Aku tersenyum hambar. Ayahku bekerja mati-matian, sementara aku begitu mudah menyerahkan kehormatan ku pada pacar ku sendiri.
" Tidurlah! Sudah malam. Besok kamu kesiangan. Malam ini ibu akan tidur bersama Zaskia."
Ibu bangkit dati duduknya dan masuk kekamar menyusul Zaskia.
Aku pun masuk kekamar dengan tetesan air mata.
Aku merenung di dalam kamar memikirkan ayahku.
Seharusnya aku tidak menjadi wanita bodoh dan murahan seperti ini.
" Lihat Salsa, ayahmu rela jauh dari keluarga, ayahmu rela tidak tidur dirumah, ayahmu rela makan seadanya. Untuk apa? Untuk kamu dan keluarganya agar semua kebutuhan keluarganya tercukupi, lalu kamu dengan mudahnya hamil! Dasar anak tidak tahu diri! Lebih baik gugurkan saja kandungan mu itu seperti kemauan Akmal." Batinku sibuk berperang sendiri.
*****
Seperti biasa setiap pagi, aku mulai terbiasa tanpa sarapan. Berbagai alasan ku sampaikan pada ibu.
Aku tahu ibu mulai curiga padaku, tapi ia masih takut untuk menuduhku secara frontal. Sesekali ia memandang perutku yang masih rata.
Kini aku berjalan kaki berangkat kesekolah. Lelah, tapi tidak ada yang boleh tahu tentang kehamilanku ini.
Entah mengapa aku jadi lebih sering lelah. Aku memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Kaki ini terasa lemas.
Saat sedang beristirahat, Aku melihat sosok Akmal dari kejauhan. Ia berangkat sendiri seperti biasa tanpa teman.
Ketika sudah dekat, entah sengaja atau tidak ia melihatku sedang duduk di sebuah warung yang tutup.
Entah apa yang ada dipikirannya hingga ia berhenti dan menghampiriku.
Jantungku berdetak kencang, sama seperti dulu disaat ia menyatakan cinta padaku.
" Kenapa berhenti disini?" Tanyanya dengan tangan masuk kedalam saku celana.
" A- aku lelah." Jawabku singkat.
Ia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, " Sudah hampir lonceng, ayo naik!" perintahnya padaku.
Tanpa membantah aku menuruti ajakan Akmal untuk membonceng di belakangnya.
Tercium aroma parfum yang lembut, parfum khas Akmal.
Ku tatap punggungnya yang tegak, " Mengapa harus ada janin di perutku?" Gumamku dalam hati.
Jika aku tidak hamil mungkin kami masih menikmati waktu bersama.
" Sudah sampai." Suara Akmal mengejutkanku.
Cepat-cepat aku turun dari sepeda motor Akmal.
Aku menatapnya, begitu banyak hal yang ingin ku ceritakan padanya.
" Akmal.." Panggilku
Ia menoleh padaku hanya sebentar selanjutnya ia pergi meninggalkanku.
Sakit! Itulah yang kurasakan.
Aku melangkah kekelas dengan langkah gontai. Pusing yang menderaku juga rasa kantuk dan mual kerap menyerangku swtiap pagi.
Rasanya aku ingin tidur saja, tapi semua itu tidak bisa kulakukan. Bagaimanapun juga aku harus bisa ikut ujian. Aetidaknya usaha ayah menyekolahkanku tiga tahun ini tidak sia-sia.
Pelajaran matematika sudah di mulai, aku sama sekali tidak konsentrasi mendengar penjelasan dari pak guru. Beberapa kali aku menguap. Hingga saat mengerjakan tugas hanya ada angka lima puluh yang terukhir di bukuku.
Begitu ngeri efek dari kehamilanku ini.
Lonceng istirahat berbunyi, teman-teman ku mengerubungi ku. Mereka heran karena aku tidak pernah lagi menghabiskan waktu istirahat di kantin. Dan kali ini mereka memaksa ku untuk ikut, karena diantara mereka sedang ada yang berulang tahun dan juga ada yang sedang jadian. Jadi hari ini mereka akan mentraktir seluruh anak-anak dari kelas kami
Aku bingung harus bagaimana, menolak atau malah mengiyakan.
Tanpa menunggu persetujuan dariku, mereka serta merta menarik tanganku.
Kini kami sudah tiba di kanton favorit kami. Sudah banyak yang memesan menu favorit mereka, tibalah giliran ku.
Sumpah aku bingung, aku kikuk. Aku takut rasa mual itu datang tiba-tiba.
" Ya Allah..tolong aku!" Rengek ku dalam hati.
Aku butuh pertolongan seseorang untuk keluar dari keadaan ini.
Hingga pelayan kantin datang menghampiriku, " Mau pesan apa?"
Keringat dingin membanjiri tubuhku, terutama area wajahku. Gemetar rasanya tubuhku. Rasa mual pun mulai menyerangku.
Hingga sesuatu keajaiban datang menghampiriku, " Pinjam Salsa sebentar ya..!"
Tiba-tiba tanganku di tarik seseorang.
Saat menatap wajahnya, ada rasa haru menyeruak di hatiku.
Akmal, terima kasih sudah menyelamatkan ku!
Seketika teman-teman ku bersorak," Huuuuuuuuuuu..."
Tanpa peduli Akmal tetap membawaku menjauh dari mereka.
Ia membawaku ke taman di sudut sekolah.
" Minumlah!" Ia memberiku sebotol air mineral.
Aku mengambil pemberian Akmal, " Terima kasih."
Ia juga mengeluarkan sepotong roti dari sakunya dan memberikannya padaku. Ia seperti tahu apa yang kurasa.
" Makanlah!" Ia memberikan senyum manisnya padaku.
Entah terharu bahagia atau malah sedih aku pun bingung dengan perasaanku.
Aku memakan roti pemberian Akmal. Mengunyahnya pelan-pelan. Heran! Mengapa aku tidak mual? Aku menatapnya dalam-dalam.
Seakan bingung ia ku tatap, " Ada apa melihatku seperti itu?" Tanyanya heran.
" Sudah beberapa minggu ini aku tidak selera untuk makan. Bahkan untuk sekedar meminum air putih saja perutku tidak ingin menerima, tapi mengapa hari ini roti dan air mineral ini begitu enak bagiku." Aku menjelaskan yang terjadi padaku.
Ia mengusap pucuk kepalaku yang tertutup jilbab, " Maafkan aku! Maafkan aku yang sudah menyulitkan posisimu. Tapi aku tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatan kita. Masih ada cita-cita yang harus ku wujudkan." Ucapnya lagi.
Tetap saja sudut mataku selalu basah jika berhadapan dengan Akmal.
" Sepertinya janin yang ada di perutku memang anakku, dia tahu pemberian roti itu dari ayahnya." Ucapnya tersenyum lalu murung kembali.
Teng..teng.. teng..
Terdengar bunyi lonceng menandakan jam pelajaran telah di mulai. Kami saling menatap, seperti ada kerinduan didalam hati masing-masing.
" Besok aku akan bawakan kamu makanan lagi. Jaga kesehatan!"
Cup! Ia mencium pipiku sekilas dan berlari berlalu dari hadapanku.
Aku memegang pipiku, Menatap sekitar takut ada yang melihat kami.
Hari ini ada secercah harapan yang muncul di sanubari. Semangatku kembali datang karena perlakuan hangat dari Akmal siang ini. Kembali Allah menjadikan Akmal penolongku.
Hari ini mood ku kembali membaik, Rasa mual hilang entah kemana. Sudah waktunya pulang, kulihat Akmal sudah duduk di atas motornya. Aku hanya menatapnya sekilas. Tak berani berharap lebih. Panas matahari begitu menyengat kulit siang ini.
Terdengar suara sepeda motor yang kukenal mengikuti ku di belakang.
Aku menoleh, Akmal!
Ia tersenyum, ada dua palung yang menjorok kedalam di sekita pipinya. Menambah kesan manis.
" Yuk!" Ajaknya.
Aku meragu, apakah ini nyata?
" Naik!" perintahnya lagi.
Kini aku sudah duduk di belakangnya.
Harum parfumnya begitu lembut di hidungku. Heran, jika semua hal bersangkutan dengan Akmal tidak ada rasa mual yang menyerang. Aku mengusap perutku," Kamu bahagia ya nak, jika ibu berdekatan dengan ayahmu?" Ucapku dalam hati.
Kini aku sudah sampai didepan rumah, Akmal sejenak turun,
" Mau mampir?" Tawar ku pada Akmal.
Ia mengangguk dan mengikut di belakangku.
Aku membuka pintu yang terkunci.
Hari ini ibu dan Zaskia sedang pergi ke kota untuk bertemu ayah.
Jadi hari ini hanya ada aku dan Akmal di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
atin p
cayyooo
2023-09-01
3
Embunpagi
semangat baca kak 💪✌️👍😊
2023-04-04
2
BirVie💖🇵🇸
waaahhhh jangan sampai terulang lagi yaa Sa... mentang2 rumah sepi
Akmal merasa kasihan mungkin
makasih up nya ❤️🙏🏻
2023-04-04
2