Di depan sebuah salon kecantikan, langkahnya menjadi ragu. Bukan hanya ragu, tapi ia sedikit malu. Bukan karna tak pernah datang ke tempat seperti itu, tapi ia biasanya datang hanya untuk memotong rambut saja bukan untuk tujuan lain.
"Luruskan rambutku," ucapnya pada seorang karyawan salon. Ia merelakan rambut indahnya berubah bentuk. Walaupun ini pilihan berat untuknya. Ia begitu menyayangi rambutnya ini, tapi jika suaminya tak suka dengan rambut keriting ini maka terpaksa Julia harus merelakan rambut keritingnya hilang.
"Sudah selesai, Nona." Julia hampir saja tertidur karna terlalu lama proses rambutnya.
Pantulan wajahnya di cermin membuat Julia tak berkedip. Matanya berkaca-kaca karna ia seperti melihat Julia yang lain, bukan Julia dirinya sendiri.
"Nona ...." Julia tersentak saat karyawan memanggilnya. Ia akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan menuju kasir.
Di dalam mobil ia terdiam. Sedangkan sopir rumah yang membawanya curi-curi pandang ke arah spion.
"Nona cantik sekali," pujinya.
"Apa benar aku cantik? Aku cantik jika seperti ini?" tanyanya.
Sopir itu mengangguk lalu tersenyum.
"Manusia hanya menilai cantik dari fisik," ucapnya dan membuat sopir terdiam tak bisa menjawabnya.
Kini tujuan Julia adalah mendatangi Rangga ke kantornya. Ia sudah membelikan makan siang untuknya. Berharap bahwa usahanya kali ini bisa membuat perhatian Rangga teralihkan. Membuatnya mau menatapnya walau hanya satu detik.
"Nona Julia, Anda kesini? Wah, selamat datang. Tuan pasti senang sekali," ucap Aziz-sekretaris Rangga.
Ia memandangi istri dari tuannya tanpa berkedip. Seperti melihat bidadari di siang bolong.
Saat masuk, Rangga terkejut saat melihat sosok perempuan masuk ke ruangannya. Wanita itu memakai dress bunga-bunga selutut, sepatu heels 5 cm dan rambutnya panjang lurus.
Saat ia melihat matanya seakan tersadarkan sesuatu, "Julia," lirihnya.
Julia tersenyum dan berjalan ke arahnya. Menaruh kantong plastik berisikan makanan cepat saji.
"Ini makanan untukmu. Sudah waktunya makan siang," tunjuknya pada jam dinding di ruangan. "Maaf ya aku datang tidak bilang-bilang. Tadi aku habis ke salon dan kepikiran untuk menemui mu," lanjutnya.
"Oh, terima kasih," jawabnya. Rangga mengambil kantong plastik itu dan membawanya pada meja di sudut ruangan. Di dalamnya ada dua box makanan. "Untuk siapa saja ini?" tanyanya.
"Untukku lah. Aku juga lapar." Tanpa disuruh Julia duduk di sebelah Rangga hingga lengannya menyentuh lengan Rangga. Pria itu lantas menggeser tempat duduknya.
"Oh ya, kamu hari ini pulang jam berapa? Aku di sini ya sambil menunggu kamu pulang."
Uhuk.
Uhuk.
Rangga langsung tersedak. Julia langsung memberikan air minum.
"Apa? Kamu mau di sini?" Dengan wajah malasnya ia menyugar rambutnya merasa jengah. "Pulang saja habis ini," usirnya.
Julia hanya bisa mencebikkan bibir. Tak bersuara lagi sampai makanannya habis. Setelah itu, ia membawa sampah itu ke luar ruangan.
Setelah menyelesaikan makan siangnya ia pun lanjut bekerja. Banyak pekerjaan hari ini, ia harus menyelesaikan cepat.
Tak terasa 1 jam pun berlalu setelah acara makan siang tadi. Rangga tak melihat tanda-tanda Julia datang kembali ke ruangannya.
"Apa kamu melihat Julia?" Karna penasaran Rangga menanyai Aziz yang tempat kerjanya berada di depan ruangannya.
"Oh, Nona Julia. Sudah pulang dari tadi, Tuan," jawabnya tanpa mengalihkan fokusnya pada komputer karna ia juga d tuntut mengerjakan pekerjaannya harus selesai hari ini.
"Pulang? Dari mana kamu tahu kalau dia pulang?"
"Tadi nona Julia bicara, Tuan," jawabnya kini Aziz mulai memandang Tuannya.
"Sialan! Dia bicara pada Aziz tapi tidak denganku!" kesalnya. Ia bahkan membanting berkas-berkasnya di meja.
.
.
Julia duduk di ranjangnya sendiri, ia memainkan boneka miliknya.
"Julia, kamu kenapa, Sayang?" Ibu Mutiara datang dengan cemilan di nampannya. Ia sangat merindukan putrinya yang kini sudah menikah dan menetap di rumah suaminya.
Ibu Mutiara berusaha menanyakan barangkali putrinya sedang ada masalah. Karna ia tiba-tiba datang ke rumah dan langsung menuju kamarnya. Beliau kira, Julia akan menghampirinya tapi malah berdiam di kamarnya.
"Ibu ...." Julia menatap Ibunya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa?" Ibu Mutiara merasa bingung, sebenarnya ada masalah apa putrinya.
"Aku sudah merubah penampilanku tapi Rangga tetap tidak mau melihatku." Julia bersedih, ia ingat sekali respon Rangga saat ia datang. Rangga masih cuek seakan tak suka dirinya datang.
"Cup cup. Julia, dengarkan kata Ibu. Cinta itu tak mesti dari fisik. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Umur pernikahan kalian aja masih hitungan hari. Rangga masih beradaptasi dengan adanya kehadiran kamu. Lama laun pasti Rangga akan membuka hati. Jangan patah semangat, Julia." Sebagai seorang Ibu, ia sudah sering mendengarkan cerita putri pertamanya yang mengagumi Rangga. Mutiara juga tak mempermasalahkan itu, karna ia kenal betul keluarga Rangga dari orang baik-baik.
Mutiara memberikan banyak masukan untuk dirinya dan juga kehidupan rumah tangga. Membuat Julia akhirnya berpikir luas dan tidak selalu berpikir negatif.
"Sekarang kamu coba beritahu Rangga kalau kamu di sini. Biar dia gak khawatir. Bisa aja Rangga tiba-tiba jemput kamu. Berarti dia peduli denganmu." Mengikuti saran bundanya ia pun mengirimkan pesan untuk Rangga. Ia pun berharap kalau Rangga mau menjemputnya kemari.
Hingga pukul 8 malam, tak ada tanda-tanda Rangga datang. Tidak mungkin semalam ini Rangga belum pulang. Berkali-kali ia mengecek ponselnya tapi tak ada balasan dari suaminya itu.
BIM.
BIM.
Suara klakson mobil membuatnya terbangun, Julia langsung melongok ke bawah dari jendela kamarnya. Mencari-cari sosok yang ia cari.
"Rangga ....." Ia hampir bersorak kegirangan karna akhirnya suaminya itu datang. Ia langsung berlari untuk menyambut suaminya itu.
"Ibu! Rangga datang!" ujarnya sumringah. Mutiara hanya bisa tersenyum melihat putrinya begitu ceria.
Rangga sedang duduk bersama Ayah David, entah obrolan apa yang mereka bicarakan berdua.
"Rangga ...." Ia tak melunturkan senyumnya tapi Rangga hanya menatapnya tanpa arti.
"Rangga, menginap lah di sini. Ini sudah malam. Sekali-kali menginap lah di sini," kata David.
Rangga langsung menatap Julia dan wanita itu seakan paham maksudnya.
"Tidak, Yah. Rangga tidak membawa baju ganti. Kita pulang sekarang," ucapnya.
"Hmm iya juga ya. Ya sudah hati-hati di jalan."
Julia pun masuk ke dalam mobil. "Terimakasih ya," ujarnya.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Sudah mau menjemput ku."
"Terimakasih lah pada ibu. Dia yang menyuruh. Seharusnya aku sudah tidur terlelap tapi karena menantunya yang satu tidak pulang-pulang akhirnya aku suruh jemput."
Julia yang awalnya sudah kegirangan mendadak diam. Ia tak menyangka bahwa Ibu Rashmi yang menyuruhnya.
"Oh, ibu. Baiklah nanti aku akan berterimakasih padanya." Julia merasa kecewa, ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Berusaha menghalau cairan bening yang siap menetes saat itu juga.
"Dia tak benar-benar memperdulikan ku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
rangga Coba belajar mencintai julia krn julia cintainya sangat tulus,,,lanjutkan Thor.....
2023-04-05
0