Nadya buka dengan semangat, karena 'my husband' yang mengirim pesan.
Alangkah kaget nya Nadya melihat gambar yang dikirim oleh Rafael.
"Apa ini?" Nadya menutup mulutnya.
Di sana terlihat Rafael sedang merangkul seorang wanita yang diketahui Nadya adalah teman kerja yang berangkat tadi siang bersama sang suami.
Pose mereka berdua sungguh melebihi batas antara rekan kerja.
Nadya pikir tak mungkin Rafael sendiri yang kirim gambar itu.
Seandainya dirinya memang selingkuh tak mungkin juga dia terang-terangan seolah langsung menunjukkan pada sang istri.
Nadya tekan nomor Rafael untuk memanggil, tapi panggilan Nadya langsung ditolak oleh Rafael.
Nadya tekan sekali lagi, tapi malah yang didengar adalah suara-suara yang menurut Nadya itu suara sebuah adegan dewasa. Nadya langsung tutup panggilannya.
Mata yang semula mengantuk, sekarang menjadi terang benderang. Rasa kantuk yang tadi hinggap entah menguap ke mana sekarang.
Ingin rasanya Nadya menyusul ke tempat Rafael sekarang. Ingin segera tahu apa yang terjadi.
Karena terlalu memikirkan itu, Nadya baru bisa tertidur menjelang fajar.
Alhasil jam delapan Nadya baru terbangun. Padahal jam delapan dirinya harus melakukan registrasi peserta.
Setelah bersiap, dan meraih ponselnya yang di atas nakas. Nadya turun ke aula pertemuan hotel yang ada di lantai lima.
Suasana nampak sepi. Hanya ada tiga orang panitia yang duduk di sana.
"Selamat pagi kak, saya perwakilan dari kota A atas nama Nadya Bunga. Masih bisakah melakukan registrasi?" tanya Nadya setelah menghampiri meja panitia.
"Silahkan duduk" kata salah satu nya.
Nadya duduk dan oleh orang yang tadi telah disodori sebuah blangko untuk diisi oleh Nadya.
"Apa sudah mulai?" tanya Nadya pelan, karena hanya ada dirinya sebagai peserta di sana.
Yang lain pada kemana? Tanya Nadya dalam hati.
"Sudah ada beberapa yang datang nyonya. Mereka juga sudah duduk di dalam. Silahkan diisi dulu" sambung panitia itu.
"Acaranya diundur sejam lagi nyonya. Karena narasumber sedikit terlambat" sambung yang lain.
Nadya menarik nafas lega, masih ada kesempatan untuk nelpon Rafael. Itupun kalau suaminya tidak sedang rapat.
Nadya penasaran dengan apa yang terjadi semalam pada Rafael suaminya.
Setelah melakukan registrasi, Nadya masuk dan masih banyak tempat kosong di sana.
Pasti molor lagi nih acara. Batin Nadya.
Nadya raih ponsel yang belum sempat dilihat karena bangun kesiangan tadi.
"Sial, pake low bat segala" gerutu Nadya.
Setelah diubek tuh tas beberapa saat barulah ketemu charger ponselnya.
Nadya colokkan pada sumber listrik yang disiapin panitia pelatihan dan kebetulan dekat dengan lokasi Nadya duduk.
Nadya buka setelah beberapa saat sesudahnya barulah bisa, karena baterai nol persen sebelumnya.
Ada banyak notif pesan masuk ponsel Nadya.
Salah satunya dari Rafael.
Tanpa rasa bersalah, Rafael kirim pesan mesra seperti biasanya.
Sampai tanda peluk cium untuk sang istripun tak lupa Rafael sematkan.
"Ada apa ini dengan suamiku? Setelah kejadian semalam. Kenapa tak ada rasa bersalah sama sekali?" Batin Nadya.
Waktu menunggu nara sumber malah dimanfaatkan Nadya dengan melamun.
Hingga seseorang mengambil tempat di samping Nadya.
"Permisi nyonya! Kosongkah?" tanya nya pada Nadya dengan menunjuk bangku kosong di samping Nadya.
Nadya pun mengangguk.
Cowok itu mengulurkan tangan mengajak berkenalan Nadya.
"Andrew" serunya menyebut nama.
"Nadya" Nadya pun menyebut nama nya.
Andrew duduk begitu saja di samping Nadya dan mengajak ngobrol.
Andrew ternyata teman yang seru untuk teman sharing dan ngobrol.
"Kok diam lagi sih lo Nadya? Mikirin pacar atau suami?" tanyanya.
"He...he..." Nadya hanya terkekeh menanggapi.
"Tapi sepertinya lo sudah ada suami ya? Ops aku salah cari tempat duduk nih" seru Andrew dengan nada menyesal.
Nadya pun tertawa pada akhirnya.
Masalah dengan Rafael sedikit terlupakan karena keseruan Andrew.
Niat hati Nadya akan menelpon Rafael setelah jadwal pelatihan selesai sore nanti.
Ternyata setelah pelatihan pun masih ada penugasan kelompok yang masing-masing kelompok ada dua orang.
Daripada ribet, panitia langsung menentukan jika kelompok bisa ambil dari kursi sebelahnya. Sehingga kali ini Nadya satu kelompok dengan Andrew.
"Kita kerjakan di mana nih? Tak mungkin kita kerjakan di salah satu kamar kita kan?" canda Andrew.
Nadya menanggapinya dengan tawa.
"Eh kita cari resto yang nyediain makanan khas daerah sini aja dech" usul Nadya.
"Wah, bagus juga tuh usulan kamu" kata Andrew.
Nadya beranjak hendak balik kamar, rencananya mau membersihkan badan dulu baru nanti ngerjakan tugas dari nara sumber.
"Kerja...kerja...masih ada tugas" gerutu Nadya dalam hati.
"Nadya..." panggil Andrew.
"Iya" Nadya pun menoleh.
"Kasih tahu nomor kamu dong" bilang Andrew.
"Kosong delapan...bla...bla..." Nadya menyebutkan nomor ponsel miliknya.
"Oke, ntar kalau kamu siap hubungin aku ya...eh kebalik ya? Aku kan yang save nomor kamu...ha...ha..." tukas Andrew bergurau.
"Ada-ada aja kamu Andrew" seru Nadya.
Sedetik kemudian ponsel Nadya berdering.
"Tuh nyambung kan. Itu nomor aku, tolong simpan. Kalau sudah siap hubungin aku" imbuh Andrew.
"Siap juragan" tukas Nadya menimpali dengan canda pula.
Nadya balik kamar. Tetap saja tangannya gatal ingin melihat ponsel.
Tak ada pesan dari Rafael.
Kali ini Nadya berinisiatif untuk mengirim pesan terlebih dahulu.
"Sayang, sudah makan belum?" ketik Nadya.
"Ih lebay banget sih" ujar Nadya kembali yang kemudian menghapus pesan yang diketiknya tadi.
"Sibuk nggak? Ntar kalau sudah selesai telponin aku ya. Miss you" ketik Nadya dan langsung mengirimkannya.
Pesan itu langsung terbalas dengan emoji love. Rafael juga mengirimkan ruang rapat yang ternyata belum selesai diikuti olehnya.
Nadya juga tak lupa minta ijin sang suami untuk keluar malam karena mengerjakan tugas dari narasumber.
Dan hal itu pun disetujui oleh Rafael.
Nadya tersenyum simpul membaca pesan dari Rafael yang terakhir. Selalu saja mengatakan agar Nadya menjaga hati. Tapi apa mas Rafa juga menjaga hatinya untukku.
"Apa aku nanya sekarang aja ya? Tentang foto semalam?" gumam Nadya.
"Tapi dia masih rapat, gimana tuh?" Nadya mengurungkan niatnya kembali.
"Atau ntar pas ketemu di rumah aja ya?" kata hati Nadya bimbang.
"Daripada pusing, mendingan mandi aja" bilang Nadya dengan kaki melangkah ke kamar mandi.
Belum juga kelar pake baju, ponsel Nadya berdering aja.
Kali ini memang Rafael lah yang nelponin.
"Halo sayang" sapa Nadya.
"Katanya mau keluar?" terlihat wajah tampan sang suami meski pun masih berada di ruang rapat.
"Bentar lagi. Ini juga mau siap-siap" bilang Nadya.
"Sama siapa?" telisik Rafael.
"Teman pelatihan dong sayang" beritahu Nadya.
"Cewek atau cowok?" imbuh tanya Rafael.
Selalu saja begitu nanyanya. Kalau belum mentok pasti mas Rafa belum balik kanan. Batin Nadya.
"Enaknya aku jawab apa?" kata Nadya dengan gurauan.
"Aku serius" tandas Rafael. Rafael seorang suami posesif, tapi tetap saja Nadya cinta.
"Sayang, semalam keluar sama siapa?" pertanyaan Rafael belum juga dijawab, tapi Nadya malah balik bertanya.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued, happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sri Astuti
waduh.. kira" gmn tuh dinas luarnya Rafa.. rapat sama rapet mana yg lbh seruu
2023-04-04
2