Pagi itu seorang laki-laki bernama Xiao san sedang duduk melamun di bawah pohon bunga persik. Dia adalah seorang putra mahkota dari kerajaan Xiao, seorang anak dari kaisar Xiao Ge. Namun ada yang berbeda dari dirinya, sejak kecil dia mengalami kebutaan. Karena kekurangan inilah tidak ada satupun di istana yang menghargai dia sebagai putra mahkota. Tidak ada yang mau berteman dengan dirinya termasuk dua saudara sepupunya yaitu pangeran yang bernama Xiao Feng dan Xiao Fang. Mereka adalah dua orang sepupu yang lahir dari pangeran Xiao Er adik laki-laki ayahnya.
Semua penghuni istana, baik pejabat, dayang istana ataupun pengawal istana berharap bahwa salah satu dari pangeran itu yang akan menjadi putra mahkota. Pangeran Xiao San tidak akan menyalahkan mereka yang berbicara seperti itu, karena pangeran Xiao San tahu kondisi dirinya. Hanya sang ayah yaitu kaisar Xiao Ge yang peduli padanya. Seumur hidupnya ayahnya selalu melindunginya dari penindasan dan penghinaan orang lain. Ayahnya kaisar Xiao Ge merupakan kaisar yang sangat bijaksana dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Pangeran Xiao San selalu bermimpi bisa menjadi seorang kaisar yang bijaksana dan dicintai rakyatnya seperti ayahnya.
Pangeran Xiao San sedang duduk melamun di bawah pohon bunga persik. Tiba-tiba saja angin bertiup kencang, dia tidak bisa melihat apapun, namun dia dapat merasakan bahwa udara saat itu sangat dingin hingga membuat tubuhnya menggigil. Pangeran Xiao San mencoba berdiri dan ingin segera beranjak dari sana. Namun baru saja berdiri, tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh di langit yang sangat kencang hingga membuat pangeran Xiao San ketakutan. Dia langsung menunduk dan menutup kedua telinganya. Dia tidak bisa berdiri lagi, dia benar-benar sangat ketakutan. Pangeran Xiao San hanya mampu diam dan menangis dalam ketakutannya.
Suara gemuruh itu semakin kencang. Udara semakin dingin. Suara deruan angin semakin terdengar kencang dan mencekam. Dia mencoba bertahan dengan cuaca ini, walaupun dia tidak bisa melihat apapun yang sedang terjadi saat ini. Namun dia dapat merasakan bahwa saat ini kondisi di sekitarnya sedang tidak baik-baik saja.
"Kaisar tolong aku. Kaisar tolong aku." sang pangeran hanya bisa bergumam sambil menutup kedua telinganya dengan tubuh yang sangat gemetar.
"Kaisar aku sangat takut. Kaisar tolong aku. Aku mohon tolong aku." sang pangeran terus bergumam semakin ketakutan.
Bagi sang pangeran yang lemah ini, hanya tangisan yang bisa membuatnya tenang. Dia terus saja menangis dan bergumam. Dia berharap ada orang di sekitarnya yang merasa kasihan padanya dan mau menolongnya dari rasa ketakutan ini.
"Pangeran apakah kamu baik-baik saja" tanya seorang gadis dengan suara lembut.
Pangeran Xiao San tidak mendengar panggilan lembut gadis itu. Dia masih gemetar dalam ketakutannya. Gadis itu menarik kedua tangan pangeran dari telinganya.
"Pangeran apakah kamu baik-baik saja?" tanya sekali lagi seorang gadis dengan suara lembut.
Pangeran Xiao San terkejut dan menarik kedua tangan gadis itu dan langsung memeluknya dengan erat.
"Aku mohon tolong aku." suara lirih pangeran berharap.
"Tenang saja pangeran. Semua akan baik-baik saja. Aku di sisimu sekarang. Tenanglah." ucap gadis itu dengan lembut.
Pangeran terus memeluk erat gadis itu. Ketika gadis itu berkata semua baik-baik saja. Tiba-tiba pangeran menyadari bahwa suara gemuruh di langit telah menghilang. Angin dingin yang menusuk sampai ke kulit mulai terasa hangat. Saat itu pangeran Xiao San merasakan suasana yang sangat hangat dan damai. Seumur hidupnya dia baru merasakan kehangatan dan kedamaian seperti ini. Setelah perasaan pangeran mulai tenang, dia melepaskan pelukannya dari gadis itu. Dia mencoba berdiri dan duduk kembali dengan tenang di bawah pohon bunga persik itu.
"Siapa kamu?" tanya pangeran dengan lembut.
"Maafkan hamba pangeran. Hamba adalah seorang dayang istana baru. Nama hamba Xixi." ucap lembut gadis itu.
"Xixi? Namamu sangat cantik." ucap pangeran tersenyum.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?" tanya pangeran penasaran.
"Kebetulan hamba ditugaskan untuk mengambil buah persik untuk kaisar Xiao Ge. Namun tiba-tiba saja hamba melihat pangeran sedang berteriak ketakutan." ucap gadis itu.
"Apakah sebelumnya kamu melihat sesuatu yang aneh?" tanya pangeran penasaran.
"Hamba tidak melihat sesuatu yang aneh. Apakah pangeran melihat sesuatu yang aneh?" tanya kembali gadis itu.
"Tidak ada apa-apa. Lupakan saja. Aku hanya sekedar bertanya." pangeran Xiao San mencoba mengalihkan pembicaraan.
Pangeran Xiao San tidak ingin membicarakan peristiwa mengerikan itu kepada siapapun. Cukup dia yang tahu semua itu. Pangeran Xiao San sangat senang berbincang dengan dayang istana itu. Dia merasa bahwa dayang istana ini tidak membenci atau merendahkannya.
"Bolehkah aku memanggilmu dengan nama Xixi?" tanya pangeran ragu.
"Boleh saja. Pangeran boleh memanggil hamba dengan nama apapun." ucap gadis itu dengan suara lembut.
"Di bagian mana kamu bekerja?" tanya pangeran.
"Hamba bekerja di dapur istana barat." ucap gadis itu dengan lembut.
"Oh, tidak hamba hampir lupa." ucap gadis itu dengan panik.
"Ada apa? Apa yang sedang terjadi?" tanya pangeran yang ikut panik.
"Maafkan hamba pangeran, hamba harus pergi. Hamba harus mengantarkan buah persik ini. Jika hamba terlambat, hamba akan dimarahi oleh kasim Li." ucap gadis itu mencoba menjelaskan.
Walaupun tidak melihat apa yang sedang terjadi, namun dia dapat merasakan kepanikan gadis itu. Pangeran Xiao San tertawa kecil mendengarkan suara kepanikan dari gadis itu .
"Pangeran maafkan hamba. Hamba pamit dulu. Hamba tidak mau mendapatkan hukuman dari kasim Li. Pangeran juga hati-hati ya." ucap gadis itu yang terus berbicara sambil berjalan cepat.
Baru kali ini pangeran bisa merasakan sebuah kebahagiaan. Hatinya sangat bahagia. Dia sangat senang melihat tingkah lucu dari gadis itu. Dia berharap bisa bertemu kembali dengan gadis itu. Bahkan pangeran berharap bisa berteman dengannya.
Pangeran segera beranjak dari taman persik itu. Dia berjalan menggunakan tongkat khusus yang dibuat oleh ayahnya kaisar Xiao Ge. Tongkat itu bukan hanya berfungsi sebagai alat penuntun saat dia berjalan namun juga berfungsi sebagai alat pelindung diri dari seseorang yang ingin menyerangnya.
Sejak kecil pangeran tidak ingin memiliki pengawal. Dia lebih nyaman berjalan sendirian. Dia sangat memahami pasti orang-orang yang ada disisinya hanya bisa berbicara omong kosong tentang kelemahannya. Kaisar yang sangat menyayangi putranya ini, secara diam-diam memberikan seorang pengawal pribadi yang setia tanpa sepengetahuan putranya.
Sejak kecil kaisar secara pribadi mengajarinya bela diri sebagai pelindung dirinya. Namun karena keterbatasan ilmu dan tidak ada satupun guru istana yang mampu mengajarinya membacanya dengan kondisi buta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hasan
2hmmm....
2023-05-22
0