Malam pertama sebagai pengantin, mereka lalui dengan biasa. Tak ada adegan istimewa malam itu. Bahkan Julia ditinggal tidur setelah membersihkan diri. Rasa penasarannya terhadap siapa itu Bunda juga belum tertuntaskan. Belum ada jawaban dari suaminya.
"Rangga .... Bangunlah! Sudah siang." Julia menepuk pipi Rangga sambil tersenyum-senyum. Ia seperti mimpi bisa satu ranjang dengannya. Walaupun ia sempat memikirkan hal kotor tadi malam dan ternyata tak terjadi apa pun tapi ia tak kecewa. Masih banyak malam-malam yang lain.
"Rangga ...."
Suaminya itu menggeliat, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya. Sesaat membuka mata ia melihat wajah istrinya yang membuatnya kesal.
"Aaisshhh .... Kenapa wajahmu dekat sekali dengan wajahku!" Rangga langsung menghindar dan turun dari ranjang sangat kesal.
"Rangga!"
BRAKKK!
Suaminya menutup pintu dengan keras. Entah kemana ia akan pergi.
Julia tak menghiraukannya, ia menuju jendela untuk membukanya. Membiarkan cahaya masuk ke dalam kamarnya. Ia memejamkan matanya singkat sembari menghirup udara segar di pagi hari.
Tapi saat ia tak sengaja melihat ke arah bawah, ia melihat Bunda sedang bersama pelayan. Tangannya bergerak menyirami tanaman bunga yang indah. Terlihat tangannya begitu lemah hingga sesekali, ia hampir menjatuhkan selang air yang ia genggam. Pelayan sangat cekatan membantu nyonya-nya untuk menyiram tanaman.
"Ibu Rashmi ...."
Ibu yang selama ini ia kenal sebagai orang tua Rangga. Ia berjalan mendekati Bunda. Ibu Rashmi mengatakan sesuatu tapi tak terdengar olehnya dari atas. Hanya sebentar, lalu Ibu Rashmi pergi meninggalkannya.
Bunda menyeka air matanya, ia terlihat begitu sedih.
"Sebenarnya hubungan mereka apa?"
KLEK.
"Sedang apa kamu disitu? Aku kira sudah mandi." Suara Rangga tak merubah posisi Julia yang masih menatap Bunda dari atas. Perlahan Bunda menghilang dari pandangannya, pelayan membawanya masuk ke dalam.
Saat Julia menoleh ke belakang, sudah tak ada Rangga. Sepertinya ia berada di kamar mandi.
"Aku kira, aku sudah mengenal semua anggota keluarga Rangga. Tapi ternyata sosok Bunda belum aku kenal."
Julia semakin penasaran dengan sosok Bunda itu. Jika Rangga memanggilnya dengan sebutan yang lainnya mungkin tak terlalu ia pikirkan. Apakah Rangga memiliki dua ibu?
Walaupun ia sudah kenal dekat dengan keluarga Rangga, tapi makan bersama seperti pagi ini belum pernah ia rasakan sebelumnya. Di kursi besar yang terletak di tengah sudah duduk Ayah Attar, ia bahkan tersenyum menyambut menantu barunya.
"Julia jangan sungkan, kamu ini sudah Ayah anggap seperti anak Ayah sendiri. Jauh sebelum kamu menikah dengan Rangga." Perkataan Attar seharusnya membuat Julia merasa nyaman tapi entah kenapa ia malah semakin nervous. Sedangkan Rangga terlihat cuek dan langsung melahap makanannya.
"Julia, setelah makan kamu ikut Ibu ya. Ibu mau bicara sesuatu," ucap Rashmi dengan wajah sumringah. Ia sudah kenal betul dengan Rashmi bahkan Ibu Rangga itu sering berkunjung ke rumahnya.
"Iya, Bu."
Mata Julia berpendar mencari-cari seseorang.
"Bunda. Kenapa Bunda tidak makan bareng di sini? Apa dia bukan bagian anggota keluarga?"
"Kak Julia sedang mencari apa?" Maya tiba-tiba menegur. Gadis tomboy itu sepertinya sedari tadi memperhatikannya.
"Hah? Tidak." Julia mengalihkan perhatian dengan mengatakan bahwa makanan ini enak. Ia menyantapnya dengan semangat.
"Ayah, Ibu, Rangga berangkat ke kantor dulu."
TING!
Dentingan suara sendok yang jatuh. Julia tak sengaja melepaskan sendok hingga jatuh ke piring.
"Rangga! Kamu kan baru saja menikah. Bukannya kamu sudah buat cuti?" Bukan hanya Julia, Attar pun terkejut.
"Rangga, lihat tuh Julia sampai kaget. Kamu di rumah saja dulu. Kamu masih lelah kan?"
Rangga menggeleng, ia berlalu pergi menuju kamar untuk berganti pakaian. Julia pun menyusulinya.
"Rangga! Kita kan baru saja menikah. Kenapa kamu malah berangkat kerja si!" Julia menggelayuti lengan bajunya dan berkali-kali Rangga menepisnya.
"Aku tuh mau kerja. Cari uang!" ketusnya.
"Menyebalkan!" Julia menatap Rangga dengan kesal. Tapi sesaat ia terdiam memandangi wajah Rangga dari dekat. Ia berpikir apa ini sebuah mimpi?
"Hmm, Rangga ...." Wajah tampannya tak kuasa membuatnya menoleh walaupun sedetik. Ia tak henti memandangi wajahnya.
Di depan matanya, Rangga tak ragu untuk membuka kaosnya dan menggantinya dengan kemeja. Julia tak berkedip melihat suaminya yang bertelanjang dada itu.
"Rangga ... Apa kamu suka olahraga?" Entah apa yang merasukinya sehingga bertanya demikian.
Rangga meraih parfum lalu menyemprotkan ke bagian sisi tubuhnya. Aroma citrus menyumbat di lubang hidungnya. Wanginya tak hilang, bertahan lama sampai tak menyadari bahwa Rangga telah pergi.
Ia berlari mengejar Rangga. Sampai saat turun tangga ia hampir saja terjatuh.
"Hati-hati, Julia." Barra-suami Karina membantunya yang hampir saja terpeleset jatuh.
"Terima kasih, Barra." Setelah mengucapkan terima kasih ia kembali mengejar Rangga.
"Rangga!" Tapi sayang sekali Rangga sudah pergi. Mobilnya sudah meninggalkan halaman rumah tepat setelah Julia datang.
"Nona, ada apa?" Pelayan langsung berdatangan. Melihat nona barunya terlihat kelelahan. Dengan perhatian, mereka memberikan kursi untuknya duduk dan memberi minum. Sejenak ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
"Julia, ternyata kamu di sini." Ibu Rashmi menatap menantunya dengan wajah yang teduh. Ia bahkan tak segan mengusap peluh yang di dahinya dengan penuh kasih sayang. "Kamu kenapa, Julia?" tanyanya karna melihat Julia seperti habis olahraga. Tapi pikirnya tak mungkin karna mereka baru saja sarapan bersama.
"Tidak apa-apa, Bu. Oh ya, tadi Ibu mengatakan ingin bicara dengan ku masalah apa?" Rashmi mengajaknya untuk duduk bersama di ruang tengah. Ruang bersantai para anggota keluarga biasanya.
"Hm itu, tadi malam Ibu menitipkan sesuatu ke Rangga untuk diberikan ke kamu. Apa kamu sudah menerimanya?"
Julia mengingat sebentar, ia sedari semalam tak menerima apa pun dari Rangga.
"Rangga tidak memberikan apa pun padaku, Bu," jawabnya jujur.
"Ah, itu anak kebiasaan. Hm ya sudah, ayo kita ke kamar mu." Rashmi menggandeng Julia ke kamarnya.
"Coba kamu cari di laci," suruhnya dan Julia mengangguk.
Tak perlu waktu lama, ia menemukan sebuah botol kecil.
"Nah, itu!" tunjuknya pada botol kecil yang dipegang Julia. Ia tak menyangka bahwa itu yang dimaksud ibu mertuanya. Padahal ia hanya penasaran tentang botol yang berisikan obat itu. "Ini, Julia. Yang Ibu maksud." Rashmi tersenyum lebar dan memeluknya erat.
"Ini apa, Bu?" tanyanya tak tahu.
"Kamu harus minum ini rutin ya, Julia. Ini pil kesuburan. Ibu sangat berharap sekali kamu memberikan cucu di keluarga ini. Ibu sangat mendambakan seorang cucu," harapnya dengan mata sendunya.
Mendengar harapan dari ibu mertuanya, membuatnya sangat terenyuh. Ia tak tahu perasaan seorang ibu.
"Tapi, Bu. Kenapa aku harus minum ini saat awal? Bukankah aku belum ketahuan akan susah hamil atau tidak?"
Julia merasa bingung, bukankah seseorang akan berusaha berbagai cara untuk bisa hamil jika dirinya memang sulit hamil. Lalu kenapa ia harus berusaha minum pil ini disaat dirinya belum ketahuan akan susah hamil atau tidak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
rangga tidak peduli n acuh terhadap Julia,,,gmn cpt punya cucu rangga tidak melakukan mlm pertama,,,,, lanjutkan thor.....
2023-04-03
0