Aku membaringkan tubuhku di ranjang, badanku terasa menggigil membayangkan kemarahan ayah dan ibu. Terbayang wajah letih ayah. Bagaimana bisa aku melemparkan kotoran ke wajahmu?
Sementara ayah begitu memanjakan ku.
Gedoran di pintu kamar semakin membuatku meringkuk di bawah selimut. Rasanya tubuh terlalu lemah. Tak ku hiraukan panggilan dari suara Zaskia yang menyuruhku untuk makan. Aku memasang handset di telingaku. Hari ini aku hanya ingin tenang.
Aku tertidur dalam kekalutan hati.
****
Aku membuka mata saat matahari sudah tidur di peraduannya. Suara gemericik air di atas genting menandakan hujan sedang turun. Aku merasakan dingin yang sangat luar biasa. Badan ku menggigil, gigi juga ikut beradu. Tidak pernah aku merasakan hal seperti ini. Aneh!
Aku menutup jendela yang terbuka sejak siang tadi. Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang. Ku paksa badanku yang menggigil untuk mengambil air wudhu.
Tobat! hanya itu yang ada di benakku sekarang.
Terlalu jauh aku terjatuh dalam jurang. Apa Allah masih mau memaafkankan ku?
menetes air mataku mengingat dosa zina telah kulalukan.
Dalam shalat, tak henti-hentinya air mataku menetes. Rasa penyesalan yang datang membuat dadaku semakin sesak.
Allah.. maafkan aku! Berkali-kali kalimat itu yang ku ulang. Hingga ketukan di pintu kamar menyadarkanku.
" Sa?"
Suara ibu terdengar dari luar. Buru-buru kuhapus air mataku. Tak lupa aku memberi bedak tipis pada wajahku, agar ibu tidak bisa membaca aura sedih yang terpancar dari wajahku.
Kriet...
Aku membuka pintu kamar.
" Sudah shalat?" Tanya ibu sambil berjalan masuk kekamarku.
" Sudah buk." Jawabku singkat.
Ibu duduk di tepi ranjangku. Jantungku berdegup, mengingat testpack yang masih ku letakkan didalam buku di atas meja belajarku.
Ibu pindah dudk didepan meja belajarku. Allah, tolong aku! Jangan sampai ibu melihat testpack itu.
" Sa, rencana kamu setelah lulus ini mau kuliah?"
Pertanyaan ibu kali ini sungguh menusuk jantungku. Apa yang harus ku lakukan? Jawaban apa yang pantas ku beri pada ibu?
" Kamu belum punya rencana?" Tanya ibu lagi.
Aku hanya menggeleng, tak ada yang bisa ku janjikan pada ibu. Aku tak ingin menambah kekecewaan nantinya.
" Ibu hanya ingin rahu rencana kamu, supaya kami bisa menyediakan biaya buat kamu."
Masya Allah.. Rasanya aku begitu terharu mendengarkan ucapan ibu. Mataku berkaca-kaca, sebisa mungkin agar air mata ini tidak turun.
" Ya sudah, kalau begitu ibu tunggu di meja makan ya, kita makan sama-sama." Ibu mengusap bahuku dan berlalu meninggalkan ku.
Aku terduduk di tepi ranjang. Lemas rasanya seluruh persendian ini. Bodoh! runtukku dalam hati.
Ibu dan Zaskia sudah menunggu di meja makan. Ada hidangan lezat kesukaan ku dan Zaskia. Sambal cumi dan tumis kangkung.
Biasanya aku dan Zaskia akan berebutan menghabiskan masakan ibu. Namun belum lagi tersentuh aku sudah bergidik membayangkannya.
Aku tak berani mendekati meja makan itu. Aku hanya terpaku di dekan pintu kamarku.
" Mbak, cepetan! Di tungguin dari tadi kok malah berdiri saja macam patung." Zaskia cemberut menatapku.
Sementara ibu mulai mengisi nasi beserta lauk dan sayurnya kedalam piring.
Langkahku berat, Aroma wangi masakan ibu yang dulu ku kagumi kini malah membuat menjadi mual.
Dengan terpaksa aku duduk bergabung bersama ibu dan Zaskia.
Kini Zaskia sudah makan dengan lahapnya. Kini ibu mengambil piring untuk yang kedua kalinya,mengisi nasi, lauk juga sayur dan memberikannya padaku. Sontak aku mual, ingin muntah hingga menimbulkan suara. Ibu terkejut melihatku. Tatapannya tajam, setajam pedang samurai.
" Kamu sakit?" Tanya ibu.
Aku menggeleng, "Ti-tidak buk." Gugup, itu yang kurasakan.
" Hari ini Salsa sedang tidak berselera bu." Ucapku lagi. Aku memberikan senyum tipis pada ibu agar tidak curiga pada diriku.
Zaskia menatapku heran. Bocah dua belas tahun itu seperti tidak percaya aku bisa menolak makan kesukaan kami hari ini.
" Beneran mbak enggak suka?" Tanya Zaskia memastikan.
Aku kembali mengangguk kikuk. Kini ibu tampak diam, ia sedang menikmati nasi yang telah ku tolak tadi.
Kini aku mengambil piring dan mengisinya hanya dengan nasi. Ini jauh lebih baik dari pada harus memakai sayur dan cumi.
Aku makan dengan lahapnya. Satu harian tidak makan membuatku seperti orang kelaparan. Sehingga aku tidak menyadari sudah menjadi tontonan ibu dan Zaskia.
Aku yang tersadar, sontak menghentikan makanku. Aku menatap ibu dan Zaskia bergantian.
" Mbak sehatkan? Mbak kesurupan?" Tanya Zaskia bingung.
Lagi-lagi ibu menatapku tajam. " Allah, jangan sekarang. Aku belum siap." Gumamku dalam hati.
" Mbak!" Zaskia mengguncang bahuku.
" Hem?" Hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
" Cuminya Zaskia habisin ya?" Tanpa menunggu persetujuanku semua sambal cumi sudah di tumpahkan ke dalam piring.
Aku hanya tersenyum, begitupun dengan ibu. Ku lihat ibu melanjutkan makannya kembali. Sejenak ibu seperti melupakan keanehan yang terjadi padaku.
Kami sudah selesai makan, seperti biasa Zaskia mendapat tugas untuk membereskan meja dan mencuci piring agar besok tidak menjadi pekerjaan yang lebih berat lagi.
Ibu sedang merenung di kursi dengan tangan menopang ke dagu. Seperti banyak beban yang sedang di pikirkan oleh ibu.
Aku yang hendak masuk kamar mengurungkan niatku. Aku kembali duduk, kali ini lebih dekat dengan ibu.
Sepertinya ibu tidak sadar dengan kehadiranku. Ia masih termenung.
" Bu.." Aku memanggil ibu namun tidak ada reaksi apa-apa.
" Bu?" Suaraku lebih kuat, dan ibu tersentak kaget.
" Melamun?" Tanyaku lagi.
Dan ibu hanya menggelengkan kepalanya. Kini ibu mengusap tangannya sendiri berkali-kali.
" Ibu mikiri apa?" Aku mencoba mencari tahu.
"Hanya helaan nafas berat yang terdengar. selanjutnya, " Sedang apa ayahmu ya?"
Ayah! Aku baru sadar jika hari ini kami makan malam tanpa ayah.
" Ayah kemana bu?" Tanyaku.
Sungguh aku adalah anak yang tidak tahu diri. Seharusnya aku sudah mati sejak dulu jadi tidak membuat aib untuk keluargaku ini.
" Ayahmu dapat panggilan kerja di kota. Katanya mau membangun gedung. Tadi ayah buru-buru jadi tidak sempat pamit. Kamar mu pun di kunci. Zaskia sudah capek memanggil kamu, tapi kamu gak dengar." Jelas ibu lagi.
Seketika aku menepuk jidatku sendiri. Bodoh! Siang tadi aku tidur memakai handset dengan pintu terkunci.
Anak macam apa aku ini?
" Ayahmu nekat bekerja di kota, agar bisa mengumpulkan uang lebih banyak lagi. Takut kamu kecewa tidak bisa melanjutkan kuliah nantinya." Ucap ibu sambit tersenyum menjawil dagu ku.
Aku tersenyum hambar. Ayahku bekerja mati-matian, sementara aku begitu mudah menyerahkan kehormatan ku pada pacar ku sendiri.
" Tidurlah! Sudah malam. Besok kamu kesiangan. Malam ini ibu akan tidur bersama Zaskia."
Ibu bangkit dati duduknya dan masuk kekamar menyusul Zaskia.
Aku pun masuk kekamar dengan tetesan air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
BirVie💖🇵🇸
Sa... perjuangan seorang Ayah demi keluarga tercinta...lope2 Ayah😍
Sa...cuma bisa mewek dg nasibmu yg d cuekin Akmal yg tak mau tanggung jawab
makasih up nya ❤️🙏🏻
2023-04-04
6