Satu Kelompok

Nadya dan Rafael masih saja saling bertukar kabar sampai hampir tengah malam.

"Oke yank, aku ngantuk nih. Besok kita sambung lagi" kata Nadya ingin mengakhiri panggilan di saat sudah menguap beberapa kali.

"Salam penutupnya mana?" tukas Rafael.

"Muuaaaaacchhhh..." Nadya memberikan kisss bye untuk sang suami.

"Love you my wife" kata Rafael.

"Me too" panggilan itu pun berakhir.

Hari ke dua tetap saja Nadya bangun kesiangan. Itu pasti karena dirinya tak ada rutinitas untuk menyiapkan keperluan sang suami sebelum dirinya sendiri berangkat bekerja.

Nadya buka jadwal pelatihan hari kedua.

"Wah, jam pertama sudah diisi acara presentasi nih" ujar Nadya.

"Dari peserta yang ratusan, smoga aja kelompokku nggak kebagian presentasi" harap Nadya.

Dilihatnya jam di ponsel.

"Masih sejam lagi. Enaknya ngapain ya?" gumam Nadya sambil meraih ponsel.

Tak lupa Nadya kirimkan pesan mesra untuk sang suami walaupun belum berbalas setelah ditunggunya selama sepuluh menit.

Nadya akhirnya menyeduh kopi yang disediakan oleh pihak hotel.

Sekalian bersiap.

Tak sampai setengah jam Nadya sudah turun ke aula tempat diadakan pelatihan.

"Bu guru Nadya" panggil seseorang yang tentu saja Nadya bisa menebak siapa orangnya.

Orang yang baru dikenalnya kemarin.

Nadya menoleh ke arah suara.

"Pagi, Ndrew" sapa Nadya.

"Pagi, masih sepi tuh. Sudah sarapan belum?" tanya Andrew.

Nadya menggeleng.

"Sarapan dulu aja yuk, ke resto bawah" ajak Andrew.

"Males gue, perutku begah rasanya. Abis minum kopi" tolak Nadya.

Seorang anak kecil menghampiri ke arah mereka berdua.

"Dad" panggilnya menghampiri Andrew.

"Hello sayang, kok nyusulin Dad. Sama Sus Rani?" Andrew membungkuk dan memeluk anak kecil yang barusan datang.

Anak kecil tampan itu malah menatap Nadya dengan penuh rindu.

"Mom" panggilnya ke arah Nadya.

Nadya tertegun.

'Mom?' batinnya.

"Sayang, ini aunty Nadya. Sini sama Dad kenalan sama aunty" bilang Andrew.

"Mom" tetap saja anak kecil itu memanggil Nadya dengan sebutan Mom.

Nadya yang memang menginginkan seorang anak, meski masih ada penolakan Rafael ikutan membungkuk.

"Kenalin, aunty Nadya" kata Nadya di depan anak itu.

"Mom Adya" panggilnya dengan suara cadel.

Nadya tersenyum tanpa menyanggah.

Reaksi tak terduga didapat oleh Nadya.

Anak kecil tampan itu malah memeluk Nadya dengan erat.

Meski ragu awalnya, akhirnya Nadya peluk juga tuh anak.

"Namanya siapa sayang?" Nadya mengurai pelukan menatap sayang ke bocil tampan itu.

"Joe" bilangnya.

"Joe?" tanggap Nadya.

"Jonathan" Andrew menambahi.

"No Dad, my name is Joe" tolak anak itu dengan suara menggemaskan.

"Dia tak suka dipanggil dengan nama lengkapnya" seru Andrew sambil tertawa.

"Oh ya sampai lupa, dia putra semata wayangku" imbuh Andrew menjelaskan.

"Owh" tanggap Nadya.

"Joe...Joe..." seorang wanita muda menghampiri untuk mengajak Joe.

"No encusss, aku mau sama Mom Nadya" bilang Joe.

"Owh, Joe mau sama Mom? Mom ada di sana" terang Sus Rani.

"No, Mom tidak ada di surga. Mom Joe ini" bocah kecil itu kembali memeluk Nadya.

"Apa dia bilang? Mom tidak di surga?" tanya Nadya meminta penjelasan Andrew.

"Dia bilang Mom nya tidak di surga lagi. Tapi mom nya adalah mom Nadya" terang Andrew.

"Sori ya, anak gua malah gangguin lo" kata Andrew meminta maaf.

"Putra kamu nggemesin" tukas Nadya.

Karena acara pelatihan mau dimulai, Joe sedikit dipaksa ikut Sus Rani nya untuk menjauh dari sana. Meski Joe menangis karena ingin ikut dengan Nadya.

"Mom nya kemana?" tanya Nadya yang pada akhirnya keceplosan juga.

"Ninggalin gue sama Joe waktu Joe masih bayi" jelas Andrew tanpa berusaha menutupinya.

"Miris juga hidup loe" canda Nadya.

Andrew hanya tersenyum kecut menanggapi.

Saat pelatihan dimulai. Dari sekian banyak kelompok peserta pelatihan, kelompok Andrew dan Nadya malah terpanggil untuk presentasi yang pertama.

"Padahal aku berharap kita tak terpanggil" bisik Nadya saat dirinya berjalan ke depan bersama Andrew.

"Ini sepertinya pasangan teromantis dech di pelatihan ini" seru pembawa acara.

"Kalau yang lain kelompok nya cewek sama cewek, cowok sama cowok. Cuman satu kelompok ini yang beda. Makanya kita kasih kesempatan untuk presentasi pertama. Silahkan tuan dan nyonya, kita lihat seberapa kompaknya kalian berdua" seru sang pembawa acara disambut tepuk tangan para peserta.

Andrew menyiapkan bahan presentasi dibantu oleh Nadya.

"Selamat pagi bapak ibu sekalian. Perkenalkan nama saya Andrew dan ini ibu Nadya" kata Andrew memulai presentasi.

Mereka berdua sangat kompak berbicara di depan dan bahu membahu saat menjawab pertanyaan para peserta.

Sebuah aplaus membahana saat mereka berdua mengakhiri presentasi.

"Terima kasih bapak ibu semua atas perhatiannya. Terima kasih buat bu Nadya yang telah sudi menjadi bagian kelompok saya. Makasih juga karena telah bersedia dipanggil Mom oleh putra semata wayang saya" kata Andrew di depan membuat Nadya malu.

Semua peserta tertawa karena ucapan Andrew yang ceplas ceplos menjadi hiburan tersendiri buat peserta yang lain.

Kini Andrew dan Nadya telah balik ke tempatnya.

"Kenapa sih, pake bilang makasih mau dipanggil mom segala" kata Nadya berbisik ke Andrew.

"Hanya gurauan bu Nad" balas Andrew tanpa merasa bersalah.

Nadya terdiam. Bahkan sampai acara pelatihan hari ke dua selesai. Masih ada lagi penugasan, membuat Nadya tepuk jidat.

"Penugasan lagi" gerutu Nadya.

"He...he...dan parahnya lagi. Kita tetep satu kelompok" kata Andrew terkekeh.

"Hah? Mana bisa?" tanggap Nadya.

"Tuh lihat!" suruh Andrew.

Nadya melihat sekeliling, dan didapatinya masing-masing peserta telah mendapatkan kelompoknya masing-masing.

"Kami tak ingin menganggu kemesraan kalian berdua. Mom and Dad" seru peserta yang duduk paling dekat dengan Nadya membuat Andrew terbahak.

"Terima kasih dukungannya bu" tukas Andrew kepada peserta yang tadi.

Nadya dibuat sewot oleh ulah kedua peserta yang duduk di samping kanan dan kiri nya itu.

Seperti biasa, malam ini Andrew menelpon Nadya memberitahu jika dirinya sudah menunggu Nadya di lobi.

Nadya turun sepuluh menit sesudahnya. Dan langsung disambut oleh Joe, bocil imut yang mungkin usianya belum genap tiga tahun itu. Tebak Nadya sih.

"Mom Nadya..." panggilnya dengan ceria.

"Hai Joe" sapa Nadya menerima pelukan Jonathan.

"Gendong" bilangnya.

"Gendong?" ulang Nadya. Dan bocil itu pun mengangguk.

"Gendong sama Sus Rani aja sini" kata babysitter yang dipanggil encuss oleh bocah kecil itu.

"Gak mau" tolak Joe.

"Ya udah, gendong Dad aja sini. Kasihan aunty suruh gendongin Joe yang udah gedhe" kata Andrew.

"Mom bukan aunty" kata Joe tak mau jika Nadya dipanggil aunty.

Andrew kan merasa sungkan sama Nadya.

"Udah biarin aja Joe mau manggil siapa ke aku" ulas Nadya.

"Nggak ada yang maksa loh ya?" seru Andrew.

Nadya diam tak menanggapi, tapi malah menggandeng Joe keluar dari lobi membuat Andrew berlari-lari kecil untuk segera mengambil mobil di basement.

"Tungguin Dad" seru Andrew.

Nadya dan Joe malah sibuk berselfie di taman hotel. Nadya berasa mendapatkan mainan baru yaitu bocil menggemaskan.

Kali ini Andrew sengaja membawa Nadya dan Joe agak jauhan dikit daripada resto yang kemarin.

"Kita kemana? Kok jauh?" tanya Nadya yang sedang memangku Joe.

Sementara Sus Rani duduk di belakang.

"Ntar juga akan tahu" seru Andrew.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

To be continued, happy reading

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!