Tinggalkan jejak kalian dengan koment, saran dan kritik kalian untuk menciptakan alur yang lebih baik.~~~
### Di taman Rumah sakit.
Hari-hari pun berlalu, hingga tanpa terasa hari ini adalah hari ke-5 Ariel berada di rumah sakit.
Pagi itu, setelah pemeriksaan rutin pagi dan menyelesaikan makan pagi, Ariel berjalan-jalan di taman dengan bantuan kursi roda yang di dorong seorang perawat yang selama ini merawat Ariel.
Ariel menatap kakinya yang terpasang gips, lalu mendesah pelan. Pandangannya beralih ke arah sekeliling taman yang di hiasi dengan beraneka macam tanaman dan pohon rindang di sekelilingnya.
Menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan, kini Ariel mengarahkan pandangannya ke jalan dimana orang-orang berlalu lalang, lalu mendesah lagi.
"Mau berapa kali kamu mendesah seperti itu, Ariel?" teguran seseorang berada tepat di dekat telingannya, membuatnya terkejut.
Ariel dengan cepat menoleh dan mendapati Joel berdiri di belakangnya telah mengantikan perawat yang tadi mengantarnya dengan buket bunga di tangannya, sebuah paper bag tersembunyi di balik buket bunga itu.
"Sejak kapan kau disini?" tanya Ariel dengan rasa terkejut yang tersisa.
"Sejak kamu mendesah entah yang keberapa kalinya, dan tatapanmu tertuju pada bunga yang ada di sana," jawab Joel sembari menunjuk deretan tanaman yang tadi di pandangi Ariel.
"Dan kamu diam saja?" sambut Ariel memukul main-main pinggang Joel.
"Jangan salahkan aku jika aku ingin menikmati raut wajahmu yang terlihat seperti baru saja meminum racun," seloroh Joel.
"Ha ha,, lucu sekali," cetus Ariel memajukan bibirnya.
"Jangan marah, aku hanya bercanda," hibur Joel.
"Aku membawakan ini untukmu," ucap Joel seraya menyerahkan buket bunga pada Ariel dan paper bag yang ternyata berisi kue favoritnya.
"Kue ini,,," gumam Ariel. " Bagaimana caramu mendapatkannya?" sambungnya.
"Membeli di toko kue, tentu saja. Aku tidak mungkin merampok untuk mendapatkan kue itu. Apa yang aneh dengan itu,?" tanya Joel.
"Tapi, kue ini sangat sulit untuk di dapatkan," sanggah Ariel.
"Itu memang benar, karena kue ini sangat banyak pemintannya dan produksinya dibuat terbatas," jawab Joel.
"Dan aku juga tau, kamu menyukai kue ini, itu sebabnya aku membelinya," sambungnya.
"Dari mana kamu bisa tau kalau aku menyukai kue itu?" tanya Ariel.
"Itu akan ku jawab lain kali, sekarang sudah cukup berjemurnya, kamu harus segera kembali ke kamarmu," perintah Joel.
"Aku kan baik-baik saja," elak Ariel.
"Tapi tubuhmu tidak," sambut Joel.
"Tidak bisakah aku di sini sebentar lagi?" harap Ariel.
"Aku ingin menyampaikan kabar baik untukmu, itupun jika kamu mau mendengarnya," papar Joel.
"Apa itu?" tanya Ariel penasaran.
"Aku akan mengatakannya di dalam," jawab Joel.
"Cih,,, kamu menggunakan alasan yang sama agar aku menurutimu," cibir Ariel.
"Begitulah caraku untuk membujuk pasien yang sulit di atur sepertimu," balas Joel.
"Kau pasti memiliki banyak pengemar di sini jika mengingat dari sikap konyolmu itu," sambut Ariel.
"Sayangnya hal itu tidak berlaku untukku," jawab Joel.
Secara tiba-tiba senyuman di bibir Joel lenyap begitu saja. Menyadari hal itu, Ariel mencoba untuk mengalihkan perhatiannya.
"Baiklah, kita ke dalam. Apakah aku di perbolehkan berjalan?" tanya Ariel mencoba bangun dari duduk di kursi rodanya.
"Stop,,,!" seru Joel seraya mengulurkan tangan menahan bahu Ariel dan menghentikan aksinya.
"Untuk saat ini, masih belum bisa," jelas Joel.
"Baik, Dokter," jawab Ariel dengan senyum terpaksanya.
"Aku antar kamu ke kamar," ucap Joel.
Ariel mengangguk dan membiarkan Joel mendorong kursi rodanya dan mengantarkan dirinya ke kamar.
"Joel," panggil Ariel.
"Hemm,,?" jawab Joel menunduk, menatap Ariel yang melihat lurus kedepan.
"Apakah tidak masalah kamu memperlakukan aku seperti ini?" tanya Ariel pelan.
"Apa masalahnya?" tanya Joel.
"Sejujurnya aku tidak ingin merusak image yang kamu miliki di sini, jadi, haruskah aku bersikap seperti pasien lain? Bersikap seolah aku tidak mengenalmu?" cecar Ariel.
"Aku lebih suka dengan situasi yang sekarang,lagi pula tidak ada larangan seorang pasien bersikap akrab bersama dokternya, " sambut Joel.
"Bagaimana jika ada rumor buruk tentangmu?" tanya Ariel lagi.
"Aku hanya perlu meredamnya," jawab Joel.
Mereka akhirnya tiba di kamar dimana Ariel di rawat. Dengan hati-hati, Joel mengendong Ariel dan memindahkan dari kursi ke tempat tidur.
"Jika aku boleh jujur, aku tak seterkenal itu, banyak dari mereka tidak mau mendekatiku," papar Joel.
"Itu tidak mungkin," sanggah Ariel. "Siapa yang akan menolak pria tampan sepertimu?" lanjutnya.
"Oh,,, jadi kamu mengakui kalau aku tampan?" sambut Joel menyeringai.
"Errr,,,," Ariel memitar bola matanya. "Entah kenapa aku merasa menyesal telah menyanjungmu," balas Ariel memajukan bibirnya.
"Sayang sekali, itu tidak bisa di tarik lagi," jawab Joel.
"jadi, apa maksudmu dengan kalimatmu tadi?" tanya Ariel lagi kembali ke topik sebelumnya.
"Aku tak memiliki banyak teman di sini, lebih tepatnya di kota ini," terang Joel.
"Bagaimana bisa?" tanya Ariel tak percaya.
"Aku tidak pandai dalam bergaul, terlebih lagi aku masih baru di kota ini," ungkap Joel.
"Aku di pindahkan ke kota ini tiga bulan yang lalu," lanjutnya.
"Kebetulan yang mengejutkan," sambut Ariel.
"Maksudmu?" tanya Joel tak mengerti.
"Sama sepertimu, aku berada di kota ini sejak tiga bulan lalu," jelas Ariel.
"Benarkah?" sambut Joel terkejut.
"Aku sempat berpikir, kamu berasal dari kota ini," sambungnya.
"Lalu apa yang membuatmu datang ke kota ini?" tanya Joel penasaran.
"Entahlah," jawab Ariel menaikkan bahunya.
"Apakah kamu memiliki masalah?" tebak Joel.
"Mungkin," jawab Ariel tersenyum misterius.
"Kamu sungguh misterius, Ariel. Sedetik kamu bersikap seperti buku yang terbuka, tapi pada detik berikutnya kamu menutup rapat semuanya," sambut Joel.
"Anda sungguh dokter yang cukup handal," puji Ariel tulus.
"Aku senang kamu merasa begitu, setidaknya aku ingin pasienku merasa nyaman berada di sekitarku," balas Joel.
"Tapi kenapa kamu mengatakan kamu bukan orang yang pandai bergaul? Yang aku lihat sekarang, kamu terlihat cukup baik saat berbicara denganku," tanya Ariel bingung.
"Aku sendiri tidak tau bagaimana harus menjelaskannya, tapi aku merasa nyaman saat berada di dekatmu," ungkap Joel.
" Sanjunganmu tak akan mempan padaku," sambut Ariel.
"Itu bukan sanjungan, tapi memang itu yang aku rasakan," jawab Joel.
"Ah,, lupakanlah! Jadi katakan padaku, kabar baik apa yang ingin kamu sampaikan padaku?" tanya Ariel lagi.
" Aku sempat berharap kamu melupakannya," jawab Joel tersenyum.
"Tidak akan!" sambut Ariel.
" Baiklah. Kabar baiknya, kamu bisa pulang besok, tapi dengan syarat, kamu harus tetap di awasi," terang Joel.
"Benarkah? Itu melegakan sekali," sambut Ariel antusias.
"Jadi, apakah aku akan pulang dengan perawat bersamaku?" tanya Ariel lagi.
"Bukan perawat, tapi dokter, agar bisa memantau sekaligus merawatmu hingga kamu benar-benar sembuh," jelas Joel.
"Itu terdengar lebih baik," sambut Ariel. " Ku harap, dokter yang merawatku adalah wanita," sambungnya.
"Sayangnya dia adalah pria, karena akulah dokternya," ungkap Joel.
"EEEHHHHHH,,,,,,"
...>>>>>--<<<<<<...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
HNF G
modus.... sambil menyelam mnm air🤭🤭🤭🤭🤭
2024-11-22
1
Pie Yana
dudududuh... ne dokter baik bener, pasien nya pulang ikut pulang, totalitas bener sama pekerjaan nya, eh ralat pekerjaan atau ada tujuan nya nihh?
2024-02-23
1
Ayano
Pasang cctv di setiap suduh
2023-05-11
1