Mereka berdua pun berjalan ke arah parkiran mobil. Mereka masuk ke dalam mobil dan mobil pun mulai dijalankan.
Hari berganti malam. Hawanya cukup dingin. Benar apa kata Kalistha sebelum mereka pergi tadi. Musim salju akan segera turun. Mungkin jika diukur maka suhu di tempat ini berkisar -12 C°.
Langit yang tadinya menguning. Perlahan mulai kehilangan cahaya mentarinya. Purnama datang menyambut diiringi buliran salju yang mulai turun.
Musim salju pertama menghujani kota Tokyo. Dan Kalistha melihat salju pertamanya tahun ini bersama dengan Barsh. Seorang pemuda yang datang secara tiba-tiba dalam hidupnya.
Seorang pemuda yang berjalan ke arah Kalistha menyapanya lalu mendekatinya. Satu pemuda yang berani menghadap langsung pada Kalistha lalu bicara,
Hei Kalistha, aku menyukai permainan pianomu! Maukah kau mengajariku?.
Sangat indah, buliran salju itu mulai menutupi jalanan namun tak cukup lebat, tetapi indah sekali. Kalistha memperhatikan itu matanya sama sekali tak ingin teralih dari kaca mobil.
Salju adalah ketenangan buatnya. Di sana pula Kalistha mengingat perihal satu hal dalam masa lalu. Satu hal ketika dekapan dari kedua orang tuanya masih dia rasakan. Tapi sekarang sudah berbeda.
Kalistha hanya mampu tersenyum miris sambil masih memperhatikan kaca mobil. Salju pertamanya di tahun ini dia tatap bersama seorang pemuda yang menawan bernama Barsh.
"Lihatlah, salju mulai turun!" ujar Barsh sambil melihat buliran salju yang turun di hadapan kaca mobilnya.
"Indah." ucap Kalistha seraya tersenyum.
"Apa kau tau? Ada tempat yang lebih indah untuk melihat salju di sana kita juga dapat menikmati segelas kopi hangat!" ujar Barsh pada Kalistha di sampingnya.
Gadis yang masih terpanah dengan buliran salju itupun mengalihkan pandangannya ke arah Barsh. Dia tertarik dengan apa yang Barsh katakan.
"Apa benar ada tempat yang indah untuk melihat buliran salju ini? Jika memang iya, aku ingin kesana!" ujar Kalistha padanya.
Barsh tersenyum, sepertinya Tuhan memberinya lampu hijau saat ini. Bidadari di sampingnya ini tidak boleh dikecewakan. Barsh akan melakukan apapun asalkan Kalistha bahagia.
Kuncup bunga dalam dadanya bermekaran rasanya. Kalistha bak bidadari di matanya. Surainya indah sekali. Suaranya caranya berucap. Segala hal yang ada dalam diri Kalistha, Barsh menyukainya.
"Kita memang akan kesana!" ucap Barsh. Yang membuat Kalistha tersenyum hangat padanya.
"Tapi di mana itu? Apa kau tau tempatnya?" tanya Kalistha penasaran.
Ah, gadis ini benar-benar menghangatkan hati Barsh tiap kali berucap. Betapa manisnya tutur kata itu sungguh.
"Yaa, aku tau... Itu adalah tempat yang sangat indah, seluruh pemandangan kota Tokyo terlihat begitu indah dari atas sana!" ujar Barsh menjelaskan perihal keindahan yang akan mereka dapatkan ketika berada di tempat itu.
Kalistha berbinar mendengar penjelasan Barsh. Rasanya dia tidak sabar ingin segera memijakkan kakinya di atas tempat itu.
"Benarkah? Bisa tolong bawa aku kesana aku ingin sekali!" pinta Kalistha.
Hal itu membuat Barsh pun semangat. Dia pun menambah kecepatan mobilnya, beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah hotel besar.
Ketik mobil Barsh berhenti di sana. Kalistha jalur rasanya hatinya. Dia takut rasanya. Sedikit ada persaan negatif yang hinggap dalam hati Kalistha saat ini.
Dalam hatinya Kalistha bertanya-tanya. Kenapa Barsh membawanya kemari. Ini hotel!
"Kenapa kita kemari? Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Kalistha ragu pada Barsh.
Mendengar itu Barsh pun menoleh menatap Kalisthanya.
"Kenapa mimik wajahmu seperti itu? Aku tidak akan melakukan apapun padamu, sungguh! Ini hotel milik ayahku, ada sesuatu di atas sana yang ingin kutunjukkan padamu!" jawab Barsh menjelaskan niatnya pada Kalistha.
Kalistha masih diam di sana. Tapi Barsh sudah tidak tahan lagi rasanya. Sesuatu di atas sana begitu indah jika dilewatkan.
Dengan segera tangan kekarnya menggenggam tangan Kalistha mengajak gadis itu masuk kedalam hotel itu.
"Barsh!" pekik Kalistha. Tapi Barsh hanya diam tidak memperdulikan itu.
Mereka memasuki lift dan mulai memencet tombol lift. Menekan angka gedung yang ingin mereka tuju. Lift berjalan menuju ke atas tepat di lantai yang Barsh inginkan.
Ketika pintu lift mulai terbuka Barsh menarik kecil Kalistha agar mengikutinya menuju sebuah tangga. Perlahan mereka pun menaiki tangga itu hingga mereka berhenti tepat pada sebuah pintu berwarna merah.
Tanpa basa-basi Barsh pun mulai membuka pintu itu.
Di atas hotel besar itu terdapat sebuah rumah kaca kecil dihiasi dengan cahaya cahaya lampu yang cukup indah.
Juga bunga-bunga yang menawan membuat Kalistha terpukau. Dia sama sekali tak berkedip melihatnya. Indah, sangat indah baginya.
Perlahan Kalistha melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kaca itu. Benar apa yang Barsh katakan. Dari dalam sana terlihat dengan jelas suasana kota Tokyo yang sangat indah.
Kalistha diam sebentar dia menikmati tiap jengkal keindahan itu. Melihat Kalistha yang nampak terpukau Barsh pun tersenyum puas. Perlahan Barsh mendekat, ikut berdiri di sampingnya.
"Kau suka?" tanya Barsh padanya.
Kalistha tersenyum lalu mengangguk. Surainya yang tergerai terombang ambing ke sana kemari. Surai itu seperti sedang menari. Ikut bahagia atas keindahan yang ada di atas sana.
"Aku sangat suka ini sangat indah!" lirih Kalistha.
Sumpah demi apapun. Tiap kebahagian yang Kalistha katakan. Barsh pun merasa sangat bahagia.
Di sana dia teringat sesuatu. Perihal perasaannya pada Kalistha. Rasanya Barsh tidak cukup mampu menumpuk menahan itu dalam dadanya. Sesak, serasa ingin meledak.
"Hei, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. ini penting!" ucap Barsh.
Mendengar itu Kalistha pun berbalik menghadap Baesh yang sedang menatapnya.
"Apa?" tanya Kalistha padanya.
"Bisakah aku mengatakan ini? Dan apakah kau akan mendengarnya? Dan apakah setelah ini kuutarakan, akankah kau tetap bersamaku?" ujar Barsh.
Senyuman manis tergambar jelas di wajah Kalistha saat ini ia mengangguk kecil. Kalistha tidak begitu tau apa yang akan Barsh katakan padanya.
"Aku akan mendengarkan kamu! Tapi untuk tetap bersamamu kurasa itu tidak mungkin karena kita tidak bisa bersama untuk selamanya dalam hidup selalu ada perpisahan!" jawab Kalistha
Jawaban yang bijak sekali bagi Barsh. Namun dia harus mengatakan ini. Dengan berani perlahan Barsh mulai menarik kedua tangan Kalistha menggenggamnya lembut.
"Ada satu kalimat yang tersimpan dalam hati yang sudah lama kupendam. Mataku tak mampu beralih pada orang lain ketika melodi indahmu mengundangku masuk menemuimu!" ujar Barsh lembut sambil menatap penuh kedua mata Kalistha yang saat ini juga menatapnya.
"Entah darimana naluri ini muncul. Jauh darimu adalah masalah yang cukup mengesalkan! Pertemuan pertama kita saat itu membuat aku tak mampu jauh darimu. Aku ingin mengatakan hal ini secepatnya, tapi aku menahannya! Hanya karena aku ingin lebih mengenal dirimu lebih jauh lagi!" ucap Barsh lagi.
Deggg
Hati Kalistha mulai bergetar rasanya. Debaran yang tadinya normal kini mulai tak beraturan lagi Jantungnya seperti kesurupan saja hilang tempo melodi detaknya.
Namun Kalistha masih ingin mendengarkan perihal apa yang akan Barsh katakan untuknya. Dia membiarkan genggaman tangan Barsh padanya semakin erat. Dia membiarkan kedua matanya fokus menatap mata Barsh di depannya.
"Beberapa bulan terakhir membuat aku sadar akan satu hal. Definisi dari semuanya! Definisi yang mendesakku untuk segera mengatakannya!" ucap Barsh lagi. Sejenak dia menunduk membuang nafasnya. Lalu kembali menatap Kalistha.
"Hei Kalistha! Aku memilihmu sebagai sosok yang begitu kucintai. Apakah kau bersedia membiarkanku masuk ke dalam hidupmu? Menjalankan peran baru? Bukan sebagai teman, tapi sebagai kekasihmu? Jika iya izinkan aku mengukir namaku dalam hatimu!" ucap Barsh padanya.
Ya Tuhan, rasanya Kalistha ingin mati saja sekarang. Sungguh, dia tidak pernah menemui pemuda seberani Barsh.
Pernyataan yang cukup manis itu sedikit membuat Kalistha tak percaya. Kebingungan melandanya saat ini.
"Boleh aku bertanya satu hal padamu? Sebelum aku menjawab pertanyaanmu?" tanya Kalistha. Barsh mengangguk kecil menyetujuinya.
Kalistha tidak habis pikir bahwa pertemuan yang cukup singkat itu menciptakan perasaan seperti ini pada Barsh.
"Perkenalan kita cukup singkat. Jujur aku masih tidak yakin akan apa yang kau katakan tadi!" ujar Kalistha.
Ada sedikit kekecewaan dalam hati Barsh ketika Kalistha mengatakan hal itu, mengapa gadis itu tak percaya?
Padahal pernyataan cintanya tulus. Hal itu membuat Barsh merenggangkan genggaman tangannya melepasnya perlahan.
"Kau meragukanku?" tanya Barsh padanya.
Kalistha memperhatikan raut wajah Barsh. Kalistha paham Barsh pasti kecewa padanya. Tapi, justru sifat Barsh yang semacam ini yang lucu bagi Kalistha.
"Kau ini mudah sekali marah ya? Aku belum menyelesaikan ucapanku!" ucap Kalistha sambil memperhatikan wajah Barsh yang mulai masam.
Barsh membuang mukanya ke arah lain tak sanggup melihat Kalistha rasanya jika pernyataan cintanya ditolak hatinya akan sangat sakit. Ketika Barsh hendak pergi dari sana. Suara Kalistha mulai menggema.
"Perkenalan singkat itu membawa takdir yang manis rupanya!" ujar Kalistha sambil tersenyum. Dia masih memperhatikan Barsh yang berpaling tidak menatapnya saat ini.
Jari jemari lentik Kalistha mulai menangkup wajah Barsh. Menuntun pemuda itu agar jatuh tepat menatapnya lagi.
"Hei, aku tidak bilang aku akan menolakmu!" ujar Kalistha lagi. Semburat merah jelas tergambar di sana setelah mengatakan itu.
Ketika kedua bola mata mereka bertemu kembali. Kalistha pun melanjutkan perkataannya.
"Sama sepertimu aku juga merasakan hal yang sama. Aku nyaman bersamamu dan aku bersedia menerimamu!" ucap Kalistha mantap sambil tersenyum.
Ya Tuhan, sungguh Barsh tidak mampu mengatakan apapun saat ini. Kobaran kebahagian dalam hatinya sulit dikatakan.
Barsh terkejut mendengar itu ia menatap Kalistha tak percaya. Mereka berdua sama-sama tersenyum.
Terlalu bahagia ketika kabar baik berkumandang. Barsh pun mengangkat Kalistha, menggendongnya membawanya berputar kecil.
"Turunkan aku!" pekik Kalistha sembari tertawa.
Barsh pun menurunkannya, malam itu di mana musim salju pertama turun menyatukan dua insan yang saling mencintai. Ciuman lembut malam itu adalah bukti terbentuknya cinta keduanya.
Kalistha dan Barsh malam ini di bawah buliran salju pertama. Resmi menjadi sepasang kekasih.
...Aku tidak akan melepasnya, sungguh! Dia Kalisthaku, milikku! Belahan jiwaku!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Barsh dan Kalistha menikmati salju berduaan
2023-04-30
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Kalishta pasti bahagia melihat salju dengan Barsh
2023-04-29
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Kalistha dan Barsh kalian pasangan yang cocok
2023-04-28
0