan nenek di rumah."

Lala mengangguk dan bangkit. Ia lalu memeluk lengan sang Papa dan mereka berjalan keluar dari kafe tersebut.

Sepanjang mereka berjalan beriringan keluar kafe, banyak mata yang melihat. Lalu kemudian saling berbisik.

"Kayaknya itu sugar babynya ya."

"Ngeri anak zaman sekarang, masih SMA saja mainnya sama om-om."

"Om-om zaman sekarang pun sukanya sama daun muda."

Begitulah tanggapan orang lain. Mereka tidak tahu kalau yang sedang digibahi adalah Ayah dan anak.

.

.

.

Episodes
1 Bab 1 - Jatuh Cinta
2 Bab 2 - Tingkah Lala
3 Bab 3 - Tentang Lala
4 Bab 4 - Anak Manja
5 Bab 5 - Bukan Sakit Perut
6 Bab 6 - Tetangga
7 Bab 7 - Cari Perhatian
8 Bab 8 - Lala Lala Lala
9 Bab 9 - Bertemu Teman
10 Bab 10 - Tanggapan Ana
11 Bab 11 - Lala Sedih
12 Bab 12 - Banyak Saingan
13 Bab 13 - Berharap
14 Bab 14 - Teman Ana
15 Bab 15 - Kesombongan Ana
16 Bab 16 - Sudah Menikah
17 Bab 17 - Tidak Ingin Malu
18 Bab 18 - Lihat Aku
19 Bab 19 - Sah
20 Bab 20 - Malam Pertama
21 Bab 21 - Kesempatan
22 Bab 22 - Menolak
23 Bab 23 - Ngeyel
24 Bab 24 - Kompor
25 Bab 25 - Malam Itu
26 Bab 26 - Eksperimen
27 Bab 27 - Berkunjung
28 Bab 28 - Krek
29 Bab 29 - Menemui Ana
30 Bab 30 - Salah Paham
31 Bab 31 - Seperti Pencuri
32 Bab 32 - Telur Ceplok
33 Bab 33 - Lala Baper
34 Bab 34 - Menolak
35 Bab 35 - Perhatian Lala
36 Bab 36 - Belum Waktunya
37 Bab 37 - Lala Berubah
38 Bab 38 - Pantai
39 Bab 39 - 3 Bulan
40 Bab 40 - Tidak Sabaran
41 Bab 41 - Tidak Peduli
42 Bab 42 - Menurut
43 Bab 43 - Merawat
44 Bab 44 - Seolah Mimpi
45 Bab 45 - Mulai Berubah
46 Bab 46 - Canggung
47 Bab 47 - Kencan?
48 Bab 48 - Memulai
49 Bab 49 - Mas Andra
50 Bab 50 - Rumah Baru
51 Bab 51 - Makin Menggemaskan
52 Bab 52 - Kondisi Ana
53 Bab 53 - Selamanya
54 Bab 54 - Ting Ting Ting Ting
55 Bab 55 - Menjual Kesedihan
56 Bab 56 - Hanya Andra Seorang
57 Bab 57 - Lala Atau Ana
58 Bab 58 - Karena Lala
59 Bab 59 - Jujur
60 Bab 60 - Dilarang Masak
61 Bab 61 - Kunjungan
62 Bab 62 - Jatuh Cinta
63 Bab 63 - Sikap Andra
64 Bab 64 - Sudah Berakhir
65 Bab 65 - Tidak Sopan
66 Bab 66 - Perkelahian
67 Bab 67 - Tamu
68 Bab 68 - Meminta Izin
69 Bab 69 - Menjemput Lala
70 Bab 70 - Hamil
71 Bab 71 - Kembali Pindah
72 Bab 72 - Perlakuan Andra
73 Bab 73 - Ikut Hamil
74 Bab 74 - Bawaan Anak
75 Bab 75 - Mencintaimu
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1 - Jatuh Cinta
2
Bab 2 - Tingkah Lala
3
Bab 3 - Tentang Lala
4
Bab 4 - Anak Manja
5
Bab 5 - Bukan Sakit Perut
6
Bab 6 - Tetangga
7
Bab 7 - Cari Perhatian
8
Bab 8 - Lala Lala Lala
9
Bab 9 - Bertemu Teman
10
Bab 10 - Tanggapan Ana
11
Bab 11 - Lala Sedih
12
Bab 12 - Banyak Saingan
13
Bab 13 - Berharap
14
Bab 14 - Teman Ana
15
Bab 15 - Kesombongan Ana
16
Bab 16 - Sudah Menikah
17
Bab 17 - Tidak Ingin Malu
18
Bab 18 - Lihat Aku
19
Bab 19 - Sah
20
Bab 20 - Malam Pertama
21
Bab 21 - Kesempatan
22
Bab 22 - Menolak
23
Bab 23 - Ngeyel
24
Bab 24 - Kompor
25
Bab 25 - Malam Itu
26
Bab 26 - Eksperimen
27
Bab 27 - Berkunjung
28
Bab 28 - Krek
29
Bab 29 - Menemui Ana
30
Bab 30 - Salah Paham
31
Bab 31 - Seperti Pencuri
32
Bab 32 - Telur Ceplok
33
Bab 33 - Lala Baper
34
Bab 34 - Menolak
35
Bab 35 - Perhatian Lala
36
Bab 36 - Belum Waktunya
37
Bab 37 - Lala Berubah
38
Bab 38 - Pantai
39
Bab 39 - 3 Bulan
40
Bab 40 - Tidak Sabaran
41
Bab 41 - Tidak Peduli
42
Bab 42 - Menurut
43
Bab 43 - Merawat
44
Bab 44 - Seolah Mimpi
45
Bab 45 - Mulai Berubah
46
Bab 46 - Canggung
47
Bab 47 - Kencan?
48
Bab 48 - Memulai
49
Bab 49 - Mas Andra
50
Bab 50 - Rumah Baru
51
Bab 51 - Makin Menggemaskan
52
Bab 52 - Kondisi Ana
53
Bab 53 - Selamanya
54
Bab 54 - Ting Ting Ting Ting
55
Bab 55 - Menjual Kesedihan
56
Bab 56 - Hanya Andra Seorang
57
Bab 57 - Lala Atau Ana
58
Bab 58 - Karena Lala
59
Bab 59 - Jujur
60
Bab 60 - Dilarang Masak
61
Bab 61 - Kunjungan
62
Bab 62 - Jatuh Cinta
63
Bab 63 - Sikap Andra
64
Bab 64 - Sudah Berakhir
65
Bab 65 - Tidak Sopan
66
Bab 66 - Perkelahian
67
Bab 67 - Tamu
68
Bab 68 - Meminta Izin
69
Bab 69 - Menjemput Lala
70
Bab 70 - Hamil
71
Bab 71 - Kembali Pindah
72
Bab 72 - Perlakuan Andra
73
Bab 73 - Ikut Hamil
74
Bab 74 - Bawaan Anak
75
Bab 75 - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!