ASM 5"

" Naik!" perintahnya lagi.

Kini aku sudah duduk di belakangnya.

Harum parfumnya begitu lembut di hidungku. Heran, jika semua hal bersangkutan dengan Akmal tidak ada rasa mual yang menyerang. Aku mengusap perutku," Kamu bahagia ya nak, jika ibu berdekatan dengan ayahmu?" Ucapku dalam hati.

Kini aku sudah sampai didepan rumah, Akmal sejenak turun,

" Mau mampir?" Tawar ku pada Akmal.

Ia mengangguk dan mengikut di belakangku.

Aku membuka pintu yang terkunci.

Hari ini ibu dan Zaskia sedang pergi ke kota untuk bertemu ayah.

Jadi hari ini hanya ada aku dan Akmal di rumah.

Aku melepas sepatu, begitu pun Akmal melakukan hal yang sama.

Ia masuk terlebih dahulu tanpa ku persilahkan.

Ini pertama kalinya ia berkunjung kerumahku. Tak ada kecanggungan sama sekali. Ia pergi sendiri kedapur mengambil minum. Sedangkan aku hanya berdiri terpaku memperhatikan semua tingkah laku Akmal.

Kini di tangan Akmal sudah ada dua air putih, " Sini!" Panggilnya padaku.

Aku mendekat, ia menyodorkan satu gelas air putih padaku.

" Minumlah! Bukankah sesuatu yang berasal dari tanganku akan terasa nikmat."

Aku mengambil air itu dari tangannya. Meneguknya tanpa sisa. Dan benar saja tidak ada rasa mual yang datang. Biasanya siang seperti ini aku sudah masuk kedalam kamar, meringkuk karena kelelahan dan kedinginan.

Tok..tok..tok..

Pintu rumahku di ketuk.Jantungku berdebar, siapakah gerangan yang datang? Apa ibu sudah pulang? Atau malah tidak jadi pergi.

Akmal berdiri mengambil dompet dan mengeluarkan uang merah bernilai seratus ribu rupiah padaku.

" Ambil pesanan makanan di luar."

Tanpa banyak membantah aku menuruti perintah Akmal.

Dan benar saja, seorang anang gojek berdiri di depan pintu rumahku membawa plastik berisi makanan.

Aku membayar makanan yang di pesan Akmal dan membawanya masuk kedalam.

" Kamu memesannya?"

Ia tak menjawab pertanyaan ku, malah memamerkan senyuman yang memabukkan dan candu bagiku.

Ia membawa makanan ini keatas meja makan.

Aku mengikutinya. Ia seperti orang yang biasa menyiapkan segala keperluannya sendiri. Kini makanan itu sudah tersusun rapi di atas meja.

" Silahkan makan tuan putri.." ia mempersilahkan aku untuk duduk.

Aku tersenyum bangga karena mendapat perlakuan manis dari Akmal.

Nasi padang dengan lauk rendang, rebus daun singkong plus sambal hijau.

" Makan yang banyak, habiskan!" Ia memegang bahuku lembut.

Kemudian ia duduk di sampingku. Sesekali ia menyuapiku, aku berusaha menolak namun tiada artinya ketika ia sudah memaksa, sungguh aku tak mampu menolak.

Aku kembali heran, begitu kuatnya efek Akmal bagi tubuhku. Aku yang sudah beberapa minggu tidak makan, siang ini seperti orang yang kelaparan. Bahkan Akmal memberikan nasinya padaku. Sesekali aku melirik dengan ekor mataku, ia memperhatikan aku yang sedang makan.

Sesekali ia mengusap mulutku yang belepotan. Manis sekali perlakuannya.

Kini kami sudah selesai makan. Ia membereskan piring kotor bekas kami makan dan mencucinya, sementara masuk kekamar dan mengganti baju sekolahku dengan daster agar lebih lega.

Saat aku sudah selesai berpakaian, kepala Akmal nongol dibalik pintu kamarku.

" Cantik." Pujinya padaku.

Aku tersenyum malu. Kini ia sudah masuk kedalam kamarku tanpa seizin dariku.

Aku membulatkan mataku sebagai tanda bahwa aku tidak setuju atas prilakunya.

Kini ia sudah berbaring diatas ranjang ku.

" Mal, kita gak bisa berduaan kayak gini, kamu harus pulang!" Usir ku.

Namun ia tak menggubris ucapanku, justru ia menarik tanganku hingga aku jatuh kedalam pelukannya.

Kini jarak kami hanya tinggal beberapa senti saja, bahkan aroma tubuh dan nafasnya saja tercium wangi menerpa wajahku.

Entah setan apa yang merasuki kami, hingga kami harus kembali mengulang merasakan surga dunia yang belum pantas untuk kami nikmati.

Peluh siang ini membasahi tubuh kami.

Ada perasaan bersalah yang hadir sejenak di hatiku, namun terkalahkan oleh manisnya perlakuan Akmal padaku.

Setelah puas menikmati surga dunia, kami pun memutuskan untuk tidur. Tak lupa Akmal memasukkan sepeda motornya kedalam rumah dan mengunci rumah dari dalam.

Beruntungnya rumahku yang agak berjauhan dengan tetangga. Kiri dan kanan rumahku adalah rumah kosong yang tidak ada penghuninya sehingga Akmal tidak takut untuk masuk kedalam rumah.

Siang ini aku tertidur pulas dalam dekapan Akmal. Pelukan Akmal membuatku merasa nyaman. Dan aku yakin, ini adalah kebersamaan yang indah dan takkan terlupakan antara aku dan Akmal.

****

Hari sudah sore ketika aku terjaga dari tidur. Akmal masih tertidur lelap, wajahnya tampak lelah. Aku tergoda untuk mengecup bibirnya yang sedikit tertutup kumis tipis.

Cup! Aku mengecupnya singkat dan sekejap. Ia sama sekali tidak terganggu.

Kini aku mengusap wajahnya, ia sedikit membuka matanya. Kini tanganku sudah di dalam genggamannya. Kini ia kembali menutup matanya. Allah, jika halal hubungan kami, betapa indahnya semua ini. Tapi...

Aku menatap Akmal dalam," Sampai kapan kebersamaan kami ini terajut?" Batin ku dalam hati.

Aku melirik jam yang tergantung di kamarku. Jarum pendek sudah menunjukkan angka enam. Aku membangunkan Akmal, berkali-kali aku menggoyangkan badannya, namun matanya masih saja terpejam.

" Kamu gak pulang?" Bisikku di telinganya.

" Nginap." Ucapnya singkat tanpa membuka mata.

Aku mencubit pinggangnya pelan hingga ia terbangun dan kini sudah duduk disampingku.

Aku perlahan bangkit, mengambil handuk dan berjalan ke arah kamar mandi. Namun langkahku terhenti karena panggilan Akmal," Bareng?" Tanyanya genit. Ia memainkan salah satu matanya. Tak lupa senyum manis itu menjadi candu untukku

****

Malam telah datang, Ibu baru saja memberi kabar bahwa tidak bisa pulang malam ini. Kemungkinan lusa baru pulang. Akmal yang mendengar percakapan antara aku dan ibu tersenyum lebar.

" Malam ini aku akan menemanimu."

" Tidakkah kamu takut ketahuan warga?" Aku mencoba mengingatkan Akmal.

" Tidak ada yang tahu keberadaan ku disini." Jawabnya santai.

Dan malam ini adalah malam yang panjang bagiku dan Akmal. Layaknya pengantin baru, kami menikmati malam begitu indah dengan berbagi selimut juga berbagi kehangatan. Berdekatan dengan Akmal membuat aku menjadi wanita lemah dan tak berdaya. Aku begitu pasrah menerima perlakuan manis dari seorang Akmal. Padahal aku tahu ia tak kan mau bertanggung jawab atas bayi yang ada dalam kandunganku ini.

Aku juga pasrah jika nanti kami akan di gerebek warga. Bagiku itu lebih baik. Aku dan Akmal akan menikah, dan bayi dalam kandunganku akan mempunyai bapak nantinya.

Walau aku tahu, di gerebek warga tentu akan membuat malu orang tuaku. Karena aku benar-benar melemparkan kotoran ke wajah mereka. Namun bagiku untuk saat ini tidak ada pilihan yang harus ku tempuh.

****

Pagi sudah datang, aku bergegas bangun dan segera mandi. Aku segera memakai baju sekolah, ku sempatkan sebentar untuk mengerjakan pr. Namun buku ku di tarik oleh seseorang,

" Jangan sekolah, aku masih ingin denganmu."

Terpopuler

Comments

atin p

atin p

kena rayuan meleleh hati adek....syaitonnnn

2023-09-01

3

Sri Rahayu

Sri Rahayu

yaaakkk.....gadis bodoh mau di gituin lg ...

2023-08-13

1

Mut Mainah

Mut Mainah

Akmal mengapa tiba** dia berubah begitu manis🤔

2023-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!