...Kalistha adalah bidadari yang kutemukan diantara rangkaian nada. Kali pertama aku menatapnya, aku merasa dia adalah bagian dari denyut nadinya Barsh!...
_______
Rangkaian nada mulai mengalun, meskipun ini yang pertama kalinya Barsh lakukan tapi tak ada satupun keluhan ataupun semangat redup darinya.
Melalui arahan dari Kalistha. Barsh bermain dengan cukup baik jarinya di atas piano. Barsh mencoba menikmati permainannya yang mungkin tak begitu sempurna seperti seorang Kalistha.
Kalistha datang ketika Barsh memintanya. Dia datang menepati janjinya untuk memberi bimbingan privat piano pada Barsh.
Sebuah janji yang diberikan olehnya takkan pernah dilanggar. Semburat merah mendadak muncul di wajah Barsh. Entah mengapa dirinya begitu gugup kali ini.
Hari ini Kalistha terlihat sangat cantik. Surai panjangnya itu dikuncir. Helaian rambut memandangnya dibiarkan menjuntai di sisi-sisi wajahnya.
"Hufft..." lirih Barsh yang mulai lelah perihal permainannya.
Helaan nafas itu tentu membuat Kalistha tersenyum. Satu lagi baru saja selesai dimainkan oleh Barsh.
"Aku tidak menyangka, mempelajari hal kecil ini saja begitu menyusahkan?" keluh Barsh pada Kalistha.
Kalistha melipat kedua tangannya di dada. Manusia satu ini sepertinya tidak ada bakat di bidang musik.
Tapi sepertinya itu benar, sebab isu mengatakan bahwa Barsh adalah anak dari salah satu pengusaha ternama.
Dan hanya Barsh sajalah pewaris perusahaan itu kelak. Mungkin bisnis dan politik itu yang berkembang dalam kepalanya, bukan musik.
"Menyusahkan? Apa kau sudah menyerah? Padahal kau hampir mendekati kata sempurna... Hmm, apa aku sudah bisa berhenti menjadi guru privatmu?" tanya Kalistha pada Barsh.
Ucapan terakhir itu langsung saja membuat Barsh menoleh ke belakang. Tidak, dia tidak akan melepaskan Kalistha. Hanya ini saja caranya dekat dengan seorang Kalistha.
"Ancaman yang sama selalu terlontar yaa! Aku benci mendengarnya!" ucap Barsh kesal lalu memalingkan wajahnya dari Kalistha. Lihatlah, dia seperti bayi besar yang sedang merajuk.
"Jika kau tidak menyerah, maka hasil yang dicapai akan maksimal!" ucap Kalistha memberi penuturan lembut untuk Barsh yang masih merajuk.
Itu bijak, membuat Barsh menyuguhkan senyuman kecil untuk Kalistha saat ini. Barsh berdiri menghadap tepat ke arah Kalistha.
Tangan kanannya terulur mengacak-acak lembut surai indah milik Kalistha yang sudah rapi dikuncir. Wajahnya dekat sekali dengan Kalistha saat ini.
"Nona Belanda itu mempengaruhimu yaa? Apa sifatnya yang cerewet itu ada pada dirimu?" tanya Barsh pada Kalistha.
Dia sedang membicarakan Arteta saat ini. Kalistha tidak mau sahabat baiknya itu dicap buruk sungguh. Arteta itu baik, menurutnya.
"Arteta tidak seperti itu!" jawab Kalistha menyangkal. Barsh kembali menarik tangannya sambil masih tersenyum.
Ketika Barsh hendak berbalik berpaling dari Kalistha. Dia mengingat sesuatu. Satu hal perihal keluarga Kalistha.
"Hei, bisa aku bertanya padamu?" tanya Barsh pada Kalistha yang masih menatapnya.
"Tentu saja!" ucap Kalistha mengangguk.
"Kau disini tinggal bersama saudaramu, bukan? Lalu kenapa kau tinggal serumah dengannya, tidakkah orang tuamu masih hidup? Lalu di manakah mereka, Kalistha?" tanya Barsh padanya sambil menatap penuh pada Kalistha.
Deggg
"Kenapa kau menanyakan hal itu tiba-tiba?" tanya Kalistha pada Barsh yang masih menatapnya. Hatinya sesak jika mengingat masa lalu perihal kedua orang tuanya.
"Apa kau tidak ingin bercerita? It's okey, tak apa? Aku pun tidak memaksamu!" jawab Barsh menyerah ketika Kalistha mulai menunjukkan raut muka kusut sedihnya.
Kalistha menundukkan kepalanya. Perihal dua tahun yang lalu memang adalah masa yang sangat sulit untuknya.
Mengingat hal itu membuat hatinya sesak. Barsh melihat hal itu menjadi sedikit bersalah. Dia takut, Kalistha akan membencinya setelah ini. Kenapa dia lancang sekali menanyakan hal yang begitu privasi pada Kalistha.
"Kau tak apa?" Tanya Barsh khawatir. Dia menunduk mencoba memperhatikan wajah Kalistha.
"Tidak, aku baik-baik saja!" jawab Kalistha menggeleng pelan.
Wajah cantik itu mendongak mencoba mengukir senyuman palsu, menguatkan hatinya yang rapuh. Ia tau, gadis di depannya ini menyembunyikan sesuatu.
Sepertinya itu berat untuk Kalistha ceritakan. Barsh yang paham pun langsung menarik tubuh Kalistha ke arahnya. Membawa gadis yang rapuh hatinya itu masuk ke dalam rengkuhannya.
Grepp
Satu tarikan kecil menjatuhkan tubuhnya tepat ke arah Barsh. Tangan kekar itu mengukungnya mendekapnya penuh kasih.
Tak ada sepatah kata pun terucap, namun air mata Kalistha turun begitu saja. Seseorang mengungkit masa lalunya yang begitu pedih, dan hatinya? Tak mampu menahan rasa sakitnya.
"Mencampuri urusan orang lain memang bukanlah hobiku, tapi bagaimana jika hatiku benar ingin mengenalmu? Jika pertanyaan kecil itu menyakitimu, tolong jangan ada satupun goresan dalam hatimu karena kau tersinggung olehku, Kalistha!" jelas Barsh pada Kalistha.
Kalistha yang rapuh terisak. Dia menggeleng pelan mencoba memberitahu Barsh bahwa segalanya ini tak apa untuknya.
Dia hanya perlu berusaha untuk terbiasa. Kalistha mulai menjauhkan tubuhnya dari dekapan Barsh. Sisa air mata masih membekas di sana, meski berulang kali ia mencoba menghapusnya. Tapi buliran air itu masih tetap jatuh bercucuran.
"Aku sama sekali tidak tersinggung akan pertanyaanmu!" jawab Kalistha pada Barsh.
"Lalu?" tanya Barsh sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Aku akan menceritakannya padamu!" jawab Kalistha. Saat ini dia hanya merasa bahwa Barsh mampu dipercaya dalam hal ini.
"Aku akan senang jika bisa membantumu!" ucap Barsh padanya. Hal itu membuat Kalistha senang rasanya.
"Aku dan Adikku Angela, dibuang begitu saja. Dua tahun yang lalu, Angela mengalami kecelakaan hebat. Menyebabkan salah satu kakinya cacat, dan adikku itu tuli. Karena mereka adalah seorang pengusaha yang sangat kaya, nama mereka begitu tenar. Hingga menerima kenyataan pahit yang dialami adikku pun sangat sulit bagi mereka, mereka ingin kesempurnaan! Tapi, bukankah manusia sama sekali tak sempurna?" jelas Kalistha.
Sakit, goresan luka yang tercipta dalam hatinya kembali pedih mengingat kejadian keji yang dilakukan kedua orang tuanya padanya.
Usapan lembut mulai Barsh berikan padanya. Barsh juga membantu menghapus setiap tetes air mata yang jatuh berlomba-lomba untuk turun.
"Itu kejam, aku turut prihatin soal itu! Maaf sudah mengungkit duka lama yang kau pendam? Sudah kau jangan menangis lagi, Kalistha. Atau kau akan menjadi keriput dan mati dengan status perawan tua!" Ujar Barsh mencoba mencairkan suasana sedih yang ada di sekeliling mereka.
"Gomballan macam apa yang kau lontarkan, tidak lucu tahu!" ucap Kalistha sambil menghapus tiap air mata yang turun dari kedua matanya.
Barsh tertawa mendengar itu. Sambil mengacak-acak lagi Surai Kalistha. Dia berkata,
"Aku faham, tentang penderitaanmu! Jadilah kuat untuk adikmu, jadilah gadis yang berguna suatu saat nanti. Raih kesuksesanmu dan rawat adikmu dengan baik. Mungkin mereka akan kembali ketika kau berhasil. Aku akan membantumu untuk tetap maju menemui masa depan cerahmu! Karena aku akan selalu senang menjadi bagian dari ceritamu, Kalistha!" ucap Barsh padanya.
Di sana Kalistha melihat ada kegigihan dalam kedua bola mata Barsh. Padahal mereka baru saja saling mengenal. Tapi kenapa Kalistha merasa bahwa tiap ucapan Barsh ini tulus buatnya.
"Terima kasih." ucap Kalistha melempar satu senyuman manis pada Barsh yang menatapnya.
__________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Kalistha mengajari Barsh main piano
2023-04-30
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Barsh kamu juga sudah bisa main piano
2023-04-29
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Barsh modus ke Kalistha pakai minta ajarin les piano
2023-04-28
0