Lala sedang mengerjakan pr ditemani papanya. Rasa ngantuk dan lelah membuat Lala beberapa kali mematukkan kepala.
"Pa, Lala ngantuk!" gadis itu sudah tidak sanggup menahan matanya. Ia pun menyender pada papa lalu memejamkan mata.
Begitu menyender Lala sudah terlelap saja. Papanya memang tempat ternyaman.
Melihat suara dengkuran halus Lala. Ayaz merapikan buku-buku putrinya dan memasukkan ke dalam tas. Ia lalu menggendong sang putri ke kamar.
Membawa Lala ke kamar yang serba pink. Ya, Lala sangat menyukai warna pink. Jadi kamarnya bernuansa pink.
Ayaz membaringkan Lala di tempat tidur lalu menyelimuti putrinya. Ia juga mengecup kening sang anak cukup lama.
'Sayang, jika kamu masih di sini. Kamu pasti akan senang melihat putri kita. Lala sangat cantik seperti kamu.' batin Ayaz mengingat sang istri yang sangat mirip wajahnya dengan Lala.
Esok paginya, jam beker Lala sudah berdering. Tapi tangan Lala dengan cepat mematikannya dan kembali melanjutkan tidurnya. Hari masih pukul 6 pagi.
"Lala, bangun nak. Kamu sekolahkan?" Ayaz membangunkan putrinya. Lala itu sangat sulit bangun pagi.
"5 menit lagi, Pa. Lala masih mengantuk loh." Jawab Lala dengan mata masih terpejam. Gadis itu malah makin menggumul tubuhnya dengan selimut.
"Lala sayang, sudah jam 8 loh ini nak!" Ucap Ayaz memberitahu.
"Apa jam 8?" Lala langsung bangun. Ia melihat jam dinding yang ternyata masih pukul 06.05.
"Papa!!!" Lala kesal. Papanya membohonginya. Masih jam 6 lewat tapi malah mengatakan sudah pukul 8.
"Sudah, ayo bangun. Papa antar kamu ke sekolah!"
"Lala masih ngantuk, Pa."
"Lala... Ayo!"
Karena Lala sangat sulit dibangunkan, Ayaz pun berinisiatif menggendong anak koala dan membawa ke kamar mandi.
Di depan kamar mandi, Ayaz menurunkan putrinya.
"Papa... Lala masih ngantuk!" dumel Lala yang terpaksa berdiri dengan sempoyongan. Papanya main angkat-angkat saja.
"Mandi sana!" Ayaz mendorong Lala dengan pelan masuk ke kamar mandi.
Tak lama Lala telah selesai mandi dan sudah berpakaian seragam sekolah. Ia duduk di depan cermin dan papa yang menyisir rambut sang putri.
Ayaz selalu ingin putrinya juga merasakan kasih sayang seorang ibu. Hingga ia berusaha melakukan hal-hal yang biasa dilakukan seorang ibu. Salah satunya menyisir rambut putrinya.
"Ok. Imutnya anak Papa nih!" Puji Ayaz melihat Lala yang imut dengan rambut kepang duanya. Ia yang gemas mencubiti pipi Lala.
"Ok. Ayo kita sarapan, setelah itu Papa antar kamu ke sekolah." Ucap Ayaz menarik Lala untuk berdiri. Ia memakaikan tas dan sepatu putrinya.
Ayaz melakukan semua itu karena rasa sayangnya pada sang putri. Ia sangat memanjakan Lala.
Lala sedang sarapan dengan papa dan neneknya. Neneknya memasak sarapan nasi goreng.
"Nek, ini sangat enak!" Lala mengangkat kedua ibu jarinya memuji masakan sang nenek.
"Jelas dong! Kamu mau tambah lagi?" tanya nenek.
Lala mengangguk, lalu sang nenek menambahkan nasi goreng ke piringnya.
"Terima kasih nenek kesayangan Lala." Ucapnya dengan wajah sumringah.
"Makanlah!" Nenek tersenyum dan menyuruh Lala menghabiskan makanannya.
Setelah selesai sarapan, Lala berpamitan pada neneknya. Ia ke sekolah diantar papanya.
"Pa, putar musik ya." Ucap Lala dalam perjalanan menuju sekolah.
"Putarlah!" Papa mengangguk.
Lala pun memutar lagu melow untuk mengiringi perjalanan mereka.
Ayaz hanya mengangguk saja. Terserah Lala saja, yang penting putrinya bahagia.
\=\=\=\=\=\=
"Sayangku, maafkan kakakmu ini ya. Telah meninggalkanmu di sini. Pasti kedinginan ya!" Lala mengelus-elus sepeda motornya yang telah menginap di parkiran sekolah.
"Kak Lala janji tidak akan meninggalkanmu lagi!" Lala mengangguk yakin.
Para siswa yang sedang parkir, melihat ke arah Lala. Mereka menggeleng, ada ya orang yang bicara pada motornya sendiri.
Setelah melepaskan kerinduan dengan sepeda motornya. Lala pun berjalan menuju kelasnya.
Lala duduk di bangku belakang dengan Riri. Ia sengaja memilih duduk di sana. Jadi saat ia tidur, guru di depan kelas tidak terlalu memperhatikan. Di belakang itu tempat yang paling aman dan nyaman.
"La, sudah siap pr?" tanya Riri begitu Lala duduk.
Lala mengangguk. Ia mengeluarkan bukunya.
"Kok jawabannya ini sih, La?" tanya Riri. Jawabannya dengan jawaban Lala berbeda.
"Papa yang ngasih tahu." Ucap Lala. Ia belajar dengan Papa.
"La, aku mau diajari om Ayaz juga." Ucap Riri.
"Ri, papa Ayaz sudah punya gebetan. Mending kau mundur saja!" Ucap Lala mengarang bebas. Ia tidak mau temannya itu kecaperan sama papanya.
Lala mau papanya mencari istri yang seusia papanya itu. Pasti wanita itu bisa menyayangi dirinya dan mewajarkan kemanjaan dirinya. Kalau cari istri seusianya sekarang, pasti nanti istrinya lebih manja darinya. Ia tidak bisa bermanja lagi pada papanya dong.
"Apa? Kau bohong La!" Riri tidak percaya om Ayaz punya gebetan.
"Ya, sudah kalau tidak percaya! Nanti kau tunggu saja undangannya." Jelas Lala lagi.
Riri berwajah cemberut. Musnah sudah harapannya untuk bersanding dengan Ayaz di kemudian hari.
Guru pelajaran telah hadir. Semua siswa di dalam kelas itu pun langsung terdiam.
"Apa semua sudah mengerjakan pr?" tanya ibu guru begitu sampai.
"Sudah, Bu." Kompak satu kelas itu menjawab.
"Ok. Untuk soal nomor satu-" Ibu guru mengedarkan pandangannya. Ia akan menyuruh satu murid untuk menjawab soal pr tersebut.
"... Romeo." Sambung ibu guru.
Para murid bernafas lega. Bukan nama mereka yang disebut.
Romeo mengerjakan soal matematika di depan kelas tanpa melihat buku. Bukunya dipegang oleh ibu guru. Bu guru sengaja begitu, guru ingin tahu muridnya paham atau tidak dengan pelajarannya.
Romeo mengerjakan soal tersebut sambil senyum-senyum. Soal seperti itu sangat mudah dikerjakannya. Pejam mata pun selesai.
"Ok, jadi jawaban Romeo benar ya anak-anak..." Ucap ibu guru sambil sedikit menerangkan.
"Rom, tunjuk satu orang untuk mengerjakan soal nomor 2!" pinta guru kembali.
Romeo tersenyum melihat ke arah belakang. Ia mengangkat alisnya.
'Awas kau, Meong!!! Kalau kau tunjuk aku!!!' Lala mendumel. Dari pandangannya Romeo pasti akan menunjuknya.
"Lala, Bu." Ucap Romeo sambil menyengir. Ia memang sengaja menunjuk Lala.
'Meong awas kau!!!' ronta Lala. Romeo benar-benar menunjuknya. Cari begadoh saja.
"Lala, kamu kerjakan soal nomor 2!" seru ibu guru.
"Ri..." ucap Lala pelan memegang tangan Riri.
"Lala, semangat!" Riri malah menyemangati.
Dengan terpaksa Lala pun bangkit. Ia bingung dan tidak bisa mengerjakan soal itu. Lihat buku saja ia tidak mengerti, konon tidak melihat. Tadi malam papanya menerangkannya, tapi masuk kanan keluar kanan. Lala sama sekali tidak mengerti.
Lala yang sedang berjalan, tiba-tiba memegangi perutnya.
"A-aduh!!! Perutku sakit!!!" ucap Lala memegangi perutnya. Mulai mencari alasan.
"Kamu kenapa, La?" tanya ibu guru khawatir.
"Perut saya sakit sekali, Bu!" Lala menunjukkan wajah kesakitannya.
"Sudah sana kamu ke uks minta obat. Riri temani Lala ya!" Pinta ibu guru pada Riri.
"Siap, Bu!" ucap Riri dengan semangat memapah Lala.
Romeo terbengong melihat drama di pagi.
'Dasar, Lala tukang akting!!!'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments