Keesokan harinya, Bu Mina membangunkan Aline karena terlihat mengigau ketakutan.
"Aline..nak." Ibu Mina terus menyebut namanya hingga ia tersadar.
Sontak Aline membuka matanya dan terlihat raut wajah yang shock.
"Kamu tidak apa-apa Aline?"
Aline langsung memeluk Bu Mina
"Aku rindu ibu." ucap Aline
Bu Mina mencoba menenangkan Aline saat itu.
Ini adalah jadwal akhir Aline mengikuti ujian, ia pun segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Seperti biasa ia berjalan kaki menuju sekolah.
Aline merupakan anak yang pintar di sekolahnya, semua murid kagum terhadapnya tak terkecuali guru-guru disana.
Di saat itu ada salah seorang guru datang menghampiri Aline.
"Aline." teriak guru itu
"Iya bu, ada apa?" tanya Aline
Ibu guru itu memberikan selebaran kertas yang berisikan informasi beasiswa.
"Ini ibu ada informasi mengenai beasiswa, siapa tahu kamu membutuhkannya."
"Wah..iya bu, terima kasih banyak." ucap Aline yang sangat kegirangan.
Tampak dari sudut ruangan, terlihat Edo yang merupakan teman sekelas Aline dan juga bisa dikatakan saingan Aline dalam prestasi terlihat memperhatikan Aline dan Ibu guru.
Setelah ibu guru itu pergi, tiba-tiba selebaran kertas itu langsung diambil oleh Edo secepat kilat.
"Aku mau lihat." ucap Edo dengan ketus
Untung saja ibu guru memberikan 2 lembar kertas kepada Aline dan satu telah direbut Edo, Aline pun tak mempermasalahkan hal itu.
Aline bergegas meninggalkan Edo disana karena ia tak ingin beradu mulut dengan dia.
SELESAI SEKOLAH.
Bel berbunyi yang menandakan waktu sekolah telah selesai.
Aline saat itu berencana ingin ke puskesmas tempat dimana ibunya terakhir menghembuskan nafas, ia ingin menanyakan perihal keganjalan yang ia rasakan.
Namun disaat itu benar saja, tak ada satu luka bakar pun di badan ibunya, ujar dokter yang menangani ibunya di kala itu.
"Berarti dugaanku benar, ibu bukan meninggal gara-gara rumah terbakar." ucap Aline dalam hatinya.
Aline pun berjalan sambil melamun memikirkan ini semua, tanpa ia sadari ada batu besar yang sampai membuat dia terjatuh dan terhempas ke tanah.
"Aduh..." teriak Aline
Mata Aline pun terpejam, tangannya mencengkram rerumputan, disana ia melihat sepenggal ibunya yang lari dan meminta tolong.
Sekejap Aline tersadar karena ada bapak-bapak yang lewat dan memanggil dia.
"Nak nak, apakah kamu tidak apa-apa?"
Aline pun bangun dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Ia pun mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di rumah.
Ibu dari kejauhan melihat Aline yang berjalan dengan terburu-buru.
"Ada apa denganmu Nak?" tanya Bu Mina
"Tidak apa-apa bu, aku hanya sedikit lelah saja." ucap Aline
Bu Mina merasa curiga dengan gelagat Aline yang seperti orang ketakutan.
Satu per satu petunjuk terlihat di penglihatan Aline, sudah 3 bulan ia tinggal bersama Ibu Mina tak terasa ia pun akan lulus di bangku SMA.
ACARA WISUDA.
Acara wisuda berlangsung, Aline yang dinobatkan sebagai siswa yang beprestasi telah berhasil mendapatkan beasiswa di kampus terkemuka di ibukota. Semua orang bertepuk tangan atas pencapaian dirinya kecuali Edo yang merasa dirinya kalah dengan Aline.
Aline pun dipersilahkan untuk maju ke atas panggung untuk mengucapkan sepatah kata ucapan.
Aline mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membuat dirinya seperti ini kepada orang tuanya terutama ibunya, kemudian teman-temannya dan Ibu Mina.
"Ih apaan ini anak, sok pamer." ucap Edo dalam hatinya dengan wajah yang sinis
"Teman sekelas kamu pintar banget ya do." ucap Mami Edo yang ada di sebelahnya
"Biasa aja." ucap Edo dengan ketusnya.
"Bisa-bisanya ia mendapatkan beasiswa di kampus yang aku impikan." kata Edo di dalam hatinya.
Disaat Aline berpidato di depan, Aline mendapatkan penglihatan. Di dalam penglihatanny itu tampak terlihat Ibu Mina memukul kepala ibunya dengan kayu hingga ibunya terjatuh.
"Tidak." teriak Aline
Semua para undangan kaget dengan perilaku Aline seperti itu. Semua bergumam menanyakan ada apa dengan anak ini.
Aline tak tahan malu, ia bergegas pergi dan mengucapkan mohon maaf kepada semua yang ada disana.
Aline menuju toilet, dadanya terasa sesak dan nafasnya tersenggal-senggal. Aline masih merasa tidak percaya dengan penglihatannya itu.
"Kenapa dengan anak ini." ucap Edo
Sejak masih kecil Aline memang dianugerahi memiliki kemampuan melihat kejadian yang telah usai atau pun yang akan datang. Namun sudah lama sekali ia tak merasakan itu. Setelah kematian ibunya kemampuan itu pun terasa jelas di dalam tubuh Aline. Ia akan cepat peka terhadap apapun yang ada di sekelilingnya.
"Apa yang harus aku lakukan tuhan." ucap Aline.
Aline sangat lama berada di dalam toilet, ia masih mencerna apa yang ia lihat. Ia sangat kaget dengan apa yang ada di penglihatannya tentang Bu Mina. Ibu yang selama ini sudah ia anggap sebagai ibu sendiri dan dengan sukarelawan seorang anak gadis yang hidup sendirian untuk tinggal di rumahnya saat itu.
Bu Mina melihat sekeliling, namun tak melihat batang hidung Aline. Bu Mina akhirnya mencari keberadaan Aline karena acaranya pun sudah selesai. Di saat Aline keluar dari toilet, Bu Mina menghampirinya.
"Nak, kamu dari mana saja?"
Aline merasa sudah tak ada lagi yang harus ditutupin dan dirinya sudah tak tahan lagi dengan semua ini, akhirnya kalimat itu pun terlontar dari mulutnya.
"Teganya kamu membunuh ibuku." ucap Aline
Bu Mina sontak kaget dengan perkataan Aline kepada dirinya.
"Apa yang kamu katakan nak?"
"Anda masih mau mengelak, anda yang telah membunuh ibuku."
"Mengapa kamu menuduh ibu seperti itu, kamu dapat omongan dari siapa Aline."
"Anda tidak perlu tahu, aku akan menyusut tuntas kematian ibuku yang janggal ini." ucap Aline
Aline berlari meninggalkan Bu Mina, ia bergegas mengemasi barang-barangnya yang ada di rumah Bu Mina.
"Sebelum dia datang, aku harus pergi dari tempat ini. Aku harus sudah meninggalkan desa ini."
Aline merasa sudah sepantasnya ia pergi dari sana, toh urusan sekolahnya juga sudah selesai. Ia pun akan memulai kehidupan barunya dan tetap akan mengadili orang-orang yang telah membunuh ibunya sampai ia mendapatkan bukti.
"Sembari aku mendapatkan bukti, aku akan memulai kehidupan baruku." ucap Aline
Di sisi lain, Bu Mina tiba di kediamannya. Ia memanggil nama Aline terus menerus tetapi tak ada sahutan sedikitpun. Ia memeriksa kamar Aline ternyata kosong. Ia mencoba membuka lemari Aline yang agak sedikit terbuka ternyata kosong juga.
"Nak, mengapa kamu tinggalkan ibu sendirian."
Bu Mina merasa bersalah karena menyembunyikan rahasia yang sangat besar, tapi bagaimana lagi Ibu Mina tak ada pilihan lain lagi.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments