"Siapa yang tadi mengklakson???" tanya Andra merasa kesal. Ia menatap tajam bergantian ke arah Riri dan Lala.
"Itu-"
"Riri, Om!" Lala segera menyela saat Riri akan menjawab. Ia menunjuk temannya itu.
"Kok aku." Riri melihat Lala. Lala yang melakukannya, malah ia yang kena dituduh. Mana mata om Andra tajam lagi.
"Riri mau pulang cepat dia, Om. Mau mengerjakan pr bersamaku. Iya kan, Ri?" alasan Lala seraya menyenggol lengan Riri, agar juga mengiyakan alasannya.
"I-iya, Om. Kami mau mengerjakan pr bersama." Jawab Riri mengikuti alasan Lala. Padahal dalam hatinya mendumel.
"Sayang, kita jalan saja sekarang." Ucap Ana tidak ingin ribut-ribut.
'Sayang?!' Lala tidak suka mendengar panggilan itu. Terasa menggelikan.
Andra pun menurut dan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan.
"Riri apa kabar?" tanya Ana membalik badan ke arah ponakannya Andra tersebut. Sudah lama mereka tidak bertemu.
"Baik, kak." Jawab Riri.
"Teman sekelas kamu ya?" tanya Ana yang kini tersenyum pada Lala.
Lala melengos. Si Ana itu sok akrab sekali dengannya. Lalu tak lama ia mulai tersenyum tipis.
"Iya, kak Ana. Lala teman sekelasku." Riri menjawab. Lala diam saja.
"Iya, tante. Aku Lala teman sekelasnya Riri." Ucap Lala memberitahu. Ia sengaja memanggil Ana dengan sebutan tante. Biar wanita itu tahu kalau dia sudah tua.
"Tan-tante?" Ana merasa aneh dipanggil begitu. Ia belum setua itu untuk dipanggil tante.
"A-aku masih muda!" tegas Ana kesal. Usianya saja masih 21 tahun. Cuma beda 3 tahun saja dari bocah SMA ini. Masa dipanggil tante.
"Aku panggil om sama om Andra, jadi-" Lala sengaja memasang wajah bingung melihat ekspresi Ana yang tidak terima. Ia kan tidak salah.
"Sayang, aku kan Omnya Riri. Karena kamu temanku, wajar dia memanggilmu begitu. Itu hanya bentuk kesopanannya." Andra memperjelas. Ia mewajarkan Lala berucap begitu.
'Ih... So sweet!!! Om Andra... ihh gemes!!!' Lala senyum. Andra ternyata membelanya.
'Apa Om Andra mulai naksir aku ya?' Lala mulai dengan kepedeannya. Yakin sekali om Andra punya hati padanya.
Tapi, tiba-tiba mata Lala teralih. Andra dan Ana saling bergenggaman tangan.
Lala merasa panas. Tidak suka melihat keromantisan keduanya.
Brak...
Lala sengaja menendang belakang kursi Ana, hingga membuat Ana kaget.
"Apaan sih?" Ana membalikkan badan. Ia memelototi Lala. Bocah itu ternyata mau cari ribut.
"Aduh, maaf tante. Kakiku tadi agak keram, jadi nggak sengaja waktu merenggangkannya!" Alasan Lala dengan wajah melas. Seolah ia benar-benar tidak sengaja.
"Sudahlah!" Andra mengelus tangan kekasihnya itu. Agar tidak menghiraukan bocah edan itu.
Ana menghembuskan nafas kesal, ia melihat Lala yang malah menjulurkan lidahnya. Lalu memasang wajah seolah tidak bersalah saat Andra melihatnya.
'Dasar bocah!' Ana jadi kesal dengan temannya Riri itu.
Riri menggeleng melihat Lala. Semua yang dilakukan Lala itu adalah ke tersengaja-an. Temannya itu sangat sengaja melakukan itu semua.
Perjalanan mulai terasa tenang. Lala senyum saat Andra melihat ke arah spion. Ia sengaja melambaikan tangan, sambil sesekali melemparkan kecupan lewat udara.
Andra hanya bisa menggeleng. Ia wajar saja, namanya juga bocah. Bocah edan.
Andra mengantar Ana sampai rumah. Lalu melaju ke rumahnya Riri.
Begitu sampai rumah, Andra segera masuk dan berjalan menuju kamarnya.
"Lala!" Riri menarik tas temannya yang malah berjalan mengikuti Andra.
"Kau nggak pulang?" tanya Riri.
"Om Andra tinggal di sini?" tanya Lala balik. Ia melihat Andra masuk kamar.
"Iya, om Andra tinggal beberapa hari di rumahku. Nanti ia dan orang tuanya akan cari rumah. Mereka rencananya akan menetap di kota ini." Cerita Riri sedikit sambil mengambilkan Lala minum.
"Oh ya? Memangnya selama ini om Andra tinggal di mana?" tanya Lala ingin tahu sambil menenggak minuman.
"Dia tinggal di luar negeri-"
"Kok bisa kenal sama tante itu?"
"Dulu om Andra aslinya orang sini juga. Ia memang sudah kenal sama kak Ana. Terus karena om Andra ada dinas ke luar negeri, ia beberapa tahun tinggal di luar negeri."
"Oh, pantas!" Lala mewajarkan. "Jadi mereka LDR-an ya?
"Iya. Tapi sekarang om Andra dan keluarganya mau menetap di sini saja." Jelas Riri.
"La, kau suka ya sama Omku?" tanya Riri menelisik temannya itu.
"Iya. Aku menyukainya. Kau tahu hatiku itu berdebar-debar gitu. Bunyi dug dug-nya kencang banget." Lala memegangi dadanya .
"Bukan ting tong bunyinya?!" ledek Riri atas perumpamaan Lala.
"Itu bunyi bel kali, Ri!" Lala membenarkan. "Mamamu mana?" tanya Lala tidak melihat.
"Tidur."
"Oh iya, Ri. Minta nomornya Om Andra!" paksa Lala. Riri pasti punya nomornya. Lala akan memulai pdkt.
"Tidak, La. Om Andra sudah punya pacar. Lagian dia itu terlalu tua untuk seusia kita." Riri mengingatkan. Omnya itu sudah berusia 25 tahun. Beda 7 tahun dengan mereka.
"Hei hei hei... jangan berani bilang Om Andra tua! Dia itu pria dewasa dan matang!" Lala membela pria yang telah mencuri hatinya.
"Ia juga tidak sebaya papaku loh!" Ledek Lala seraya menaikkan alisnya. Riri sok bilang Andra tua. Padahal papanya lebih tua lagi.
"Lala!!! Sudah pulanglah kau sana!" usir Riri yang jadi malu.
"Tunggulah aku belum dijemput. Aku mau minta papa menjemputku di sini." Lala tersenyum lalu menelepon seseorang.
"Papa..." ucap Lala saat panggilan tersambung.
"Apa, sayang?" tanya suara bariton dari sana.
"Papa sudah pulang?" tanya Lala dengan manja.
"Sebentar lagi nih!"
"Lala di rumah teman ini, Pa. Nanti papa jemput sekalian ya. Nanti Lala share lokasinya!" bujuk manja gadis itu. Ia melihat Riri yang malah senyum-senyum tidak jelas.
"Loh, tapi kamu bawa motor?"
"Lala tinggal di sekolah, tadi ke rumah teman mau belajar kelompok, pa."
"Ya, sudah. Nanti Papa jemput."
"Makasih papa Lala yang tampan!" Lala memberikan kecupan jarak jauh pada papanya. Lalu mengakhiri panggilan.
"La, Om Ayaz mau kemari?" tanya Riri dengan wajah sumringah.
Lala mengangguk pelan.
"Aku mandi dulu ya." Riri pun segera kabur.
"Riri!!!" Lala menggeleng. Temannya itu kalau sudah dibilang papanya, semangat banget.
'Papa, aku nggak mau punya mama tiri sebayaku!'
\=\=\=\=\=\=
Selagi menunggu Riri. Lala berdiri di sebuah kamar di samping kamarnya Riri. Itu kamarnya om Andra.
Tok
Tok
Tok
Lala senyum-senyum saat mengetuk pintu.
Tok
Tok
Tok
Lala pun mengetuk kembali. Dan saat pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria yang begitu bersinar. Ia seakan silau oleh ketampanannya.
"Om tampan!" Gumam Lala menatap kagum.
"Ada apa?" tanya Andra datar. Bocah edan itu belum pulang.
Suara datar Andra membuat Lala tersadar.
"Om, 1+1 berapa?" tanya Lala dengan wajah mengulum senyum.
Andra merasa aneh. Untuk apa anak satu ini bertanya soal mudah seperti itu.
"Om nggak tahu ya jawabannya? Aku kasih tahu deh!" Ucap Lala melihat Andra malah memilih diam.
"Jawabannya 2 om. Berdua bersama Om Andra pasti lebih baik." Cengir Lala atas perkataannya.
Bugh...
Andra pun menutup pintu. Ia tidak mau melayani gombalan bocah.
'Om Andra pasti malu tuh...'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nur fadillah
haahaaaahaa....😀😀
2024-07-11
1
sherly
astaga Lala dan Riri sama aja suka Ama yg Dah mateng
2024-06-27
0
Lastri Naila
cerita2 othor emang lain dr yg lain....keren
2023-12-21
0