Bab 2 - Tingkah Lala

"Siapa yang tadi mengklakson???" tanya Andra merasa kesal. Ia menatap tajam bergantian ke arah Riri dan Lala.

"Itu-"

"Riri, Om!" Lala segera menyela saat Riri akan menjawab. Ia menunjuk temannya itu.

"Kok aku." Riri melihat Lala. Lala yang melakukannya, malah ia yang kena dituduh. Mana mata om Andra tajam lagi.

"Riri mau pulang cepat dia, Om. Mau mengerjakan pr bersamaku. Iya kan, Ri?" alasan Lala seraya menyenggol lengan Riri, agar juga mengiyakan alasannya.

"I-iya, Om. Kami mau mengerjakan pr bersama." Jawab Riri mengikuti alasan Lala. Padahal dalam hatinya mendumel.

"Sayang, kita jalan saja sekarang." Ucap Ana tidak ingin ribut-ribut.

'Sayang?!' Lala tidak suka mendengar panggilan itu. Terasa menggelikan.

Andra pun menurut dan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan.

"Riri apa kabar?" tanya Ana membalik badan ke arah ponakannya Andra tersebut. Sudah lama mereka tidak bertemu.

"Baik, kak." Jawab Riri.

"Teman sekelas kamu ya?" tanya Ana yang kini tersenyum pada Lala.

Lala melengos. Si Ana itu sok akrab sekali dengannya. Lalu tak lama ia mulai tersenyum tipis.

"Iya, kak Ana. Lala teman sekelasku." Riri menjawab. Lala diam saja.

"Iya, tante. Aku Lala teman sekelasnya Riri." Ucap Lala memberitahu. Ia sengaja memanggil Ana dengan sebutan tante. Biar wanita itu tahu kalau dia sudah tua.

"Tan-tante?" Ana merasa aneh dipanggil begitu. Ia belum setua itu untuk dipanggil tante.

"A-aku masih muda!" tegas Ana kesal. Usianya saja masih 21 tahun. Cuma beda 3 tahun saja dari bocah SMA ini. Masa dipanggil tante.

"Aku panggil om sama om Andra, jadi-" Lala sengaja memasang wajah bingung melihat ekspresi Ana yang tidak terima. Ia kan tidak salah.

"Sayang, aku kan Omnya Riri. Karena kamu temanku, wajar dia memanggilmu begitu. Itu hanya bentuk kesopanannya." Andra memperjelas. Ia mewajarkan Lala berucap begitu.

'Ih... So sweet!!! Om Andra... ihh gemes!!!' Lala senyum. Andra ternyata membelanya.

'Apa Om Andra mulai naksir aku ya?' Lala mulai dengan kepedeannya. Yakin sekali om Andra punya hati padanya.

Tapi, tiba-tiba mata Lala teralih. Andra dan Ana saling bergenggaman tangan.

Lala merasa panas. Tidak suka melihat keromantisan keduanya.

Brak...

Lala sengaja menendang belakang kursi Ana, hingga membuat Ana kaget.

"Apaan sih?" Ana membalikkan badan. Ia memelototi Lala. Bocah itu ternyata mau cari ribut.

"Aduh, maaf tante. Kakiku tadi agak keram, jadi nggak sengaja waktu merenggangkannya!" Alasan Lala dengan wajah melas. Seolah ia benar-benar tidak sengaja.

"Sudahlah!" Andra mengelus tangan kekasihnya itu. Agar tidak menghiraukan bocah edan itu.

Ana menghembuskan nafas kesal, ia melihat Lala yang malah menjulurkan lidahnya. Lalu memasang wajah seolah tidak bersalah saat Andra melihatnya.

'Dasar bocah!' Ana jadi kesal dengan temannya Riri itu.

Riri menggeleng melihat Lala. Semua yang dilakukan Lala itu adalah ke tersengaja-an. Temannya itu sangat sengaja melakukan itu semua.

Perjalanan mulai terasa tenang. Lala senyum saat Andra melihat ke arah spion. Ia sengaja melambaikan tangan, sambil sesekali melemparkan kecupan lewat udara.

Andra hanya bisa menggeleng. Ia wajar saja, namanya juga bocah. Bocah edan.

Andra mengantar Ana sampai rumah. Lalu melaju ke rumahnya Riri.

Begitu sampai rumah, Andra segera masuk dan berjalan menuju kamarnya.

"Lala!" Riri menarik tas temannya yang malah berjalan mengikuti Andra.

"Kau nggak pulang?" tanya Riri.

"Om Andra tinggal di sini?" tanya Lala balik. Ia melihat Andra masuk kamar.

"Iya, om Andra tinggal beberapa hari di rumahku. Nanti ia dan orang tuanya akan cari rumah. Mereka rencananya akan menetap di kota ini." Cerita Riri sedikit sambil mengambilkan Lala minum.

"Oh ya? Memangnya selama ini om Andra tinggal di mana?" tanya Lala ingin tahu sambil menenggak minuman.

"Dia tinggal di luar negeri-"

"Kok bisa kenal sama tante itu?"

"Dulu om Andra aslinya orang sini juga. Ia memang sudah kenal sama kak Ana. Terus karena om Andra ada dinas ke luar negeri, ia beberapa tahun tinggal di luar negeri."

"Oh, pantas!" Lala mewajarkan. "Jadi mereka LDR-an ya?

"Iya. Tapi sekarang om Andra dan keluarganya mau menetap di sini saja." Jelas Riri.

"La, kau suka ya sama Omku?" tanya Riri menelisik temannya itu.

"Iya. Aku menyukainya. Kau tahu hatiku itu berdebar-debar gitu. Bunyi dug dug-nya kencang banget." Lala memegangi dadanya .

"Bukan ting tong bunyinya?!" ledek Riri atas perumpamaan Lala.

"Itu bunyi bel kali, Ri!" Lala membenarkan. "Mamamu mana?" tanya Lala tidak melihat.

"Tidur."

"Oh iya, Ri. Minta nomornya Om Andra!" paksa Lala. Riri pasti punya nomornya. Lala akan memulai pdkt.

"Tidak, La. Om Andra sudah punya pacar. Lagian dia itu terlalu tua untuk seusia kita." Riri mengingatkan. Omnya itu sudah berusia 25 tahun. Beda 7 tahun dengan mereka.

"Hei hei hei... jangan berani bilang Om Andra tua! Dia itu pria dewasa dan matang!" Lala membela pria yang telah mencuri hatinya.

"Ia juga tidak sebaya papaku loh!" Ledek Lala seraya menaikkan alisnya. Riri sok bilang Andra tua. Padahal papanya lebih tua lagi.

"Lala!!! Sudah pulanglah kau sana!" usir Riri yang jadi malu.

"Tunggulah aku belum dijemput. Aku mau minta papa menjemputku di sini." Lala tersenyum lalu menelepon seseorang.

"Papa..." ucap Lala saat panggilan tersambung.

"Apa, sayang?" tanya suara bariton dari sana.

"Papa sudah pulang?" tanya Lala dengan manja.

"Sebentar lagi nih!"

"Lala di rumah teman ini, Pa. Nanti papa jemput sekalian ya. Nanti Lala share lokasinya!" bujuk manja gadis itu. Ia melihat Riri yang malah senyum-senyum tidak jelas.

"Loh, tapi kamu bawa motor?"

"Lala tinggal di sekolah, tadi ke rumah teman mau belajar kelompok, pa."

"Ya, sudah. Nanti Papa jemput."

"Makasih papa Lala yang tampan!" Lala memberikan kecupan jarak jauh pada papanya. Lalu mengakhiri panggilan.

"La, Om Ayaz mau kemari?" tanya Riri dengan wajah sumringah.

Lala mengangguk pelan.

"Aku mandi dulu ya." Riri pun segera kabur.

"Riri!!!" Lala menggeleng. Temannya itu kalau sudah dibilang papanya, semangat banget.

'Papa, aku nggak mau punya mama tiri sebayaku!'

\=\=\=\=\=\=

Selagi menunggu Riri. Lala berdiri di sebuah kamar di samping kamarnya Riri. Itu kamarnya om Andra.

Tok

Tok

Tok

Lala senyum-senyum saat mengetuk pintu.

Tok

Tok

Tok

Lala pun mengetuk kembali. Dan saat pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria yang begitu bersinar. Ia seakan silau oleh ketampanannya.

"Om tampan!" Gumam Lala menatap kagum.

"Ada apa?" tanya Andra datar. Bocah edan itu belum pulang.

Suara datar Andra membuat Lala tersadar.

"Om, 1+1 berapa?" tanya Lala dengan wajah mengulum senyum.

Andra merasa aneh. Untuk apa anak satu ini bertanya soal mudah seperti itu.

"Om nggak tahu ya jawabannya? Aku kasih tahu deh!" Ucap Lala melihat Andra malah memilih diam.

"Jawabannya 2 om. Berdua bersama Om Andra pasti lebih baik." Cengir Lala atas perkataannya.

Bugh...

Andra pun menutup pintu. Ia tidak mau melayani gombalan bocah.

'Om Andra pasti malu tuh...'

.

.

.

Terpopuler

Comments

Nur fadillah

Nur fadillah

haahaaaahaa....😀😀

2024-07-11

1

sherly

sherly

astaga Lala dan Riri sama aja suka Ama yg Dah mateng

2024-06-27

0

Lastri Naila

Lastri Naila

cerita2 othor emang lain dr yg lain....keren

2023-12-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Jatuh Cinta
2 Bab 2 - Tingkah Lala
3 Bab 3 - Tentang Lala
4 Bab 4 - Anak Manja
5 Bab 5 - Bukan Sakit Perut
6 Bab 6 - Tetangga
7 Bab 7 - Cari Perhatian
8 Bab 8 - Lala Lala Lala
9 Bab 9 - Bertemu Teman
10 Bab 10 - Tanggapan Ana
11 Bab 11 - Lala Sedih
12 Bab 12 - Banyak Saingan
13 Bab 13 - Berharap
14 Bab 14 - Teman Ana
15 Bab 15 - Kesombongan Ana
16 Bab 16 - Sudah Menikah
17 Bab 17 - Tidak Ingin Malu
18 Bab 18 - Lihat Aku
19 Bab 19 - Sah
20 Bab 20 - Malam Pertama
21 Bab 21 - Kesempatan
22 Bab 22 - Menolak
23 Bab 23 - Ngeyel
24 Bab 24 - Kompor
25 Bab 25 - Malam Itu
26 Bab 26 - Eksperimen
27 Bab 27 - Berkunjung
28 Bab 28 - Krek
29 Bab 29 - Menemui Ana
30 Bab 30 - Salah Paham
31 Bab 31 - Seperti Pencuri
32 Bab 32 - Telur Ceplok
33 Bab 33 - Lala Baper
34 Bab 34 - Menolak
35 Bab 35 - Perhatian Lala
36 Bab 36 - Belum Waktunya
37 Bab 37 - Lala Berubah
38 Bab 38 - Pantai
39 Bab 39 - 3 Bulan
40 Bab 40 - Tidak Sabaran
41 Bab 41 - Tidak Peduli
42 Bab 42 - Menurut
43 Bab 43 - Merawat
44 Bab 44 - Seolah Mimpi
45 Bab 45 - Mulai Berubah
46 Bab 46 - Canggung
47 Bab 47 - Kencan?
48 Bab 48 - Memulai
49 Bab 49 - Mas Andra
50 Bab 50 - Rumah Baru
51 Bab 51 - Makin Menggemaskan
52 Bab 52 - Kondisi Ana
53 Bab 53 - Selamanya
54 Bab 54 - Ting Ting Ting Ting
55 Bab 55 - Menjual Kesedihan
56 Bab 56 - Hanya Andra Seorang
57 Bab 57 - Lala Atau Ana
58 Bab 58 - Karena Lala
59 Bab 59 - Jujur
60 Bab 60 - Dilarang Masak
61 Bab 61 - Kunjungan
62 Bab 62 - Jatuh Cinta
63 Bab 63 - Sikap Andra
64 Bab 64 - Sudah Berakhir
65 Bab 65 - Tidak Sopan
66 Bab 66 - Perkelahian
67 Bab 67 - Tamu
68 Bab 68 - Meminta Izin
69 Bab 69 - Menjemput Lala
70 Bab 70 - Hamil
71 Bab 71 - Kembali Pindah
72 Bab 72 - Perlakuan Andra
73 Bab 73 - Ikut Hamil
74 Bab 74 - Bawaan Anak
75 Bab 75 - Mencintaimu
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1 - Jatuh Cinta
2
Bab 2 - Tingkah Lala
3
Bab 3 - Tentang Lala
4
Bab 4 - Anak Manja
5
Bab 5 - Bukan Sakit Perut
6
Bab 6 - Tetangga
7
Bab 7 - Cari Perhatian
8
Bab 8 - Lala Lala Lala
9
Bab 9 - Bertemu Teman
10
Bab 10 - Tanggapan Ana
11
Bab 11 - Lala Sedih
12
Bab 12 - Banyak Saingan
13
Bab 13 - Berharap
14
Bab 14 - Teman Ana
15
Bab 15 - Kesombongan Ana
16
Bab 16 - Sudah Menikah
17
Bab 17 - Tidak Ingin Malu
18
Bab 18 - Lihat Aku
19
Bab 19 - Sah
20
Bab 20 - Malam Pertama
21
Bab 21 - Kesempatan
22
Bab 22 - Menolak
23
Bab 23 - Ngeyel
24
Bab 24 - Kompor
25
Bab 25 - Malam Itu
26
Bab 26 - Eksperimen
27
Bab 27 - Berkunjung
28
Bab 28 - Krek
29
Bab 29 - Menemui Ana
30
Bab 30 - Salah Paham
31
Bab 31 - Seperti Pencuri
32
Bab 32 - Telur Ceplok
33
Bab 33 - Lala Baper
34
Bab 34 - Menolak
35
Bab 35 - Perhatian Lala
36
Bab 36 - Belum Waktunya
37
Bab 37 - Lala Berubah
38
Bab 38 - Pantai
39
Bab 39 - 3 Bulan
40
Bab 40 - Tidak Sabaran
41
Bab 41 - Tidak Peduli
42
Bab 42 - Menurut
43
Bab 43 - Merawat
44
Bab 44 - Seolah Mimpi
45
Bab 45 - Mulai Berubah
46
Bab 46 - Canggung
47
Bab 47 - Kencan?
48
Bab 48 - Memulai
49
Bab 49 - Mas Andra
50
Bab 50 - Rumah Baru
51
Bab 51 - Makin Menggemaskan
52
Bab 52 - Kondisi Ana
53
Bab 53 - Selamanya
54
Bab 54 - Ting Ting Ting Ting
55
Bab 55 - Menjual Kesedihan
56
Bab 56 - Hanya Andra Seorang
57
Bab 57 - Lala Atau Ana
58
Bab 58 - Karena Lala
59
Bab 59 - Jujur
60
Bab 60 - Dilarang Masak
61
Bab 61 - Kunjungan
62
Bab 62 - Jatuh Cinta
63
Bab 63 - Sikap Andra
64
Bab 64 - Sudah Berakhir
65
Bab 65 - Tidak Sopan
66
Bab 66 - Perkelahian
67
Bab 67 - Tamu
68
Bab 68 - Meminta Izin
69
Bab 69 - Menjemput Lala
70
Bab 70 - Hamil
71
Bab 71 - Kembali Pindah
72
Bab 72 - Perlakuan Andra
73
Bab 73 - Ikut Hamil
74
Bab 74 - Bawaan Anak
75
Bab 75 - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!