Ternyata Kaulah Jodohku

Ternyata Kaulah Jodohku

Sah

"Sah," seru dua orang saksi yang menyaksikan pernikahan antara Abizar dan Annisa.

"Alhamdulillah." Semua orang bersyukur ketika Abizar bisa melafalkan ijab qobul dengan benar setelah beberapa kali mencoba.

"Mempelai wanita silakan mencium tangan suaminya," perintah penghulu pada pasangan pengantin baru itu. Annisa pun meraih tangan Abizar untuk dicium.

Berbeda dengan Annisa yang deg-degan ketika menyentuh tangan suaminya, Abizar justru terlihat cuek dan cenderung muak. Ya, Abizar keberatan ketika orang tuanya menyuruh dia menikahi gadis yang sama sekali tidak dia kenal.

"Abi, Nisa ayo kita makan dulu!" ajak Willa, kakak Abizar.

"Tunggu sayang, mereka harus menyapa tamu-tamu yang datang terlebih dulu!" seru Safa sang ibu.

Akhirnya Abizar dan Annisa berdiri di atas panggung untuk menyalami satu per satu. Tak lama kemudian Abizar meminta izin kepada orang tuanya agar ke kamar lebih dulu dengan alasan Annisa merasa lelah. Namun, sebenarnya dia hanya berbohong.

Abizar pun menarik tangan Annisa agar gadis itu mengikuti langkahnya. Setelah sampai di dalam kamar, Abizar membaringkan tubuhnya. Sementara itu, dia membiarkan Annisa berdiri.

Annisa pun memilih melepas sanggul yang dia pakai. "Nanti kamu tidur saja di sofa." Tiba-tiba Abizar berbicara.

Annisa menoleh. "Memangnya kenapa aku tidak boleh tidur di atas ranjang yang sama denganmu? Bukankah kita suami istri?" tanya Annisa.

Abizar tersenyum sinis. "Aku tidak tertarik padamu," jawabnya enteng.

Annisa mendekat. "Katakan apa yang bisa membuatmu tertarik padaku?"

"Ck, baiklah, baiklah. Aku saja yang tidur di sofa," kata Abizar untuk menghindari perdebatan.

Annisa tersenyum senang karena itulah tujuan dia yang sebenarnya. Annisa pun tidak peduli pada Abizar.

Tak lama kemudian seseorang mengetik pintu dari luar. "Siapa?" tanya Annisa sambil berteriak.

"Layanan kamar," jawabnya dari balik pintu.

Annisa pun membukakan pintu. Namun, rupanya Abizar ingin melakukan hal yang sama. Bahu Abizar menyenggol bahu Annisa hingga Annisa hampir saja jatuh. Untung saja tangan Abizar dengan sigap menangkap pinggang sang istri. Sejenak tatapan mereka bertemu. Jantung Annisa berdegup kencang, begitu pula dengan jantung Abizar.

Annisa tersadar dari lamunannya. "Dih, apaan sih pegang-pegang?" kata Annisa.

Abizar melepas pegangan tangannya hingga tubuh Annisa terjatuh. Abizar terkekeh di saat melihat Annisa kesakitan mengusap pantatnya yang linu. "Rese," umpat Annisa lirih.

Abizar membuka pintu yang merupakan layanan kamar. Abizar menerima sebuah kado yang berukuran besar. Abizar memeriksa nama pengirim. "Cintya," gumam Abizar.

Annisa menatap curiga pada kotak kado yang dibawa suaminya. "Itu apa?" tanya Annisa.

"Bukan apa-apa," jawab Abizar ketus. Setelah itu dia berbaring di atas sofa lalu memejamkan matanya.

Keesokan harinya, Willa mengetuk pintu kamar sang adik. "Abi, Abi," teriak Willa.

Kebetulan Annisa yang selesai mandi membukakan pintu untuk kakak iparnya. Willa berpikir lain ketika melihat rambut Annisa yang basah. Willa tersenyum penuh arti. "Maaf ya kakak ganggu kalian. Ini amplop cokelat dari papa untuk Abizar."

"Baik, Kak. Nanti akan aku sampaikan pada Mas Abi," jawab Annisa.

Setelah kepergian Willa, Annisa membangunkan suaminya. "Mas Abi bangun, Mas!"

"Ck, apa sih? Masih ngantuk tahu." Abizar hanya mengubah posisinya.

"Ada titipan dari papa," jawab Annisa. Abi pun segera bangun dan membaca.

"Sial!" umpat Abizar ketika dia mengetahui kehilangan aset kekayaannya. Di surat itu Papa Zidan berkata akan memblokir semua kartu kredit yang dia pegang. Papa Zidan juga berpesan agar mencari rumah kontrakan sendiri.

"Papa benar-benar menghukumku!" Abizar meremat kertas yang dia pegang. Dirinya kesal ketika ancaman ayahnya tidak main-main.

Zidan yang mengetahui kelakuan nakal Abizar di luar sana memutuskan untuk menikahkan Abizar dengan gadis pilihannya. Ayah Annisa adalah lelaki yang baik dan sudah lama berteman dengan Zidan.

Selama ini, Abizar salah pergaulan. Zidan berusaha menghentikan kebiasaan buruk anaknya itu dengan menikahkan putranya dengan gadis dari keturunan baik-baik.

"Nggak bisa, nggak bisa. Aku harus protes sama papa." Abizar menyambar bajunya kemudian keluar dari kamar hotel.

"Ih, kok dia main tinggal gitu aja sih?" gerutu Annisa.

Abizar menaiki taksi lalu dia menuju ke rumah orang tuanya. Semalam setelah acara pesta yang dilakukan di ballroom hotel, Abizar dan Annisa memang sengaja menginap di kamar suite room yang telah disediakan. Sayangnya itulah terakhir kali Abizar merasakan kemewahan harta orang tuanya.

"Papa, Papa mana Bik?" tanya Abizar pada asisten rumah tangganya.

"Sedang sarapan di halaman belakang, Den," jawab wanita paruh baya itu.

"Papa," teriak Abizar.

"Papa tidak tuli kenapa kamu harus teriak-teriak?" tanya Zidan.

"Kenapa papa memblokir semua kartu kredit yang aku miliki?"

Zidan melirik putranya. "Itu semua kekayaan papa. Kamu tidak berhak lagi menikmati semua itu karena kamu sudah berkeluarga," jawab Zidan.

"Papa sengaja kan menikahkan aku dengan gadis itu untuk membuatku miskin?" tuduh Abizar.

"Abizar jangan bicara kasar sama papa!" tegur sang ibu.

Zidan meletakkan sendok dan garpunya. "Kamu tidak ingat berapa banyak uang papa yang telah kamu habiskan untuk berfoya-foya? Bukankah kamu menolak kerja di perusahaan papa? Sekarang kamu sudah menjadi suami jadi kamu harus mencari pekerjaan untuk menafkahi istrimu."

"Oh iya Abi, mana Annisa?" tanya sang ibu.

"Masih di hotel," jawab Abi enteng.

"Abi, bisa-bisanya kamu meninggalkan Annisa begitu saja. Sekarang susul dia! Awas saja kalau kami sampai menelantarkan menantu mama," ancam Safa pada putranya. Abizar pun keluar karena usahanya sia-sia untuk meminta sang ayah menangguhkan hukumannya.

Di kamar hotel, Annisa melihat kado yang didapat suaminya kemaren. Dia melihat nama Cintya tertulis di nama pengirim yang ada di atas kado tersebut. "Dari pacarnya? Isinya apa ya? Kok segede gini," gumam Annisa penasaran.

Gadis itu tak peduli. Sesaat kemudian Abizar masuk ke dalam kamar. "Siapa kamu?" tanya Abizar pada gadis yang memakai hijab. Seingatnya wanita yang dinikahi kemaren tidak memakai hijab. Annisa menoleh.

"Kamu?" Abizar terpesona dengan kecantikan Annisa yang terpancar setelah dia memutuskan memakai hijab.

"Kenapa? Cantik bukan?" Annisa memamerkan hijab dan pakaian yang sedang dia pakai sambil muter-muter.

"Nggak jelek. Dilihat dari sisi manapun kamu selalu jelek," sangkal Abizar.

"Mas, kita akan pulang ke mana?" tanya Annisa.

Bahu Abizar meluruh. Tak mungkin dia membawa Annisa untuk pulang ke rumah orang tuanya. Apalagi sang mama sudah memberi ancaman tadi. "Kamu punya uang?" tanya Abizar. Annisa mengangguk.

"Kita sewa rumah untuk tempat tinggal," ucapnya mantap. Sebenarnya dia malu pada wanita itu karena harus meminjam uang, tapi mau bagaimana lagi. Abizar tidak punya uang serupiah pun.

♥️♥️♥️

Hai, yang baru mampir jangan lupa subscribe ya. Ini kisah anak-anak Zidan dan Safa di novel KEKASIHKU PRIA AMNESIA

Jangan lupa VOTE, Like, dan koment

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

masih nyimak...

2023-11-29

0

Lena Sari

Lena Sari

ingat abidzar...benci bisa berakhir cinta lohhh.

2023-05-18

0

Bunda AlzaKhairi

Bunda AlzaKhairi

awal yang luar biasa 👍

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!