Tinggalkan jejak kalian dengan koment, saran dan kritik kalian untuk menciptakan alur yang lebih baik.~~~
--------------
"EEEHHHHHH,,,,,!!??!"
Ariel terpekik dengan mata melebar.
"Kenapa kamu seterkejut itu?" tanya Joel.
"Apakah kamu serius menanyakan itu?" Ariel balas bertanya.
"Ini hanya hubungan dokter dan pasien, apa masalahnya?" balas Joel.
"Ah,, kau benar. Oke,, tak ada yang salah dengan itu," jawab Ariel canggung.
"Ha ha ha,,, apa yang sedang kau pikirkan?" canda Joel.
"Tidak ada," elak Ariel.
Seringai lebar tumbuh di bibir Joel. Dengan langkah berani, Joel mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya pada Ariel.
"Sepertinya kamu orang yang tidak pandai berbohong," ucap Joel tersenyum.
Jarak wajah mereka yang sangat dekat, membuat Ariel bisa merasakan hembusan nafas Joel di bibirnya.
"Apakah begini caramu berbicara dengan pasienmu?" sindir Ariel balas menatap lekat mata Joel.
'Kenapa aku jadi berdebar seperti ini?' batin Joel.
Menarik wajahnya, Joel tersenyum menyembunyikan rasa gugupnya.
"Aku akan membiarkanmu istirahat, dan aku akan datang lagi nanti malam," ucap Joel.
"Oke,,, terima kasih," sambut Ariel.
Joel mengangguk, lalu pergi meninggalkan Ariel sendiri. Setelah pintu tertutup, Ariel mengeluarkan ponselnya yang beberapa hari ini sengaja di matikan.
Ketika ponselnya kembali menyala, sebuah panggilan masuk. Namun, Ariel tidak langsung mengangkatnya, sebaliknya, Ariel justru membiarkan orang yang menghubunginya dan sengaja mematikan suara ponselnya agar tidak menganggu pasien lain di rumah sakit.
"Tck,,, Kenapa sekarang dia sering sekali menghubungiku?" decak Ariel kesal.
Merasa terganggu, Ariel kembali mematikan ponselnya dan meletakkan di laci meja. Pandangannya menerawang menatap langit-langit.
Joel yang sejak awal masih berdiri di depan ruang rawat Ariel, sempat mendengar decakan kesal yang di lontarkan.
'Ada apa dengannya? Siapa yang menghubunginya?' batin Joel.
Joel melangkah pergi dengan hati terus bertanya-tanya siapa orang yang sedang di abaikan Ariel.
Mengelengkan kepalanya, Joel menghentikan pikirannya dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Hingga, saat malam tiba, Joel telah selesai bekerja dan ingin mendatangi Ariel di kamarnya seperti biasa. Dengan senyum cerahnya, Joel membuka pintu kamar Ariel dan di kejutkan dengan sosok pria yang berada di dalam, berdiri di samping ranjang dengan tangan mengenggam tangn Ariel.
Joel tertegun dengan apa yang di lihatnya. Dengan cepat, Ariel menarik tangannya dari genggaman pria itu saat menyadari keberadaan Joel.
"Maaf, sepertinya aku sudah menganggu," ucap Joel canggung lesu, lalu berbalik.
'Jadi, dia memiliki kekasih? Tentu saja, dia cantik, tidak masuk akal jika dia tidak memiliki kekasih,' bisik hatinya.
"Tunggu, Joel!" tahan Ariel.
Joel berhenti dan kembali berbalik menatap Ariel. Pria di sampingnya turut menatap Joel dangan tatapan tidak suka.
"Aku sudah bilang padamu, Bram. Dialah orang yang aku ceritakan, jadi berhentilah menghubungiku,!" harap Ariel.
"Aku tidak percaya," tukas Bram.
Bram kembali meraih tangan Ariel, dan mengenggam erat.
"Kamu pasti berbohong kan?" sangkal Bram.
"Kamu masih mencintaiku kan? Kita masih bisa seperti dulu, aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku," bujuk Bram.
"jangan konyol,!" sentak Ariel menyentakkan tangannya.
"Aku membencimu, Bram, sejak saat itu, aku benar-benar membecimu," tegas Ariel.
Merasakan suasana yang kurang baik, Joel masuk di antara Ariel dan pria yang di sebut Bram.
"Apa yang sbenarnya sedang terrjadi di sini?" tanya Joel menatap Ariel dan Bram bergantian.
"Aku sudah bersamanya, lebih baik kamu menjaga sikapmu di depan kekasihku, aku tidak ingin dia salah paham dengan hubungan kita," tutur Ariel.
"Tapi_,,," jawab Bram.
"Kamu sudah memilihnya, kembalilah padanya. Kenapa kau datang kesini hanya untuk tidak mendapatkan apapun?" potong Ariel.
"Tapi aku masih mencintaimu, Ariel," jawab Bram.
"Dan aku mencintainya," balas Ariel menunjuk Joel dengan kepalanya. "Cinta yang utarakan padaku hanyalah omong kosong,"' sambungnya.
Menangkap isyarat Ariel, tangannya bergerak merangkul Ariel dan menatap tajam Bram yang masih belum beranjak dari tempatnya.
"Aku menahan diri karena ingin menghargai, Ariel disini. Tapi, karena dia sudah mengusirmu, sepertinya aku tidak perlu sungkan lagi padamu," ucap Joel mengikuti permainan Ariel.
"Kau pasti hanya berpura-pura disini," sanggah Bram menatap garang pada Joel.
"Apa yang membuatmu berpikir ini hanya pura-pura sobat?" cibir Joel tersenyum kecut.
"Kalau begitu, buktikan itu!" tantang Bram.
Sebelum Joel sempat menjawab, Ariel menarik kerah baju Joel kearah wajahnya dan menciumnya di depan Bram.
Bram terhenyak melihat hal itu di depan matanya. Bahkan Joel sendiri terkejut dengan tindakan Ariel yang tiba-tiba. Namun, tetap membiarkan Ariel melakuknnya.
"Bukankah bukti itu cukup? Sekarang pergilah!" usir Ariel.
Dengan langkah gontai, Bram akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua. Meninggalkan mereka dalam keheningan.
"Maafkan aku,!" sesal Ariel melepaskan tangannya.
"Kau minta maaf untuk apa, Ariel?" tanya Joel menyeringai.
"Atas sikapku, semua ucappanku, dan telah menyeretmu dalam masalahku," papar Ariel.
"Termasuk telah menciumku?" sindir Joel.
Wajah Ariel memerah, dan menundukkan kepalanya.
"Aku sungguh-sungguh minta maaf tentang hal itu," sesal Ariel.
"Tapi aku menikmatinya," celetuk Joel.
Celetukan Joel justru membuat Ariel melebarkan matanya dan membuat wajahnya kian memerah,merasa malu atas sikapnya.
"Siapa dia?" tanya Joel mengalihkan topik pembicaraan.
"Mantan kekasihku," jawab Ariel singkat.
"Kenapa dia datang? Apakah kamu memberitaunya jika kamu berada disini?" cecar Joel.
"Sama sekai tidak, kurasa dia mencari tau dari tempat kerjaku," ucap Ariel menyampaikan dugaannya.
"Lalu kenapa dia menemuimu jika memang dia mantan kekasihmu? Bukankah itu artinya hubungan kalian sudah berakhir?" tenya Joel lagi.
"Dia ingin memperbaiki hubungan kami," ungkap Ariel.
"Dan kamu menolaknya?" sambung Joel.
"Benar. Dan dia tidak terima dengan hal itu," jelas Ariel.
"Dia terlihat sungguh-sungguh dengan perkataannya," sambut Joel.
"Itu hanya berlangsung sementara, tak perlu waktu lama baginya untuk kembali ke sikap sebelumnya," jawab Ariel.
"Aku mengerti," jawab Joel.
"Istirahatlah,! Besok kamu bisa pulang. Eh,,, kamu tidak memberikan alamatmu padanya kan?" tanya Joel.
"Tentu saja tidak," tukas Ariel. "Aku tidak sebodoh itu," sambungnya.
"Baguslah kalau begitu, setidaknya itu menghindarkan dirimu dari dia akan menganggumu," ucap Joel.
Joel merapikan selimut yang menutupi tubuh Ariel, dan menemaninya hingga tertidur.
'Kebetulan macam apa ini? Dia juga mengalami hal yang sama denganku. Andai saja aku benar-benar bisa menjadi temannya, bukan sekedar hubungan antara dokter dan pasien,' harap Joel dalam hatinya.
###Keesokan harinya...
Ariel mengeliat saat mentari pagi masuk melalui jendela kamar rawatnya. Matanya mengerjap untuk beberapa saat dan mencoba bangun dari tidurnya.
"Pagi tukang tidur," sapaan mengejek keluar dari mulut Joel yang kini berdiri di sampingnya.
Ariel menatap Joel binggung karena pagi ini Joel tidak mengenakan pkaian dokternya.
"Apakah kamu libur bekerja?" tanya Ariel.
"Tidak," jawab Joel singkat.
"Lalu kenapa pakaianmu terlihat santai? Tidak seperti biasanya?" cecar Ariel.
"Karena tugasku hari ini adalah merawatmu," jawab Joel.
"Jadi aku bisa pulang pagi ini?" tanya Ariel senang.
"Benar, tapi sebelum itu, aku akan menganti perban pada kepalamu," terang Joel.
"Oke,,," jawab Ariel.
Joel mencuci tangannya dan mulai melepas perban di kepala Ariel, mengantinya dengan perban baru yang lebih kecil dari sebelumnya.
Ariel duduk dengan tenang saat proses melepas perban yang di lakukan Joel dengan hati-hati.
Sekali lagi jantung Joel kembali berdebar saat jarak antara dirinya dan Ariel sangat dekat. Bahkan saat Ariel menutup mata ketika Joel membersihkan sisa luka yang ada di wajah Ariel, mata Joel tidak bisa berpaling dari wajahnya.
"Yak,,, sudah selesai," ucap Joel mengalihkan perhatiannya.
"Apakah kamu bisa menungguku di taman nanti? Aku akan mengurus surat kepulanganmu dan mengambil mobilku," pinta Joel.
"Tentu saja aku bisa melakukannya," sambut Ariel.
"Kalau begitu, selesaikan sarapanmu, dan tunggu aku di taman," pinta Joel.
"Baiklah," jawab Ariel.
Joel menepuk pelan kepala Ariel sebelum pergi maninggalkan Ariel dengan menenteng tas yang berisi barang-barang pribadi Ariel.
Sementara Ariel harus menyelesaikan sarapannya setelah pemeriksaannya berakhir.
Ariel berjalan keluar dengan satu kaki dan tangan merayap ke dinding. Melompat pelan dengan satu kaki menuju taman dan duduk menunggu di kursi panjang yang terletak di bawah pohon.
"Aahh,,, akhirnya sampai juga," desah Ariel setelah berhasil mencapai kursi dengan nafas terengah.
Dengan satu kaki yang masih terpasang gips, Ariel duduk dengan tenang menungu Joel datang. Dan bersama Joel jugalah dirinya akan tinggal bersama untuk sementara.
......>>>>>--<<<<<<<......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Ayano
Jiiiir 🤣🤣🤣
2023-05-23
1
Ayano
Wak wak.... popcorn!!
Adegan manisnya muncul tiba-tiba kek jelangkung ini 😳😳😳
2023-05-23
1
Ayano
Dih... laki gak tau diri rupanya
2023-05-23
1