"Pangeran, apakah anda sudah bangun?" panggil Xixi dari balik pintu kamar pangeran.
"Ya, aku sudah bangun. Masuklah." ucap pangeran dengan perasaan senang.
Xixi membuka pintu dan menghampiri pangeran. Dia membawa sebuah baskom kecil untuk membersihkan tubuh pangeran bersama dengan dayang istana lainnya yang membawa sarapan untuknya.
"Kalian pergilah. Biar aku yang mengurus semuanya." ucap Xixi dengan tegas.
Xixi membantu pangeran duduk di ranjangnya, dia membantu pangeran membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Setelah selesai, dia membantu pangeran ke meja makan dan menyuapi makanan itu ke dalam mulutnya.
"Tidak aku bisa sendiri, Xixi." ucap pangeran yang mencoba menahan tangan Xixi yang akan menyuapinya.
"Stt, diamlah sejenak. Biarkan hamba melayani pangeran dengan baik." ucap Xixi dengan lembut.
Pangeran tidak bisa menolaknya lagi, selama ini dia tidak merasakan ketulusan dan kasih sayang dari seorang wanita bahkan ibunya sendiri. Permaisuri sudah meninggal sejak melahirkan pangeran. Pangeran diasuh oleh dayang istana, namun tak ada satupun dayang istana yang mengasuhnya dengan tulus. Pangeran benar-benar beruntung masih bisa merasakan kasih sayang yang sangat tulus ini.
"Hm, pangeran sangat pintar. Makanan ini sudah habis. Kalau seperti ini terus, hamba yakin pangeran akan tumbuh menjadi seorang kaisar yang gagah dan hebat." ucap Xixi dengan pujian yang membuat pangeran tersipu malu.
"Pangeran beristirahatlah sejenak, hamba akan kembali dalam satu jam." ucap Xixi dengan lembut.
"Kamu mau kemana? Apakah kamu akan meninggalkanku?" tanya pangeran sedikit cemas.
"Hamba tidak akan meninggalkanmu. Hamba hanya ingin mengambil sesuatu di suatu tempat." ucap Xixi lembut.
Xixi membawa kembali pangeran ke ranjangnya. Dia meminta pangeran untuk menunggunya dengan sabar. Pangeran menurutinya dan dengan sabar hanya duduk di atas ranjangnya.
Sejam kemudian Xixi kembali ke kediaman pangeran. Dia membawa sebuah buku. Xixi membantu pangeran berdiri dan segera membawanya ke taman persik tempat favorit pangeran.
"Duduklah." ucap Xixi singkat.
"Pangeran coba sentuh buku ini. Apakah pangeran merasakan sesuatu?" tanya Xixi.
Pangeran menyentuh buku itu dan merabanya dengan seksama. Dia merasakan sebuah buku yang terasa kasar, namun ketika menyentuh secara berulang kali buku itu seperti membentuk sebuah pola tertentu.
"Buku apa ini, Xixi?" tanya pangeran penasaran.
"Ini namanya buku Braille pangeran. Buku ini diperuntukkan untuk seseorang yang tidak bisa melihat namun ingin sekali membaca." Xixi mencoba menjelaskan secara perlahan.
"Benarkah? Apakah buku ini bisa membuatku bisa belajar membaca?" tanya pangeran dengan penuh semangat.
"Hm, aku akan mengajari pangeran cara membaca buku ini dan ketika pangeran sudah menguasainya, aku bahkan bisa mengajari pangeran cara membuat buku ini." bisik Xixi di telinga pangeran hingga membuat telinganya memerah.
"Tapi pangeran harus berjanji satu hal pada hamba." ucap Xixi sedikit tegas.
"Apa itu? Katakan" ucap pangeran tersenyum.
"Pangeran tidak boleh memberitahukan kepada siapapun bahwa hamba sedang mengajarkan pangeran sesuatu." ucap Xixi.
"Hm, aku berjanji padamu." ucap pangeran penuh dengan keyakinan sambil memegang lembut kedua tangan Xixi.
Hari itu di bawah pohon bunga persik, Xixi mengajari pangeran belajar membaca sepanjang hari. Hari demi hari, pangeran dengan giat belajar membaca. Tak terasa sudah 4 bulan dan akhirnya pangeran dapat menguasai keterampilan membacanya dengan sangat baik.
"Terima kasih Xixi. Aku sangat senang akhirnya aku bisa membaca." ucap pangeran yang sangat bersemangat dan langsung memeluk erat Xixi dengan penuh kehangatan.
Xixi menyambut pelukan itu dan membalas pelukannya dengan erat. Dia mengatakan bahwa dia sangat senang ketika melihat pangeran bahagia.
"Xixi, bisakah kamu memberikan aku buku baru. Aku ingin sekali membaca buku baru." ucap pangeran yang memohon dengan polos seperti anak kecil.
"Apakah pangeran ingin keluar bersama hamba dan membeli sebuah buku baru?" tanya Xixi menggodanya.
"Ya, aku ingin sekali." ucap pangeran yang tersenyum lebar.
Secara diam-diam Xixi membawa pangeran ke sebuah tempat percetakan rahasia. Disana banyak sekali buku terlarang yang tidak boleh diperjualbelikan oleh pejabat istana. Pangeran tidak pernah mengetahui bahwa pemilik percetakan itu adalah milik Xixi.
"Xixi, dimana aku bisa mendapatkan bukunya?" tanya pangeran yang tidak sabar.
Xixi membawa pangeran ke sebuah ruangan, disana banyak sekali buku-buku yang dilarang oleh pejabat istana. Disana juga terdapat banyak buku Braille. Pangeran secara perlahan meraba-raba untuk mencari buku yang disukainya.
"Xixi, bolehkan aku membeli buku ini dan ini?" tanya pangeran.
"Bawalah sebanyak apapun. Hamba akan membelikan buku itu untuk pangeran." ucap Xixi singkat.
"Xixi, apakah kamu memiliki uang?" tanya pangeran sedikit cemas.
"Tenang saja, hamba memiliki kantong uang pangeran." ucap Xixi yang tertawa kecil. Pangeran tertawa kencang mendengarkan perkataan Xixi.
Pangeran membawa semua buku yang dibelinya dan disembunyikan di tempat yang tidak dapat ditemukan oleh siapapun. Setiap malam dia membaca buku yang dibelinya. Buku itu memberikan wawasan yang sangat luas kepadanya. Dia tidak pernah mendapatkan semua itu dari dalam istana, meskipun di dalam istana terdapat banyak guru-guru ahli dan hebat.
Pangeran dengan tekun membaca semua buku itu dan bertanya kepada Xixi jika dia tidak memahami isi dari buku itu. Pangeran mempelajari banyak hal, mulai dari strategi perang, pengaturan keuangan, kebijakan kerajaan sampai masalah pengobatan. Semua itu dia pelajari hanya dalam waktu 5 bulan.
Pangeran yang sangat polos itu, tidak pernah mencurigai Xixi. Bagaimana bisa seorang gadis muda yang bekerja sebagai dayang istana memiliki wawasan yang sangat luas. Pangeran hanya mampu berpikir bahwa Xixi sangat hebat dan baik. Dia sangat senang mendapatkan pelayan seperti Xixi.
"Xixi, terima kasih." ucap pangeran singkat dengan senyuman terindahnya.
"Pangeran sudah saatnya bangkit. Hamba yakin pangeran dapat menjadi seorang kaisar yang lebih hebat dari kaisar saat ini." Xixi dengan suara lembut memberikan motivasi kepada pangeran.
"Tapi, apakah aku bisa menjadi kaisar yang sempurna walaupun tanpa penglihatan?" ucap pangeran sedikit pesimis.
"Hamba yakin pangeran bisa. Hamba yakin suatu saat pangeran dapat melihat lagi." ucap Xixi mencoba membangkitkan rasa optimis dalam diri pangeran.
Sebuah usapan lembut di tangan pangeran dan kata-kata penuh kelembutan sudah mampu membuat pangeran bangkit dari keterpurukan. Apapun tantangannya yang ada di depan nanti, pangeran yakin bahwa selama Xixi berada disisinya semua dapat dilalui dengan baik dan tidak akan ada rasa penyesalan dalam hatinya. Baginya Xixi adalah teman teman dan guru yang terbaik untuknya.
"Sekali lagi terima kasih Xixi kamu sudah hadir dan membawa cahaya di dalam kehidupanku yang gelap dan sesak ini. Terima kasih sudah memberikan perhatian yang tulus untukku. Aku akan selalu mengukir dirimu dalam hatiku ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hasan
hmmm masih menggeluti🤔🤔
2023-05-22
0