BAB 5 : DI BALIK KUE TART

Aline hari itu disibukkan oleh pekerjaannya, tak cuma tugas kuliah yang harus ia kerjakan, bisnis kuenya harus tetap jalan agar ia bisa hidup.

Sebelum Aline berangkat ke kampus, ia meyiapkan segala bahan-bahan pembuatan kue agar saat ia tiba nanti ia bisa langsung untuk mengolahnya.

“Semua sudah siap, saatnya aku berangkat.” Ungkap Aline

DI KAMPUS

Kali ini giliran Aline melakukan presentasi, sehingga Aline harus mempersiapkan dengan benar. Ia harus bisa mengimbangi kehidupannya. Setelah beberapa jam mata kuliah tersebut, diakhir dosen memuji presentasi dari Aline yang sangat baik.

“Kamu keren.” ucap Abel

“Makasih, presentasi kamu juga keren tadi.” kata Aline

Setelah selesai semua, Aline bergegas membereskan semua peralatan tulisnya yang ada di mejanya.

“Kenapa kamu sangat buru-buru seperti itu?” tanya Abel

“Aku ada pesanan kue buat nanti malam, jadi aku sangat buru-buru sekarang.” ucap Aline dengan tergesa-gesa.

“Aku bantu ayo.” ungkap jelas Abel

“Yakin kamu mau bantu aku?”

“Tentu, lagi pula besok kan hari libur. Aku juga gabut di kost sendirian.” kata Abel

Abel pun ikut membantu Aline menyiapkan kue pesanannya.

Sesampainya di kediaman Aline, mereka bergegas mengerjakannya terutama Aline yang harus ekstra tenaga untuk ini.

Setelah beberapa jam mereka meyiapkan semuanya, akhirnya sore menjelang maghrib pekerjaan mereka telah selesai semuanya.

“Akhirnya.” ucap Abel yang merasa lega

“Terima kasih ya Bel sudah membantuku.” kata Aline

“Iya sama-sama, sesama teman seharusnya kita harus saling membantu bukan.” ungkap Abel

Aline pun sangat beruntung karena ada orang yang bisa ia ajak untuk susah maupun senang. Sebagai ungkapan terima kasih Aline kepada Abel, ia pun telah menyiapkan kue spesial untuk sahabatnya itu.”

“Aku sudah siapkan kue mu di meja khusus untukmu. Waktu itu kan aku pernah bilang mau memberimu testi dari kue buatanku. Nah sekarang itu ada di meja Tuan Putri.” ucap Aline dengan sedikit bercanda.

Waktu pun sudah petang, Aline dan Abel naik taksi menuju acaranya karena mereka harus membawa kue tart yang bertingkat. Abel masih setia untuk menemani sahabatnya itu.

Saat di dalam taksi mereka berdua pun saling mengobrol dan bercanda satu sama lain.

“Semoga kita tidak terlambat mengantar kue ini ya.” ucap Aline

“Tentu tidak akan telat Lin, acaranya kan masih nanti jam 8 malam.” kata Abel seraya menenangkan Aline

Tak beberapa lama mereka sampai di tempat sekitar jam 6. Mereka pun dipersilahkan masuk ke dalam acara ulang tahun tersebut. Aline dan Abel disuruh untuk menyiapkan segala kebutuhan dari kue tersebut. Pembeli menginginkan terima beres dari pembelian kue tersebut.

Mereka berdua pun saling bekerja sama untuk mempersiapkan itu semua hingga menjadi kue yang terlihat sangat sempurna.

“Sudah selesai.” ucap Aline

Setelah selesai semua, Aline pun mengatakan kepada seseorang yang bekerja disana kalau kue nya sudah siap dan ia perlu untuk bertemu dengan orang yang memesan kue itu untuk melunasi sisa pembayaran.

“Mbak bisa masuk ke dalam rumah itu, nanti ada yang mengarahkan untuk pergi kemana.”

“Baik terima kasih pak.” kata Aline

Aline dan Abel berjalan menuju ke rumah yang layaknya istana itu.

“Kamu yakin Lin, rumah ini sangat mewah sekali.” ucap Abel

“Aku yakin tidak yakin sih, mau bagaimana lagi. Aku harus mengambil hak ku.” kata Aline

Aline dan Abel sampai di dalam rumah tersebut, tetapi tiba-tiba ada yang memberhentikan langkahnya.

“Mbak mbak ini mau kemana?” pungkas orang itu

Aline pun menjelaskan kedatangannya kesana, tiba-tiba ada yang berteriak dari kejauhan.

“Biarkan mereka masuk pak.” teriaknya

Tanpa disangka, itu adalah orang mereka kenal.

“Mas Rian.” ujar Abel dengan raut wajah kaget

Aline pun menengok ke arah Rian dan ia pun tidak menyangka kalau ia dipertemukan dengan Rian lagi.

“Kalian ada apa kesini?”

Aline pun mengungkapkan alasannya mengapa ia datang kesana. Rian pun menyuruhnya untuk duduk terlebih dahulu.

“Ini ya mas pembayaran yang harus dilunasi.” Aline menyerahkan kertas tagihannya.

Rian pun mengeluarkan uangnya dan memberikannya kepada Aline. Namun di saat Aline menerima uang itu, penglihatan Aline mulai menampakkan sesuatu. Disana terlihat orang yang memberikan uang kepada orang lain, tetapi Aline tidak tahu siapa dia.

Abel yang tahu jika Aline sedang mendapatkan penglihatan, ia pun menyadarkan Aline dengan segera.

“Aline...aline.” ucap Abel sambil menyenggol badan Aline terus menerus.

Akhirnya Aline tersadar, ia pun mengambil uang tersebut. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya berkeringat. Tubuh Aline lemas ia pun bersender di pelukan Abel.

“Aline are you okay?” tanya Abel

“Ada apa dengan Aline?” tanya Rian dengan nada panik

“Sebentar sebentar aku numpang pundakmu dulu, nafasku masih tersenggal. Aku perlu diam dulu sebentar beberapa menit.” jawab Ila di bisikan Abel dengan suara pelan

Abel menjelaskan kepada Rian kalau Aline perlu diam beberapa menit.

“Mas, kami disini sebentar dulu ya mas. Setelah Aline merasa baikan kami segera pulang kok.” Ucap Abel.

“Iya tenang saja, apa Aline kita bawa ke tempat tidur di dalam saja?” tanya Rian

Aline yang saat itu masih sadar lalu ia menggelengkan kepalanya menandakan kalau ia tidak mau untuk rebahan di tempat tidur dan ia ingin tetap disana saja.

Setelah lebih mendingan, Aline dan Abel pun pamit pergi dari sana. Mereka pun mengucapkan terima kasih kepada Mas Rian.

Selama perjalanan Aline pun termenung saja sampai Abel merasa heran kepada dirinya.

“Ada apa? Apa ada yang kamu pikirkan?”

“Nanti saja aku cerita kepadamu, kamu jadi menginap di kost ku?”

“Tentu saja, sesuai ucapanku tadi.”

Sesampainya di kost, mereka berdua bersih-bersih dan segera beristirahat di tempat tidur. Saat di tempat tidur Abel mencoba menanyakan perihal tadi kepada Aline

“Jadi ada apa tadi?” tanya Abel

Aline pun menceritakan semua apa yang ia lihat saat tadi rumah Rian, semakin ia mendalami kejadian itu tubuhnya terasa lemas hingga ia selemas tadi.

“Aku masih heran sampai saat ini, mengapa setiap aku ada menyentuh atau dekat Mas Rian aku selalu menemukan penglihatan yang mungkin aku tidak mengerti apa maksutnya itu kecuali saat pertama kali aku ketemu, itu aku tak melihat apapun.” ucap Ila panjang lebar

“Katanya kamu bisa melihat di masa lalu atau masa depan yang menyeramkan, apa mungkin Mas Rian punya masa lalu yang menyeramkan.”

“Aku sangat takut sekali ikut dalam lingkaran merah kejadian yang pernah atau akan terjadi di dalam hidup Mas Rian. Masalah ibuku saja belum aku tuntaskan mana ada harus menanggung masalah baru.”

“Apa kalau begitu kamu menjauh dulu dari Mas Rian.” ucap Abel

“Aku juga merasa heran, apa kita pernah bertemu secara sengaja, kan tidak sih. Selama ini pertemuan kita cuma hanya kebetulan saja tanpa kita rencanakan sedikit pun. Mungkin ide kamu ada baiknya ya kalau aku ketemu Mas Rian di jalan atau manapun aku mencoba untuk menghindar saja.”

BERSAMBUNG.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!