Setelah selesai masak dan menata makanan di atas meja, maka denisa pun meninggalkan dapur lalu perempuan itu masuk ke kamarnya yang terletak di lantai 2.
Meski dia tidak disukai di rumah itu, tetapi tuan rumah tersebut menyukainya hingga dia diberikan kamar di lantai 2 yang tepat berhadapan dengan kamar seorang pria yang merupakan tetangga mereka.
Begitu masuk ke kamar, denisa langsung mengunci pintu kamar lalu dia pun menyalakan sebuah senter kecil miliknya dan tidak berniat untuk menyalakan lampu di kamarnya.
'Aku sangat lapar, tapi aku tidak boleh makan,' ucap denista dalam hati sembari naik ke atas ranjang selalu membungkus tubuhnya dengan selimut.
Ia berbaring sembari meneteskan air matanya dengan menatap keluar jendela di mana dia melihat kamar di seberang kamarnya, kamar itu juga tidak memiliki lampu.
"Sepertinya Om Rangga tidak ada lagi di kamarnya, haruskah aku ke sana malam ini?" Ucap denisa sembari menyibak selimutnya lalu perempuan itu pun menggunakan kakinya yang sakit berjalan ke arah balkon kamar.
Di balkon tersebut, ada sebuah papan yang biasa ia gunakan untuk pergi ke kamar seberang.
Kamar di seberang memiliki jarak yang sangat dekat dengan balkon kamarnya sebab antara rumah tempat ia tinggal dan rumah tersebut tidaklah memiliki pembatas pagar, karena kedua orang pemilik rumah tersebut iyalah Kakak adik sehingga mereka memutuskan untuk tidak membangun pagar.
Setelah denisa melihat-lihat beberapa saat, akhirnya Ia memutuskan mengambil papan lalu menjulurkannya ke sana untuk menjadi jembatannya pergi ke kamar itu sebab kamar itu tak pernah dikunci.
Namun saat itu, denisa belum saja menaiki papan yang ia gunakan sebagai jembatan ketika tiba-tiba saja pintu kamarnya digedor oleh seseorang.
Dor dor dor!
"Buka pintunya!!" Teriak Rani dari depan kamar denisa hingga membuat denisa kembali menurunkan papannya ke bawah lantai lalu berlari membuka pintu kamarnya.
Baru saja pintu kamarnya terbuka, Rani langsung berjalan ke dalam kamar dan melayangkan sebuah tamparan ke arah denisa.
Plak!!!
Denisa sangat terkejut dengan tamparan itu, Tetapi dia tidak mengatakan apapun dan hanya berdiri di tempatnya sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar dan dia tidak berani mengangkat wajahnya menatap perempuan di depannya.
"Bisa-bisanya Kau hanya memasak ikan dan sayur!! Sekarang kedua anakku tidak mau makan, cepat pergi memasak daging ayam!!!" Bentak Rani langsung membuat denisa menunggukan kepalanya lalu perempuan itu pun keluar dari kamarnya dan pergi ke lantai bawah.
Seterah tiba di lantai bawah, denisa menatap meja makan yang telah kosong hingga membuatnya bingung ke mana semua makanan di atas meja.
Saat ia menutup ke wastafel, dilihatnya ada banyak pikiran kotor di sana yang menandakan bahwa semua orang telah makan.
"Katanya tidak makan, tapi piring kotor ini,,,," denisa menghitung Ada berapa jumlah kepala ikan yang tersisa di sana dan dia mengerutkan keningnya ketika jumlah kepala ikannya kurang.
Denisa pun mengecek satu persatu lemari di sana dan terkejut ketika ia mendapati bahwa ternyata makanannya telah dibuang ke tempat sampah.
"Astaga!!!" denisa dengan cepat mengulurkan tangannya ke dalam tempat sampah, untungnya plastik sampah itu baru saja ia ganti tadi sore sehingga belum ada barang kotor yang masuk ke tempat sampah.
Dengan cepat, denisa mengumpulkan sayur dan ikan yang ada di tempat sampah lalu memindahkannya ke sebuah kotak bekal dan menyimpannya di dalam lemari.
Denisa pun tersenyum, 'akhirnya malam ini aku bisa makan enak,' ucap denisa dalam hati sembari membuka kulkas dan menatap kulkas, yang mana di dalam sana tidak ada satupun daging ayam bahkan bulu ayam pun tidak ada.
"Di mana Aku mendapatkan ayam untuk dimasak?" Ucap denisa kini menutup kulkas dan dia kebingungan harus melakukan apa.
Berada dalam pikiran yang buruk, maka denisa pun menghampiri ibu angkatnya untuk bertanya tentang daging ayam yang akan ia masak.
"Ada apa?!" Tanya Rani yang saat itu sedang duduk di depan TV bersama dengan kedua anaknya yang sedang menikmati gorengan yang dipesan dari luar.
"Di kulkas tidak ada daging ayam, jadi--"
"Apa katamu?!!! Jelas-jelas masih ada satu ekor ayam di dalam kulkas, Kau pasti mengambilnya secara diam-diam Bukan?!!" Bentak Rani langsung membuat denisa menggelengkan kepalanya.
"Tidak Nyonya, Saya tidak berani!" Ucap denisa dengan tangan yang mengepal kuat karena ketakutan.
"Dasar pembohong!!" Bentak Rani sembari menggertakan giginya.
"Hukum saja dia Bu, sekarang kita tidak bisa makan malam karena dia!!" Ucap Anak laki-laki Rani yang bernama Dion.
"Benar, Sekarang kami tidak bisa makan malam, jadi aku akan menghukummu!!!" Bentak Rani langsung menarik denisa ke arah dapur.
Begitu tiba di dapur, Rani langsung menyalakan kompor dan mengarahkan tangan denisa ke arah kompor hingga membuat denisa menarik tangannya dengan kuat.
"Tidak!! Tidak!! Tolong jangan lakuk,, akhhh!!!!!" Teriak denisa yang merasakan rasa terbakar pada tangannya yang terkena api yang menyala-nyala begitu besar.
Sementara Rani yang melihat itu, dia merasa sangat senang dan menahan tangan denisa selama beberapa saat sampai akhirnya dia merasa puas lalu pergi meninggalkan denisa.
Denisa yang ditinggalkan langsung mengguyur tangannya dengan air keran sambil menangis tersedu-sedu.
"Hiks,, hiks,, hiks,, sakit,, hiks,,," Isak perempuan itu merasa begitu kesakitan pada tangannya.
Cukup lama denisa terisak di dapur sampai dia akhirnya kembali ke kamar membawa kotak bekal tempat ikan dan sayur yang ia pungut dari tempat sampah.
Setelah tiba di kamar, ia langsung pergi ke balkon kamarnya, ia makan dalam kegelapan sembari meneteskan air matanya.
Untungnya saat itu masih ada cahaya bulan yang sedikit memberinya penerangan hingga dia tidak tersedak tulang ikan yang sedang ia makan.
Dia hanya menggunakan tangan kirinya saja untuk makan sebab tangan kanannya terasa begitu peri panas dan sakit setelah dibakar di atas kompor.
Selain itu, luka pada bagian tubuhnya yang lain seperti telapak kaki dan juga lengannya membuatnya merasa begitu kesakitan namun tidak bisa meminta tolong pada siapapun untuk menyelamatkannya.
Sembari makan, denisa sesekali menatap ke arah kamar di seberang, dia tiba-tiba ingin makan cemilan yang biasa ia curi dari kamar itu.
"Tidak boleh, aku tidak boleh mencurinya lagi karena sekarang aku sudah punya makanan di tanganku," ucap denisa sembari menahan air matanya agar tidak terjatuh ke pipinya.
Sebab, Dia tidak punya tangan yang kosong untuk menyekah air matanya karena tangan kanannya penuh dengan makanan, sementara tangan kanannya terasa begitu sakit untuk digerakkan.
Tetapi setelah cukup lama menahan air matanya agar tidak merembes di pipinya, dia akhirnya tidak bisa menahannya lagi hingga air mata itu pun jatuh turun ke bawah makanannya.
"Hiks,, hiks,, hiks,," Denisa berusaha memelankan suara tangisannya, Sebab Dia cemas tetangga di seberang akan mendengarkan tangisannya Jika dia membuat suara yang keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nuralya_salwa
Denisa ini umur berapa y?
2023-04-05
0
@de_@c!h
tuch ibu angkatnya denisa kejam amat thor?kyaknya ad sbuah rahasia?🤔
2023-04-05
0