Mengontrak Rumah

Abizar mengajak Annisa mencari rumah kontrakan. "Jangan naik taksi, Mas. Nanti uangku habis buat bayar taksi," protes Annisa. Abizar setuju dengan pendapat Annisa. Kalau uang wanita itu sampai habis hanya untuk bayar ongkos taksi, lalu bagaimana dia bisa berteduh? Pikir Abizar.

"Baiklah, kita jalan kaki saja. Kita cari rumah kontrakan di sekitar sini," kata Abizar memberi usul. Annisa pun mengangguk setuju.

Menatap punggung suaminya saja jantung Annisa berdegup kencang apalagi kalau sampai tangannya digandeng. Annisa jadi senyum-senyum sendiri membayangkannya. "Ck, jangan mimpi," gerutu Annisa. Meski lirih Abizar bisa mendengarkan.

Abizar pun menoleh pada istrinya itu. "Kenapa?" tanya Abizar curiga.

"Nggak apa-apa. By the way apa isi kotak itu sampai ke mana-mana kamu bawa?" tanya Annisa penasaran.

"Kepo," sarkas Abizar. Annisa hanya mencibir.

Setelah cukup lama mencari tiba-tiba Abizar bertemu dengan Cintya, wanita yang menjadi kekasihnya selama ini. "Mas Abi," panggil Cintya dengan lirih. Matanya berkaca-kaca ketika melihat Abizar berjalan dengan seorang wanita yang sudah bisa dia tebak adalah istrinya.

"Cintya apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Abizar.

"Entahlah apa yang membawaku ke sini. Tapi, aku beruntung bisa bertemu denganmu. Mas bisakah kita bicara berdua?" pinta Cintya.

Abizar menoleh pada Annisa. "Pergilah Mas! Aku akan mencari kontrakan untuk kita tinggal. Tapi bisakah kamu meninggalkan nomor teleponmu agar aku bisa memberi tahu dirimu di mana kita tinggal nanti."

Annisa mencoba bersabar agar suaminya itu bisa menyelesaikan masalah dengan mantan pacarnya. Abizar memberikan ponselnya pada Annisa. Setelah itu Cintya membawa Abizar pergi. Annisa menatap sendu kepergian suaminya. Namun, dia tidak boleh berburuk sangka. "Mas Abi pasti akan kembali padaku karena aku istri sahnya," pikir Annisa.

Annisa berjalan cukup jauh barulah dia menemukan rumah yang dikontrakkan setelah bertanya-tanya warga sekitar. "Ini mbak rumahnya." Pemilik rumah tesebut menunjukkan rumah yang akan dikontrak oleh Annisa.

Rumah yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk tinggal bersama dengan Abizar sementara. "Saya ambil ya, Pak. Berapa biaya per tahun?" tanya Annisa.

"Murah mbak enam juta saja pertahun," jawab pemilik kontrakan.

Annisa berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan jadi mengambil rumah kontrakan itu atau tidak. "Dicicil perbulan boleh tidak, Pak?" tanya Annisa meminta keringanan.

"Bisa, terserah mbak aja. Asalkan bayarnya nggak telat," jawab lelaki paruh baya itu. Annisa setuju. Pemilik rumah kontrakan itu memberikan kunci pada Annisa setelah dia membayar uang kontrakan bulan ini.

Annisa melihat isi rumah tersebut banyak debu dan sangat kotor. Dia pun mulai membersihkan rumah. "Pokoknya aku akan bikin Mas Abi nyaman tinggal bersamaku," gumam Annisa seraya mengelap meja.

Walau dia dijodohkan nyatanya dia memilih berdamai dengan keadaan. Dia yakin cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Lagipula Abizar lelaki yang berasal dari keluarga baik-baik, dia yakin kalau Abi orang baik juga. Annisa tidak tahu alasan orang tua Abizar menikahkan dia dengan putranya.

Sementara itu Cintya dan Abizar sedang berada di kafe untuk bicara empat mata. "Mas, apa kamu yakin dengan pernikahan ini? Bukankah kamu masih mencintai aku?" tanya Cintya.

Abizar membuang nafas kasar. "Mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Aku pun tidak bisa menceraikan Annisa dalam waktu dekat," jawab Abizar dengan nada pasrah.

"Bukankah laki-laki bisa memiliki istri lebih dari satu. Kenapa kita tidak menikah saja, Mas? Kamu tidak perlu menceraikan istri pilihan orang tuamu. Sama-sama enak kan?" pikir Cintya enteng.

Abizar memejamkan mata sejenak lalu kembali membukanya. "Nyatanya tidak semudah itu Cintya. Orang tuaku telah memutus semua fasilitas yang mereka berikan padaku. Aku tidak punya apa-apa sekarang," ungkap Abizar.

Cintya terperangah. Laki-laki yang ada di depannya kini berubah menjadi laki-laki miskin. "Oh, baiklah. Lupakan permintaan aku tadi." Cintya pun berubah pikiran.

"Oh ya kado dari kamu itu isinya apa?" tanya Abizar antusias.

"Itu barang-barang yang aku kembalikan padamu. Aku tidak butuh lagi karena kamu telah mengkhianati aku." Cintya berdiri lalu dia pergi begitu saja meninggalkan Abizar.

Abizar merasa bersalah pada Cintya. Mereka telah berpacaran cukup lama tapi nyatanya menikahnya dengan orang lain. Tak lama kemudian Abizar mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dia kenal. Abizar pikir itu Annisa. "Ya, Hallo."

"Mas, aku sudah dapat rumah kontrakan. Kamu kapan pulang? Aku kirim alamatnya melalui pesan ya," ucap Annisa bersemangat.

Mau tak mau Abizar pulang ke rumah kontrakannya yang baru. Dia tidak mau hidup menggelandang di jalan. Abizar tidak memiliki uang sehingga dia hanya bisa berjalan sampai ke tempat tujuan. Annisa telah lama menunggu suaminya.

"Mas, kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir," kata Annisa. Dia mengambil minum untuk Abizar yang terlihat kelelahan.

"Aku tidak punya uang jadi aku berjalan untuk sampai sini," jawab Abizar dengan jujur. Annisa terkejut sekaligus merasa kasihan.

"Ya sudah kamu bersih-bersih dulu nanti makan malam. Aku sudah masak buat kamu," ucap Annisa sambil tersenyum. Abizar menelan ludahnya karena senyuman Annisa begitu manis. Bahkan dia terlihat lebih cantik dari Cintya.

"Oh iya, Mas Abi aku sudah menata baju-baju Mas Abi. Tadi aku hubungi orang tua Mas Abi untuk mengantarkan baju-bajumu. Aku juga sudah mengambil baju-bajuku dari rumah." Annisa bercerita panjang lebar tapi Abi tak menghiraukannya.

Saat ini yang dia butuhkan adalah mandi. Badannya sudah lengket karena banyak keringat yang keluar setelah berjalan jauh. Usai mandi, Annisa mengajak suaminya duduk di meja makan.

"Maaf, Mas. Kita makan seadanya tidak apa-apa kan? Tabungan aku nggak banyak. Jadi kita harus berhemat. Ayo makan Mas! Biar aku ambilkan ya!"

Lagi-lagi Abi merasa bingung menanggapi sikap Annisa yang sepertinya tidak menolak pernikahan ini. "Kamu sudah makan?" tanya Abizar. Annisa menggeleng.

"Aku menunggumu pulang," jawab Annisa. Hati Abi merasa tersentuh. Baru pertama kali seorang wanita memperlakukan dirinya seperti ini.

"Makanlah!" perintah Abi. Annisa pun segera mengambil nasi dan lauk yang berupa ikan lele goreng beserta lalapannya.

"Masakan kamu enak," puji Abi.

Wajah Annisa bersemu merah. "Terima kasih. Aku sudah biasa masak jadi masakan seperti ini sangat mudah dimasak. Oh ya, Mas Abi kerja di mana? Semoga gaji Mas Abi cukup untuk membayar kontrakan kita per bulan." Ucapan Annisa membuat Abizar tersedak.

"Mas minum dulu!" Annisa menyodorkan segelas air putih untuk suaminya.

"Aku belum punya pekerjaan," jawab Abi dengan jujur. Dia tidak mau membohongi gadis sebaik Annisa.

Bagaimana reaksi Annisa ketika mengetahui suaminya hanya seorang pengangguran?

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

tuh pacar kamu setelah denger kamu miskin lgsg tnpa babibu di pergi dg sendirinya,,padahal sebelumnya rela jd bini ke 2 😏😏🙄🙄

2023-11-29

0

Aldi Renaldi

Aldi Renaldi

emg bner rencana allah swt jauh lbih baik dri pada rencana kita,sesuatu yg di jauhkn dri kita berati bukn yg terbaik ,tetapi apa yg di dktkn buat diri kita itu yg baik

2023-09-11

2

Putri Nunggal

Putri Nunggal

iiih ditanya juga malah bilang kepo awas ya kalau dah bucin baru tau rasa

2023-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!