GENERASI SANDWICH

GENERASI SANDWICH

Ara

Ara mengejar kereta yang sebentar lagi akan berangkat menuju jakarta kota.

Kalau bukan karena neneknya yang heboh pagi pagi mencari gigi palsunya, mungkin Ia tidak akan terlambat berangkat kerja.

Jadilah iya pagi-pagi buta membantu neneknya Mencari gigi palsunya yang ternyata jatuh dekat bak kamar mandi.

Tapi apa mau dikata namanya juga nenek-nenek, daya ingatnya memang sudah tidak baik dan temperamennya pun begitu.

Karena hanya Ara yang bangun pagi-pagi buta di dalam keluarganya karena harus berangkat kerja ke Jakarta, jadilah hanya dia yang bisa membantu neneknya mencari di mana gigi palsunya itu.

Dan alhasil Ia harus berangkat terburu-buru mengejar kereta pagi ini. Untung saja ia bisa masuk ke dalam kereta sebelum pintunya tertutup.

Gerbong wanita di pagi ini seperti biasanya sudah dipenuhi oleh beberapa orang yang hendak pergi bekerja.

Kebanyakan dari mereka akan transit di Manggarai untuk selanjutnya menaiki kereta tujuan Sudirman ataupun karet yang banyak area perkantoran.

Sebagian dari mereka akan tertidur ketika sudah mendapatkan duduk.

Ara juga Biasanya seperti itu, tapi tidak dengan hari ini. Ia harus rela berdiri dari Bogor karena gerbong yang Ia naiki sudah tidak ada bangku kosong.

Sudah terbayang akan seperti apa kakinya harus berdiri, Ia hanya bisa berdoa semoga ada yang turun di depok.

Sambil berdiri menghadap kaca Ia memikirkan hidupnya.

Dua bulan lalu ia baru saja mengalami kenaikan gaji, di saat teman-teman yang lain bersukacita dengan kenaikan gaji itu tapi tidak dengan Ara.

Ia bersyukur karena gajinya naik, Tapi tentu saja gaji itu hanya cukup untuk kehidupan keluarganya tidak tersisa untuk kesenangannya.

Ara merupakan generasi Sandwich yang mana ia harus membiayai hidup keluarganya. Tidak hanya Ibu, Bapak dan adik-adiknya tapi juga neneknya.

Ia melakukannya dengan terpaksa karena ketika ia SMA Bapaknya yang suka main perempuan tidak pernah pulang.

Ibunya yang hanya ibu rumah tangga Tentu saja tidak bisa menghidupi aku, adik-adikku dan nenek.

Beruntungnya kami masih memiliki tempat tinggal, ya..walaupun itu adalah rumah nenek.

Tinggallah kami harus mencari uang untuk biaya kehidupan kami sehari-hari.

Untuk sekolah, aku dan adik-adikku masuk sekolah negeri, sehingga tidak banyak biaya yang dikeluarkan pada saat kami bersekolah.

Dulu sewaktu SMA, setelah pulang sekolah Iya bekerja sambilan sebagai pramusaji di restoran ayam geprek.

Iya bekerja mulai dari jam tiga sore sampai dengan jam sebelas malam. Sedangkan ibunya menjadi buruh cuci untuk tetangganya.

Ketika lulus SMA ia mendaftar menjadi customer service di sebuah perusahaan ritel, walaupun hanya lulus SMA tapi Ara diterima kerja di perusahaan tersebut sampai saat ini.

Ia sudah bekerja di perusahaan ini selama enam tahun lamanya, dan selama itu pula ia sudah menjadi tulang punggung untuk keluarganya.

Bapaknya sendiri baru pulang ke rumah lima bulan yang lalu. Dulu Bapak adalah Seorang kontraktor yang memiliki banyak proyek di berbagai kota di Indonesia.

Tidak heran keuangan keluargaku pada saat SMP termasuk lumayan dibandingkan tetangga kami yang lain.

Tapi semua itu berakhir ketika Bapak senang main perempuan. Awal-awal walaupun Bapak main perempuan, tapi Ia selalu pulang ke rumah, dan selalu memberikan nafkah kepada kami keluarganya.

Tapi ketika ia bertemu dengan wanita muda di Bandung, bapak seperti kehilangan akal Sehatnya.

Ia tidak pernah pulang ke rumah, tidak pernah memberikan kami nafkah lagi dan tidak pernah menghubungi kami sama sekali.

Bahkan Bapak pergi dari rumah tidak dengan membawa apapun.

Bertahun-tahun aku melihat baju Bapak masih tersimpan rapi di dalam lemari. Aku tentu saja kesal, tapi sepertinya Ibuku masih sangat mencintai Bapak sehingga tidak bisa melupakan Bapak dan membuang barang-barangnya.

Dan lima bulan lalu Bapak baru pulang kembali ke rumah. Aku ingat sekali hari itu adalah hari Jumat, aku harus berlomba-lomba untuk masuk ke dalam gerbong kereta.

Maklum saja Stasiun Manggarai ketika jam pulang kantor Bukan main ramainya, jika kita tidak pintar-pintar maka tidak akan bisa masuk ke dalam gerbong kereta.

Setelah perjuangannya berjam-jam untuk sampai ke rumahnya yang berada di Kabupaten Bogor, ia terkejut melihat bapaknya sedang duduk di halaman rumah mereka sambil menghisap rokoknya.

Kikuk.. bertahun-tahun tidak melihat sosok Ayah di keluarganya membuatnya terbiasa, namun mengapa tiba-tiba bapak hadir kembali di dalam hidup kami.

Bapak bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa, seolah-olah bertahun-tahun ia pergi dari rumah adalah hanya beberapa hari saja menurutnya.

Bahkan aku sudah lupa cara menyapa Bapakku sendiri. Tapi bagaimanapun aku tetap punya sopan santun aku sapa Bapakku dan ku cium tangannya sebelum masuk ke dalam rumah.

Adikku Ima dan Ina langsung menghampiriku ketika aku datang.

" Teh, udah ketemu sama bapak? " Tanya Ina.

" Udah tadi di depan" Jawabku malas-malasan.

" Tadi Ina kaget melihat Bapak tiba-tiba Datang membawa satu koper besar, Bapak langsung menanyakan ibu"

" Saat Bapak pulang tidak ada Ibu? "

" Nggak ada, Ibu masih nyucikan teh jam segitu"

" Memang Bapak datang jam berapa? "

"Sekitar jam tiga sore"

"oh"

" Tapi teteh seneng nggak ketemu Bapak lagi? " Kali ini giliran Ima yang bertanya

" Biasa aja, Ima senang? "

" Ima juga biasa aja, tapi seenggaknya Ima nggak akan diledek lagi sama teman-teman Ima"

"Diledek?"

" Iya teman-teman Ima di sekolah suka ngeledek Ima katanya Ima nggak punya Bapak, dan Bapak Ima kabur sama perempuan lain"

Ya memang apa yang dikatakan teman teman Ima adalah benar.

Semenjak Bapak meninggalkan kami bersama perempuan itu, aku merasa Bapakku sudah mati.

Tidak ada lagi tempat Bapak di hatiku setelah penghianatan nya kepada keluarga kami.

" Ya udah Teteh bersih-bersih dulu ya, kalian udah belajar belum? "

" Udah teh, Ina sama Ima udah selesai semua"

" Bagus pinter berarti"

Ara melenggang masuk ke dalam kamarnya. Dalam hati ia memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan Bapaknya.

Ia masih belum tahu kenapa tiba-tiba bapaknya pulang ke rumah ini lagi. Bertahun-tahun tidak pernah pulang, sekarang Seenaknya saja ia pulang tanpa kabar terlebih dahulu.

Entahlah, jika mengingat penghianatan yang bapaknya lakukan masih membuat Ara sangat marah padanya.

Sebab karena Bapaknya itu, Ia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga ini. Bahkan ia tidak bisa melakukan kesenangannya sendiri.

Berkali-kali ia disindir oleh beberapa temannya karena selalu memakai baju yang itu itu saja.

Gajinya sebetulnya cukup jika hanya untuk dirinya sendiri, tapi jika gajinya dibagi dengan nenek, ibu, dan adik-adiknya tentu saja gaji itu tidak cukup.

Sudah bertahun-tahun bekerja pun Ara masih membawa bekal dari rumah demi menghemat uang makan siangnya.

Makan nasi dan lauk yang sudah dingin adalah kesehariannya setiap hari.

Dan setelah semua pengorbanan yang sudah ia jalani selama ini sekarang tiba-tiba saja Bapaknya yang sudah lama menghilang itu datang kembali.

Terpopuler

Comments

maya puspitasa

maya puspitasa

mksh ka saran dan masukannya.

2023-09-06

0

Raudatul zahra

Raudatul zahra

aku mampir lagi thoorr😁😁

sedikit koreksi penulisan aja,, POV diperjelas ya thor,, jangan digabung².. kalau memang mau pakai sudut pandang orang pertama (aku), yaa aku aja.. kalau mau pakai sudut pandang orang ketiga (dia), yaa pakai dia aja.. biar lebih enak aja siih dibaca nya..
tp bagus kok ide cerita nya.. dan aku suka cerita² sederhana kayak gini..

2023-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!