Suasana kota saat itu cukup ramai. Beberapa orang berlalu lalang dengan riang. Dari balik kaca mobil Kalistha memperhatikan aktivitas mereka.
Barsh sesekali memperhatikan Kalistha yang anggun yang saat ini duduk tepat di sampingnya. Kalistha sejak tadi diam memperhatikan pemandangan kota dari dalam kaca mobil.
Lima belas menit berlalu, namun tak kunjung ada tanda mobil Barsh akan berhenti. Dalam hatinya Kalistha bertanya-tanya sebenarnya akan dibawa kemanakah dia oleh Barsh.
Bisa dikatakan ini adalah penculikan buatnya. Tapi, bagaimana pun itu hatinya enggan menolak. Dia hanya mempertahankan egonya sebagai seorang perempuan.
Dia ingin jual mahal sebenarnya Barsh. Tapi nyatanya itu adalah hal yang sulit bagi seorang Kalistha. Kalistha yang sudah mulai jenuh itupun memutuskan untuk bertanya.
"Kita akan kemana?" tanya Kalistha pada Barsh yang saat ini sedang fokus menyetir mobil. Pertanyaan itu memecah hening.
Sambil melirik Kalistha di sampingnya Barsh tersenyum lalu kembali fokus pada jalanan. Ah, ini gila sungguh.
Bahkan dirinya saja tidak tau akan membawa bidadari ini kemana. Kecantikan gadis ini hampir membuatnya tidak waras.
Sampai pada akhirnya dia memaksa kepalanya untuk berpikir logis. Hal apa kira-kira yang Kalistha sukai. Apakah cairan pahit, manis, hitam bernama kopi itu Kalistha menyukainya?
Barsh ini memang tampan. Tapi untuk berpacaran dengan seorang gadis. Jujur saja dia tidak pernah. Dulu sewaktu di Seoul.
Banyak perempuan yang mengantri ingin menjadi belahan hatinya. Tapi Barsh sama sekali tidak memiliki minat sedikitpun pada mereka.
Ketika satu konflik terjadi di Seoul. Barsh memutuskan untuk pindah menuntut ilmu di Tokyo dan menemukan Kalistha yang menjejali hatinya dengan segenap kharisma yang menumpuk memenuhi matanya.
Membuat Barsh lekat mematri tiap lekuk wajah hingga tubuhnya. Indah, menawan, sangat cantik. Rasanya hatinya, hanya boleh dimiliki oleh seorang Kalistha saja. Dan hanya Kalistha saja yang Barsh inginkan.
"Emm, apa kau suka kopi?" tanya Barsh mulai melemparkan pertanyaan kecilnya pada Kalistha.
Memecah keheningan yang sempat terjadi di antara mereka. Suara hangat itu membuat Kalistha menoleh ke arah Barsh.
"Hmm, aku suka kopi hangat!" jawab Kalistha padanya.
Beruntung sekali rasanya bagi Barsh mendengar itu. Adalah suatu keberuntungan tak terduga. Sebab dia juga sangat menyukai kopi.
"Bagaimana jika kita ke mall?" Ucap Barsh pada Kalistha.
"Untuk apa kita kesana?" tanya Kalistha terlihat bingung sambil menatap Barsh.
"Aku hanya ingin membelikan sesuatu untuk Syena adikmu. Dan kau tidak berhak menolak karena ini untuk adikmu bukan untukmu!" Ujar Barsh pada Kalistha.
Sumpah demi apapun rasanya Kalistha tidak enak menerima tawaran itu. Di sisi lain Barsh dan dia hanyalah seorang teman.
Mereka tidak memiliki ikatan sama sekali. Juga selama ini, Barsh juga membayar biaya privat piano dari Kalistha.
Pemuda ini tidak terlalu berbakat perihal musik. Tapi, kegigihannya membuat Kalistha diam dan tetap sabar menuntun Barsh mampu memainkan piano dengan mahir sepertinya.
Perihal tawaran yang Barsh ajukan untuk Syena. Kalistha harus menolaknya. Dia tidak ingin terlalu berhutang banyak pada Barsh. Pemuda ini sudah cukup baik untuknya sungguh.
"Ya Tuhan, tidak perlu. Kau ini, jangan membuang uangmu untuknya. Lagi pula Syena tidak begitu tertarik nantinya, dia pasti hanya menyimpannya. Mungkin tidak lama dia juga akan bosan dan..."
Barsh menghela nafas kasar mendengar tiap ocehan yang berasal dari Kalistha. Entah atas komando dari siapakah itu? Barsh dengan sigap langsung mendekatkan wajahnya ke arah Kalistha yang masih bicara.
Bibir itu berlabuh tepat namun singkat mengecup sisi wajah Kalistha, tepat di pipinya. Kalistha terkejut cuping hidungnya memerah. Debaran jantungnya cepat seakan ingin lompat saja.
Kalistha lalu menatap ke arah Barsh yang kembali fokus pada jalanan. Kedua matanya terkunci fokus mengemudi setelah melakukan itu. Seakan hal yang baru saja dia berikan pada Kalistha tidak pernah terjadi.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Kalistha sambil menatap Barsh yang menyetir.
Barsh hanya mampu tersenyum sambil berkata,
"Kau cerewet sekali. Dan untuk menghentikanmu tentunya perlu teknik khusus, dan cara itulah yang patut di terapkan." Jawab Barsh padanya gamblang.
Astaga, Barsh benar-benar membuat Kalistha memiliki diagnosa asma saja saat ini. Pemuda ini, lancang, tapi, Kalistha suka. Kalistha yang diam namun masih bersemu memilih menatap lagi pemandangan kota melalui jendela mobil.
Keheningan kembali merambat di antara mereka. Sampai habis sekitar setengah jam sudah mereka berkendara.
Barsh menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah Mall besar kita Tokyo. Kunci mobil ia masukkan ke dalam saku. Lalu Barsh turun bersama dengan Kalistha.
Kecanggungan yang terjadi luluh ketika Barsh menggenggam tangan kanan Kalistha. Mereka masuk berdua di sana.
Terkadang obrolan mereka hanya seputar apa yang ada di dalam mall. Obrolan cukup sederhana namun melarutkan bagi kedua sejoli itu.
Barsh memilih berhenti di sebuah Timezone. Di sana dia mulai memainkan mesin capit yang di dalamnya berlimpah boneka lucu.
Waktu berlalu cepat. Dan usaha Barsh untuk mendapatkan boneka lucu untuk Syena pun berbuah. Saat ini ada sekitar lima boneka berada dalam pelukan Kalistha.
"Sudah?" tanya Kalistha pada Barsh yang berbalik sambil membawa boneka terakhir yang dia dapatkan.
"Sudah, ini Syena ya! Berikan padanya, dia pasti sangat senang menerimanya!" jawab Barsh lalu mengambil seluruh boneka yang masih didekap oleh Kalistha.
"Ayo kita ke kasir minta ini dibungkus!" ujar Barsh pada Kalistha.
Kalistha mengangguk dia pun berjalan beriringan bersama Barsh menuju ke arah Kasir. Sesampainya di depan kasir itu. Penjaganya adalah seorang wanita.
"Tolong, kemas ini ya!" ucap Barsh pada kasir wanita.
Sambil memperhatikan mereka berdua dengan senyuman. Kasir wanita itu mengambil enam boneka itu. Dia mulai mengemas seluruh boneka yang Barsh dapatkan.
"Ini, Arigatou gozaimasu!" ujar Sang kasir wanita sambil membungkuk.
Barsh mengambilnya lalu membawanya. Ketika dia akan bergegas pergi. Suara sang kasir wanita menghentikannya.
"Kalian pasangan yang serasi!" ujar kasir wanita itu.
Barsh menoleh tapi tidak dengan Kalistha. Tangan kanannya hanya mampu mengusap singkat dadanya. Mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.
"Terima kasih ya! Doakan saja, aku bisa menikahinya!" ujar Barsh pada kasir wanita itu. Lalu membawa Kalistha ikut berjalan lagi bersamanya.
"Kau tadi bicara apa?" tanya Kalistha pada Barsh di sampingnya. Namun dia tidak menoleh. Bisa mati kaku dia kalau menoleh.
Pertanyaan Kalistha membuat Barsh memperhatikannya.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku, Kalistha?" tanya Barsh padanya sambil berseringai.
Kalistha hanya diam, tapi dalam hati dia bahagia. Mungkin Kalistha tidak tau bahwa benih-benih cinta saat ini sudah meracuni hatinya.
Overdosis rasanya tiap kali Kalistha menatap kedua mata Barsh. Apalagi wajahnya yang sangat menawan itu. Kenapa dia harus dipertemukan dengan pemuda yang begitu tampan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Kalistha pasti bingung mau di bawa kemana oleh Barsh
2023-04-30
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Barsh terpesona dengan penampilan Kalistha
2023-04-29
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Kalistha bingung sendiri memikirkan mau di bawa kemana oleh Barsh
2023-04-28
0