Jam sudah menunjukan pukul delapan malam dan Ara baru selesai dengan pekerjaannya.
Untuk mengejar target yang ditentukan oleh manajemen, Ara harus lembur selama tiga jam tanpa digaji.
Dia membereskan barang-barangnya dengan cepat dan bergegas untuk pulang.
Teman-temannya Yang lain sudah pulang dari satu jam yang lalu dan hanya ada Ara yang tersisa.
Di luar gedung kantornya, Jalan terlihat masih ramai padahal ini sudah lewat jam pulang kantor.
Kereta yang akan ia tumpangi sampai Manggarai akan berangkat 5 menit lagi. Ara duduk bersama dengan dua orang lainnya yang masih berpakaian seragam kantor.
Mereka bertiga terlihat lelah dan sesekali menguap karena kantuk.
Tidak beberapa lama kereta menuju Manggarai tiba dan mereka bertiga pun naik.
Ara harus transit dulu di Manggarai untuk naik kereta selanjutnya menuju Depok.
Biasanya di jam pulang kantor Stasiun Manggarai sangatlah padat, semoga saja hari ini Stasiun Manggarai bersahabat dan Ia mendapatkan tempat duduk agar bisa tertidur sampai Bogor.
Dengan sisa sisa tenaganya Ia menapaki jalan di stasiun Manggarai untuk menuju peronnya.
Bagaimana Ara tidak lemas, terakhir kali Ara makan adalah jam dua belas siang, seharusnya ia sudah makan malam saat ini. Tapi karena ia tidak mempunyai uang Ia tidak bisa membeli apapun.
Kereta menuju Bogor oun datang, Ara bersiap untuk naik.
Gerbong kereta yang Ara naiki tidak terlalu penuh tapi juga tidak ada kursi kosong. Ara terpaksa harus berdiri walaupun merasa sangat lemas.
Sampai di Tebet kepala Ara semakin berkunang kunang, Ia bersandar di pembatas kereta dekat pintu masuk.
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghampirinya.
"Mbak duduk di tempat saya aja" Iya menunjuk ke satu kursi kosong.
" Oh iya terima kasih banyak Mbak " Perempuan itu bahkan membantu Ara untuk duduk di kursinya.
Bukan hanya itu setelah Ara duduk, perempuan itu memberikan hamburger kepada Ara.
" Ini saya ada makanan buat Mba, dimakan dulu mbak mumpung lagi nggak ada petugas "
Ara langsung berfikir mungkin perempuan ini adalah penolong dari Tuhan yang dikirim untuknya.
Ara memang sudah merasakan rasa lapar yang luar biasa sehingga badannya menjadi lemah.
"Terima kasih banyak ya Mbak"
Tanpa menunggu lama Ara langsung membuka hamburger itu dan makan dengan lahapnya.
Perempuan yang memberikan hamburger kepada Ara tersenyum melihat Ara yang makan dengan lahap.
Ia memang sudah memperhatikan Ara dari awal Ara masuk di gerbong ini. Terlihat sekali kondisinya sangat lemah karena lapar.
Ia jadi teringat Hamburger yang Ia dapatkan dari kantornya karena ketua grupnya sedang berulang tahun, jadilah ia memberikan hamburger itu kepada Ara.
Setelah makan Ara merasa tubuhnya berangsur-angsur menjadi normal kembali dan tidak merasakan lemas.
Ara teringat bahwa Ia belum menanyakan nama perempuan yang sudah baik kepadanya.
" Makasih banyak ya Mbak, saya Ara" Ara menjulurkan tangannya kepada perempuan itu.
" Iya sama-sama Mbak, Saya Novi"
Untungnya setelah di Tanjung Barat Mbak Novi mendapatkan tempat duduk tepat di sebelah Ara.
" Mba Novi turun dimana? "
" Saya turun di cilebut "
" Oh kalau saya di Bogor "
" Wah stasiun terakhir ya, mau tidur saja? Kalau Iya saya ga akan ganggu "
Biasanya Ara memang selalu tidur jika naik kereta, tapi hari ini Ia memutuskan untuk tidak tidur dan mengobrol dengan Mba Novi.
Mba Novi bekerja di perusahaan Oranye yang terkenal dengan privilege nya.
" Wah enak dong Mba kerja di sana, katanya bebas ambil cemilan sepuasnya ya? "
" Kalau soal cemilan sih Ia bebas ambil, tapi ya gitu sering banget lembur "
Untuk seseorang yang bekerja di perusahaan bonafit, penampilan Mba Novi sangat sederhana.
Tidak jauh dari penampilan Ara, itu membuat Ara menjadi tidak minder untuk mengobrol dengan Mbak Novi.
Di tengah perbincangan mereka, ponsel Mba Novi berdering.
Dari yang Ara dengar, Ibunya memberitahukan Mba Novi jika Adiknya jatuh dari motor dan sekarang sudah di rumah sakit.
Terdengar sekali Mba Novi yang semula kalem mendadak menjadi panik.
Setelah menutup telpon Ia meremas ponselnya dan wajahnya terlihat sangat cemas.
Ara tidak berani bertanya apa apa, Ia hanya menunggu sampai Mba Novi bercerita padanya.
Novi yang cemas dengan kondisi adik satu satunya yang sedang berada di rumah sakit, tidak sadar jika Ara melihatnya sedari tadi seolah olah wajahnya bertanya Ada apa?
Novi akhirnya bercerita jika Adiknya mengalami kecelakaan.
Ia di tabrak oleh seorang anak lima belas tahun yang tiba tiba melintas dengan kecepatan tinggi.
Adik Mba Novi berusia tujuh belas tahun dan saat itu baru pulang dari membeli makanan untuk makan malam keluarganya.
Satu stasiun lagi kereta mereka akan memasuki cilebut.
Mba Novi sudah terlihat tidak sabar ingin cepat cepat keluar dari kereta ini dan menuju ke Rumah Sakit tepat adiknya di rawat.
Ara mencoba menenangkan Mba Novi, Ia bahkan mengajukan diri untuk menemani Mba Novi ke Rumah Sakit karena Ara melihat Mba Novi sangat cemas, Ara takut kenapa kenapa.
Tapi Mba Novi menolak tawaran Ara, karena letak Rumah Sakit tidak jauh dari stasiun.
Ketika kereta memasuki Stasiun Cilebut, Mba Novi langsung berdiri dan berpamitan dengan Ara.
" Aku turun duluan ya Ra, doain Adik aku nggak kenapa kenapa ya " Ucapnya sambil bergegas keluar gerbong kereta sebelum Ara menjawab ucapannya.
Ara ikut cemas dengan Adik Mba Novi, semoga saja Adiknya hanya mengalami luka ringan saja.
Tidak beberapa lama kereta Ara sudah memasuki stasiun Bogor.
Ia bergegas untuk turun dan menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah, Ara mendengar suara teriakan dari dalam rumahnya, Suara itu adalah suara Bapaknya.
Ia mempercepat langkahnya karena penasaran apa yang sedang terjadi di dalam rumah.
Ketika Ia membuka pintu Ara melihat Bapaknya sedang berdiri dengan keadaan marah dan ibunya sedang bersimpuh di kaki bapaknya.
" Ini nih anaknya cuma membiayai sedikit saja sudah pelitnya luar biasa" Bapak melihat ke Ara dengan tatapannya marah.
Ara yang tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Bapaknya, mencoba mencari jawaban dengan melihat Ibunya.
Ibunya hanya bicara "Sudah Pak sudah, malu sama tetangga"
Ara mendekati ibunya dan membantu ibu untuk berdiri.
" Ada apa sih Bu ? suaranya sampai terdengar keluar "
" Kamu jadi anak jangan pelit-pelit banget Ara, Masa dari awal Bapak tinggal di sini kamu hanya memberikan uang sedikit kepada ibu, sehingga setiap hari Ibu hanya memasak ikan dan ikan saja. Lama-lama Bapak bosan" Ucap Bapak dengan nada marah.
Ibu masih saja mencoba menenangkan bapak yang ternyata marah karena lauk makan malamnya sama dengan lauk makan malam kemarin.
Jika bukan karena Ibunya yang menahan Ara, ingin sekali rasanya Ara memaki-maki bapaknya yang tidak memiliki rasa syukur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Raudatul zahra
stress bapaknya Ara ini kayaknya yaa.. dibuang istri muda, perusahaan bangkrut..
masih mending kali pak keluarga lama mu masih mau menerima.. lah kalo enggak, jadi gembel bapak !!
2023-09-06
0