Barsh Dan Kalistha (Sesuatu Yang Kusebut Rumah)

Barsh Dan Kalistha (Sesuatu Yang Kusebut Rumah)

Bab 1: Pertama Kali Bertemu Kalistha

Jari jemari lentik itu begitu cekatan. Mahir memainkan melody dari sebuah piano. Surainya tergerai indah dia memiliki paras yang sangat cantik.

Bagaikan seorang putri raja yang sedang memainkan melody indah. Membuat siapa saja yang melihatnya begitu terbuai dan terpesona akan daya pikatnya yang begitu cantik.

Terlalu terlarut dan begitu menikmati alunan musik yang ia buat sendiri, gadis cantik bernama Kalistha ini tidak sadar akan kehadiran seorang pemuda tampan yang memperhatikannya sejak tadi.

Gema musik yang begitu indah menarik pemuda tampan itu masuk ke dalam aula. Tak hanya irama musiknya yang menarik tetapi kedua matanya terpaku ketika melihat sosok ciptaan Tuhan yang begitu sempurna tanpa ada sedikit pun cacat.

Hingga jari jemari lentik itu mulai mengakhiri melody indahnya, sambutan tepuk tangan pun Kalistha dapatkan dari pemuda itu. Membuatnya seketika menoleh ke arah pemuda itu.

"Indah sekali, kau hebat sekali dalam bermain piano! Melody indah yang kau rangkai begitu syahdu. Apa kau anggota band di sini nona?" tanya Pemuda itu pada Kalistha, sebut saja namanya Barsh.

Kalistha memperhatikan Barsh dari bawah sampai ke atas tepat ke wajahnya. Dia terkejut akan hadirnya pemuda itu di sana. Sejak kapan itu?

Satu kata yang ada dalam kepala Kalistha saat ini adalah. Pemuda ini, tampan. Sambil menaikkan salah satu alisnya, Kalistha bertanya pada Barsh di sana.

"Kau, Sejak kapan?" tanya Kalistha melontarkan sebuah pertanyaan kecil padanya.

Lantas Barsh melangkah kecil mendekatinya. Lalu duduk di sebuah bangku dekat dengan Kalistha duduk.

"Kau terlalu menikmati alunan musik yang kau buat sendiri." ujar Barsh pada Kalistha.

Surainya yang terurai itu menambah kesan anggun dalam wajah Kalistha. Mendengar ungkapan yang Barsh katakan Kalistha pun tersenyum.

Mereka baru saja bertemu. Tapi kedua hati mereka saling bahagia ketika saling menatap satu sama lain. Kalistha lalu berkata pada Barsh,

"Aku sangat menyukai musik sejak kecil." ucap Kalistha memberitahu Barsh pergilah hobinya.

Ah, Barsh tentu saja terpanah mendengar tiap kalimat yang Kalistha katakan. Anggun sekali caranya berbicara. Bibir itu begitu menawan. Niat bangsatnya sempat ingin mengecap saja bibir itu sekarang.

Beruntung dia masih waras. Barsh menepis niat setan yang hendak membuatnya menjadi seorang pemuda bajingan. Dengan ramah, Barsh mulai berucap.

"Oh iya, perkenalkan aku Barsh!" ucap Barsh sambil mengulurkan tangan kanannya.

Sejenak Kalistha menatap uluran tangan itu. Kalistha diam sejenak, dia mengenali pemuda ini sepertinya. Namanya benar tidak asing, sungguh. Ah, iya, dia ingat siapa pemuda ini.

"Anak jurusan hukum? Teman dari Jae?" tanya Kalistha pada Barsh ketika memorinya kembali mengingat dari mana nama Barsh tidak familiar untuknya.

Jawaban itu sontak membuat Barsh terkejut. Tapi, dia tersenyum kemudian.

"Benar, bagaimana kau tau? Oh ya, kau belum memberitahuku siapa namamu?" tanya Barsh pada Kalistha.

Bagaimana pun juga saat ini dia harus mengenal nama dari gadis cantik ini. Barsh begitu yakin dalam hatinya. Bahwa dia pasti bisa mendapatkan seorang Kalistha.

Namun, Kalistha adalah pribadi yang pemalu. Dia tidak ingin langsung sembarang akrab dengan orang asing. Kalistha mencoba mencari topik pembicaraan lain.

"Kenapa kau di sini? Bukankah sebentar lagi kelasmu akan dimulai?" tanya Kalistha pada Barsh yang masih tetap tersenyum dengan uluran tangannya.

"Beritahu aku siapa namamu, barulah aku akan melangkah pergi!" jawab Barsh pada Kalistha, dan dia masih tersenyum manis pada Kalistha saat ini.

Kalistha menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, mencoba menghindari pertanyaan dari Barsh tidaklah mudah. Dan pada akhirnya, Kalistha pun luluh dan memperkenalkan dirinya.

"Aku Kalistha, saudara dari Jae!" jawab Kalistha pada Barsh.

Perkenalan itu membuat Barsh sedikit terkejut. Kalistha baru saja mengatakan bahwa dia saudaranya Jae. Sedangkan Jae adalah teman sekelasnya. Ketika Barsh ingin mengatakan sesuatu.

Suara pintu terbuka mengacaukan perkenalan mereka, baru saja pandangan mereka bertemu dan sama-sama terhanyut.

Seorang gadis Belanda bernama Arteta yang juga sahabat baik dari Kalistha masuk ke dalam aula itu. Matanya sedikit melirik kecil ke arah Barsh.

"Hallo Kalistha, kenapa kau berada di sini? Bersama pemuda aneh ini?" tanya Arteta pada Kalistha yang masih duduk di sana bersama Barsh.

"Hei, kenapa kau disini?" tanya Arteta lagi kali ini pada Barsh yang masih duduk di sampingnya Kalistha.

"Tidak, aku hanya sedang melihat Kalistha bermain piano tadi! Karena musiknya begitu indah. Aku jadi terbawa kemari!" jawab Barsh padanya.

Sambil melipat kedua tangannya di dada. Arteta menatap datar ke arah Barsh.

"Cepatlah masuk kelas! Kelasmu sudah dimulai!" ujar Arteta.

Tatapan menyebalkan itu tentu saja membuat Barsh kesal. Gadis Netherland ini, benar-benar membuat moodnya hancur seketika.

"Ya tuhan, dari mana kau mengenal gadis Belanda yang begitu menyebalkan ini?" tanya Barsh pada Kalistha di sampingnya.

"Dia sahabat baikku datang dari Belanda untuk menuntut ilmu di sini. Kami juga satu jurusan!" jawab Kalistha berusaha membela Arteta selaku sahabatnya.

"Cepatlah pergi!!!" usir Arteta sambil berjalan mendekati Kalistha dan berdiri tepat di belakangnya kali ini.

Barsh pasrah dan menuruti perintah dari Arteta, sejujurnya matanya masih ingin melihat Kalistha di sini.

"Hei, akan kuhubungi kau nanti!" ujar Barsh, ia pun berlalu dari hadapan Kalistha dan Arteta.

Baru beberapa langkah pergi dari sana. Barsh kemudian berhenti dan berbalik menatap Kalistha lagi.

"Aku suka melihatmu jika kau sedang bermain piano. Kau sangat mahir memainkannya!" ucap Barsh pada Kalistha.

Pujian dari Barsh membuat Kalistha menarik sudut bibirnya dan mengukir senyum. Tak lama ia pun mulai melangkah pergi.

"Kalistha, kau tidak ada hubungan dengan pemuda aneh itukan?" tanya Arteta pada Kalistha yang masih tersenyum menatap kepergian Barsh.

Mendengar itu, Kalistha menoleh lalu dia tersenyum dan menggeleng.

"Kapan aku pernah berbohong padamu? Sudahlah ayo kita masuk kelas!" ujar Kalistha, Arteta mengangguk mendengar itu, mereka pun mulai pergi keluar dari dalam aula.

Hari menjelang malam saat ini. Arteta sedang berada dirumahnya, tangannya membawa beberapa buku tebal.

Langkahnya mulai mendekati ranjang. Setelah dekat, dia pun menjatuhkan tubuhnya di sana. Dan berbaring diatasnya, ditaruhnya buku miliknya di samping meja kecil yang terletak di samping ranjangnya.

Arteta lalu meraih ponsel miliknya yang juga berada dibatas meja itu. Setelah itu, jari jemarinya mulai menari-nari di atas layar ponsel.

Dahinya mengernyit ketika nama seseorang tertera tepat dilayar ponselnya.

"Barsh? Jarang sekali dia mengirim pesan padaku!" ujar Arteta, dia pun mulai membalas pesan dari Barsh.

Barsh : Beritahu aku banyak hal tentang temanmu.

Areta : hah?

Barsh : Jangan membuang waktuku!

Arteta : Kau menggigau atau apa? Di sini yang membuang waktu adalah kau!

Barsh : Kumohon beritahu aku tentangnya!

Arteta : Baru saja kalian berdua bertemu beberapa jam yang lalu! Kenapa kau langsung tertarik padanya.

Barsh : Perasaan bisa datang kapan saja!

Arteta : Jadi apa yang bisa aku lakukan untukmu?

Barsh : Beri aku ID Line nya!

Arteta : Akan kuberikan, tapi ingat jika kau apa-apakan dia, awas saja kau!

Barsh : Gadis Belanda menyebalkan cepatlah!

Arteta : Kalistha_14 , ingat jangan macam-macam dengannya atau kau akan menyesal!

Barsh : Oke!

Sementara di tempat lain. Terlihat Kalistha yang duduk sambil sesekali menguap. Matanya mulai lelah karena buku tebal yang ia pelajari sejak tadi.

Suara dering ponsel miliknya membuat Kalistha menoleh sebentar ke arah meja kecil di sampingnya. Saat tangannya hampir meraihnya.

Seorang gadis kecil cantik memasuki kamarnya. Itu adalah Syena. Kalistha tersenyum melihat kehadiran gadis kecil itu.

"Apa bisa aku bertanya?" tanya Syena pada Kalistha.

Syena adalah adik kandung Kalistha. Dia dicampakkan kedua orang tuanya sebab cacat. Itulah yang membuat Kalistha keluar dari dalam zona nyaman keluarganya.

Dia ingin merawat Syena dengan segenap hati tanpa cacian ataupun makin dari kedua orang tuanya.

"Tentu saja apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Kalistha lembut padanya.

Sebuah buku biologi Syena tunjukkan padanya, Syena mulai membuka bukunya menunjukkan satu soal yang sama sekali tidak dia mengerti.

"Aku tidak faham bab ini, bisa kau ajari aku kak?" tanya Syena pada Kalistha.

Hal itu membuat Kalistha mengangguk.

"Baiklah... Naiklah akan kuajarkan!" ucap Kalistha sambil menepuk samping ranjang miliknya yang masih kosong.

Syena mendekati Kalistha dan duduk disampingnya, dengan sabar Kalistha mengajari adik kecilnya itu.

Di lain tempat Barsh kini sedang mondar-mandir di depan balkon kamarnya. Banyak pertanyaan di dalam kepalanya saat ini, mengapa Kalistha tidak membalas pesannya.

"Apa dia tidur? Di jam ini? Tidak mungkin!" Ujar Song Barsh, tangannya mulai kembali mengotak atik ponselnya. Sambungan telfon mulai terhubung.

"Arteta, apa ID Line ini benar? Atau kau hanya menipuku."

Ucap Barsh mengawali pembicaraan. Ketika panggilannya sudah terhubung pada Arteta di sana.

"Bicaralah pelan-pelan!"

"Apa ID Line yang kau berikan benar?"

"Benar!"

"Kenapa dia tidak menanggapiku?"

"Dia sibuk di jam seperti ini! Dia sibuk dengan buku tebalnya... Sudah, aku juga sibuk dentan tugasku! Jangan menggangguku."

Tutttt

Sambungan telfon pun terputus, mendengar itu Barsh mendengus kesal. Dia begitu frustasi saat ini, kesepian menghinggapinya dengan putus asa kakinya mulai menuju ruang tamu memutuskan untuk bermain game.

Jam menunjukkan pukul 22.30 kini Kalistha telah usai mengerjakan tugasnya. Kedua matanya sedikit perih memang. Kalistha sedikit penasaran dengan pesan yang tadi belum sempat ia buka.

Tangannya mulai mengotak atik ponselnya, dia terkejut melihat banyak sekali pesan dari seorang pemuda yang baru saja ia kenal pagi tadi.

Barsh : Hei, ini aku Barsh!

Barsh : Apa kau sibuk?

Barsh : Sedang apa kau? Apa kau sudah tidur?

"Ya ampun, banyak sekali!" ujar Kalistha.

Sebab tak enak pada Barsh. Kalistha pun memutuskan untuk membalasnya.

Kalistha : Hai, maaf tadi aku sedang mengajari adikku!

Bunyi ponsel membuat Barsh sontak mengalihkan pandangannya pada ponsel yang dia letakkan tepat di sampingnya.

Gamenya dia pause saat itu juga. Tangannya cekatan mengambil ponselnya. Barsh tersenyum senang melihat balasan dari Kalistha di sana.

Barsh : Iya tidak apa, sedang apa kau sekarang?

Kalistha : Ini waktu yang senggang aku hanya sedang membaca banyak pesan darimu... ada apa, kau perlu sesuatu?

Barsh : Tidak, aku hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu!

Kalistha : Katakan!

Barsh : Bisakah kau mengajariku piano?

Kalistha : Banyak rumor disekolah, banyak yang bilang kau kaya... kenapa kau tidak memanggil guru les musik?

Barsh : Apa kau tidak ingin mengajariku?

Kalistha : Tidak bukan begitu!

Barsh : Tak apalah jika kau tidak ingin, lagi pula aku pun juga tidak memaksa.

Kalistha : Baiklah aku akan mengajarimu.

Barsh : Setiap rabu sepulang kuliah kau harus mengajariku!

Kalistha: Baiklah!

Barsh : Terima Kasih, tidurlah! selamat malam!

Kalistha : Selamat Malam!

Pertemuan kecil yang cukup singkat antara Barsh dan Kalistha. Tetapi kesannya abadi dalam memori mereka. Berawal dari hal yang kecil, terciptalah ulasan kisah yang menarik..

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Kalistha kamu memang wanita yang berbakat bisa main piano

2023-04-30

0

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Kalistha kamu membuat Barsh jatuh cinta pandang pertama

2023-04-29

0

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Kalistha wanita yang pintar main piano

2023-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!