pagi itu Annisa sedang berada diruang perpustakaan untuk mencari buku referensi manajemen.
setelah menunjukkan kartu tanda anggota kepada pustakawan Nisa langsung menuju ke lemari katalog untuk mencari kode buku yang akan dipinjamnya.
tidak butuh waktu lama untuk mencarinya karena Annisa sebenarnya sudah tau persis dimana kira kira letak buku yang dicarinya. kemudian Annisa berjalan perlahan menuju salah satu rak tempat dimana buku tersebut terpajang dan akhirnya..
"nahh... ini diaa.." gumamnya dengan penuh semangat.
namun sayangnya, buku tersebut terpajang di rak buku yang paling tinggi dan Annisa kesulitan untuk meraihnya.
Annisa berusaha melompat untuk meraih buku tersebut sekuat tenaga, tanpa dia sadari sepasang mata tengah mengawasinya dari sisi rak buku yang lain sambil menyunggingkan senyum dan berjalan menuju ke arahnya.
"butuh bantuan Annisa..?"
sosok itu kini berada tepat dibelakangnya, hingga membuat Annisa nyaris terjungkal karena terkejut.
"eh..emm.. iya.. boleh minta tolong ambilkan buku itu..?" tanya Annisa dengan wajah memelas sambil menunjuk sebuah buku tebal yang terletak tepat diatas kepala Reyhan.
dengan tinggi badannya tidaklah sulit bagi Reyhan untuk meraih buku tersebut, bahkan meski tanpa harus melompat. karena memang postur tubuhnya yang tinggi dan atletis. bahkan jika dibandingkan dengan Annisa, gadis itu hanya setinggi pundaknya.
Reyhan menyandarkan tubuhnya pada sisi rak buku, tangannya bersedekap di dada.
"boleh... tapi ada syaratnya.."
jawab Reyhan sambil menyunggingkan senyum mautnya yang jika dilihat akan membuat banyak wanita klepek klepek.
"apa syaratnya..?" tanya Annisa dengan wajah bingung.
"besok malam kamu temani aku ke party nya Clara..deal..?"
lagi-lagi pria itu mengeluarkan jurus andalan senyuman mautnya.
"maaf, aku gak suka party.." tolak Annisa
"dan kalo emang kamu gak mau nolongin aku, mending aku minta bantuan kak Erick aja.." kemudian Annisa berbalik hendak menemui Erick yang merupakan salah satu petugas di perpustakaan tersebut.
namun belum sempat kakinya melangkah, tiba-tiba Reyhan merentangkan tangannya menghalangi Annisa.
sambil mendengus kesal Annisa kemudian menginjak kaki Reyhan dwngan sangat keras hingga membuat Reyhan berteriak kesakitan dan mengundang kegaduhan diruangan yang hening itu.
"aaaarrrggghhhh....!!!!"
Annisa yang merasa canggung langsung pergi meninggalkan perpustakaan diikuti lirikan mata dan cibiran orang-orang disekitarnya.
Reyhan terdiam ditempatnya dan kembali menyunggingkan senyum penuh makna.
"semakin kau menghindar, semakin membuatku ingin mendekat.." Reyhan bergumam kemudian meninggalkan ruangan itu.
-----------------------------------------------
"aneh banget tuh cowo.. aku gak pernah merasa punya masalah deh kayaknya.. tapi kenapa tingkahnya sengak begitu siih..sok tebar pesona segala lagi...ngeselin banget..." Annisa ngedumel sepanjang jalan menuju ruang kelas sementara Lisa sahabatnya hanya cekikikan mendengarnya ngomel.
-----------------------------------------------
menjelang sholat dzuhur, Annisa sudah bersiap menuju mushola untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. sekaligus mereka akan mengadakan rapat untuk membahas kegiatan bakti sosial di salah satu panti asuhan..
namun belum sampai menuju mushola, dari jauh Annisa melihat Dwi sedang berbincang dengan seseorang yang ternyata adalah...
"Reyhan... mau apalagi sih dia.." batin Annisa.
"assalamualaikum ukhti..."
Reyhan menyapa saat gadis itu sudah berada tepat dihadapan mereka.
"waalaikumsalam."
jawab Annisa datar kemudian bergegas meninggalkan Dwi dan Reyhan yang masih berbincang.
"oke deh Rey, ntar aku kabarin kau gimana selanjutnya..biar aku bahas dulu sama temen-temen yang lain.."
ucap Dwi pada Reyhan
"yaudah,, kalo gitu gua balik duluan Dwi,, salam sama Annisa.."
Dwi hanya tersenyum dan memberikan tanda jempol.
"assalamualaikum Dwi.."
"waalaikumsalam"
-----------------------------------------------
setelah sholat dzuhur, Annisa menemui Dwi.
"Dwi, si pembuat onar itu ada perlu apa ke mushola..?"
"heii... jangan ngejudge orang begitu dong Nis.. lagian dia gak ada niatan buruk kokk.. malah dia mau bantuin kita untuk kegiatan baksos minggu depan.."
*astaghfirullah.... sebenarnya apa yang terjadi denganku..? aku malah berpikir buruk terhadap oranglain tanpa mengetahui kebenarannya..
Annisa membatin dalam hati
-----------------------------------------------
sore itu usai sholat ashar, Annisa sudah bersiap-siap dan sedang menunggu Grace menjemputnya.
sambil menunggu Annisa merapikan kamarnya yang agak berantakan setelah tadi dia bongkar untuk mencari cincinnya yang hilang.
tak berapa lama kemudian terdengar seseorang mengetuk pintu sambil mengucap salam, namun yang pasti orang itu bukanlah Grace yang sedang dinanti oleh Annisa.
"assalamualaikum...."
kemudian Annisa keluar dari kamar menuju ruang depan untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
ceklek
Annisa membuka pintu sambil menjawab salam yang tidak terucap sempurna karena keterkejutannya.
"waalaikumsa..."
Annisa membulatkan mata, dilihatnya Reyhan sudah berdiri didepan pintu.
spontan Annisa langsung menundukkan kepala, dan pipinya terasa panas.
"Assalamualaikum... gak dijawab dosa looh.."
Reyhan kembali menyunggingkan senyum mautnya.
"wa-waalaikumsalam.. maaf,, ada perlu apa ya..?"
Annisa masih menunduk sambil memainkan jari-jarinya karena salah tingkah.
melihat tingkah menggemaskan Annisa terbersit niat usil Reyhan untuk menjahilinya.
"ibu kamu ada..? aku ingin mengatakan hal yang sangat penting.."
ucap Reyhan sambil memasang wajah sok serius.
Annisa yang tidak mwnyadari bahwa dirinya sedang dijahili oleh Reyhan mengangguk.
"tunggu sebentar, biqr aku panggil ibu dulu.."
kemudian Annisa masuk kedalam rumah dan memanggil ibunya.
Reyhan yang tadinya berniat menjahili Annisa mulai gelagapan, dia tidak menduga jika gadis itu menanggapi ucapannya dengan serius.
*mati dah gua..mau ngomong apaan coba...bego bener nih otak gua... Reyhan mengutuk dirinya dalam hati.
tak lama kemudian Annisa kembali disusul oleh ibunya.
"Ibu, ini Reyhan anaknya pak Restu.. katanya dia mau ngomong sesuatu sama ibu.."
Annisa memperkenalkan Reyhan pada ibunya, sedangkan orang yang dimaksud semakin salah tingkah dan tak tau harus berkata apa.
"Icha bikinin teh dulu ya bu.."
kemudian Icha kembali kebelakang, meninggalkan Reyhan dan Ibunya yang saat ini sedang duduk berhadapan diruang tamu.
"kira-kira dia mau ngomong soal apa yaa.. kokk perasaanku jadi gak tenang gini..."
gumam Annisa sambil membuatkan teh dan cemilan untuk Reyhan dan Ibunya.
sementara itu diruang tamu....
"tadi Icha bilang nak Reyhan mau ngomong sesuatu sama ibu.. kamu mau ngomong apa..?"
ibu Hanum membuka pembicaraan.
Reyhan tertunduk dan tak tau harus beralasan apa, karena sejak awal niatnya cuma ingin menjahili Annisa.
dan tiba-tiba saja dia mengatakan sesuatu yang spontan yang bahkan sebenarnya sama sekali tak terlintas dipikirannya.
"tujuan saya kemari, saya ingin meminta restu dari Ibu. saya ingin melamar anak ibu, Annisa..."
kalimat itu terucap begitu saja dari bibirnya bahkan tanpa ragu sedikitpun, seolah dia telah mempersiapkan semuanya dengan matang.
Annisa yang tadi sudah berdiri sambil membawa nampan berisi teh dan camilan terkejut mendengarnya hingga tanpa sengaja menjatuhkan nampan tersebut.
PRANNGGGGG!!!
nampan berisi dua gelas teh dan satu toples cemilan jatuh berserak dilantai dan menyebabkan suasana menjadi gaduh.
bahkan ibu sampai melotot pada Reyhan seolah tak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan.
Reyhan yang baru saja menyadari kebodohannya langsung menelan ludah dan merasa gugup.
jika saja dia memiliki ilmu gaib maka dia berharap untuk bisa menghilang sekarang juga dari hadapan dua orang wanita yang kini menatapnya dengan ekspresi yang sulit di artikan
*mampus guaaa....ini mulut juga kok kelancaran banget pake bilang mah ngelamar segala..kalo sampe papa sama mama tau bisa-bisa gua dibuang ke ##azkaban. siapapun tolong... gua terjebakkkk
Reyhan semakin mengutuk dirinya sendiri
Ibu yang mulai bisa menguasai diri kemudian menghampiri Annisa yang masih mematung ditempatnya, bahkan gadis itu tak merasakan perih dikakinya akibat siraman air panas dan serpihan kaca yang tadi terjatuh dari nampannya.
"ya Allah Icha.. kamu gak apa-apa nak..?"
dengan sigap ibu membersihkan lantai disekitar Annisa yang penuh dengan serpihan kaca dan genangan air juga remahan biskuit.
"ibu, Nisa.. saya minta maaf.. saya tidak bermaksud membuat kegaduhan dirumah ini.."
Reyhan yang sedari tadi gugup mulai tenang kembali.
"maaf nak Reyhan, Ibu tidak bermaksud mengusir. tapi sebaiknya untuk saat ini nak Reyhan kembali kerumah.
jika memang nak Reyhan mempunyai niat yang baik terhadap Icha anak ibu, nak Reyhan bicadakan dulu dengan keluarga nak Reyhan. setelah itu baru nak Reyhan kembali kesini."
ibu mendudukkan Annisa yang masih syok di sofa, kemudian Reyhan berpamitan pada Ibu dan Annisa.
-----------------------------------------------
"aaaaarrrrrgghhhh.... sial....!!! kenapa gua ngomong gitu tadi... sumpah ini diluar rencana.. jangankan untuk ngelamar, bahkan gua gak pernah terpikir untuk mendekatinya lebih jauh.. mampus dah gua kalo sampe papa sama mama tau soal ini.. gua harus jelasin kesalah pahaman ini ke Annisa dan Ibunya segera.."
Reyhan masih terus mengutuk dirinya sendiri selama perjalanan pulang.
-----------------------------------------------
"loh kak,, mbak Nisanya mana..?"
Reyna bertanya pada Reyhan saat dia baru saja tiba dirumah tanpa membawa Annisa.
"mbak Nisa lagi gak enak badan dek, jadi biar mbak Nisa istirahat dulu beberapa hari yaa.."
jawab Reyhan sambil berlalu meninggalkan Reyna
"hmmm... padahal mbak Nisa kan udah janji mau ngajak aku keluar... ihh gak asyikk...."
Reyna menggumam sendiri dan terdengar oleh Reyhan.
"yaudah, kamu ajak Grace aja, nge mall kek atau nonton gitu.."
Reyna memonyongkan bibir pertanda kesal.
-----------------------------------------------
sementara itu dirumah Annisa...
"sejak kapan kamu kenal Reyhan nak..?" ibu bertanya pada Annisa yang masih terlihat syok dengan peristiwa tadi.
"baru kemarin bu.. dan itupun secara gak sengaja.. Icha juga gak tau kenapa dia tiba-tiba senekat itu mengatakan ingin melamar Icha, karena Icha sama sekali gak dekat sama Reyhan..
Icha cuma papasan sama Reyhan beberapa kali, dan itupun cuma ngobrol sekilas.."
ibu diam merenung, sambil menekan pelipisnya.
"Icha... ibu gak ngelarang kamu untuk berteman dengan siapapun, selagi dia adalah anak yang baik dan tidak membawa pengaruh buruk untuk kamu.. tapi jika boleh,, carilah lelaki yang sepadan dengan kita nak...
Ibu yakin Reyhan anak yang baik.. tapi, kamu dan dia memiliki latar belakang yang sangat jauh berbeda.. Ibu takut keluarganya tidak menerima kehadiran kamu dikeluarga mereka.."
"astaghfirullah Ibu... kok mikirnya sampe sejauh itu..
Icha sama Reyhan gak ada hubungan apa-apa bu.. mungkin tadi Rey cuma asal ngomong.. Ibu jangan terlalu pikirin itu ya.. yang terpenting buat Icha, ibu tetap jaga kesehatan ibu.. Icha sekarang cuma punya Ibu.." Annisa mulai terisak sambil memeluk ibunya dari samping.
----------------------------------------------
assalamualaikum temen temennn....🤗🤗🤗🤗
mohon dukungannya untuk novel ini yaa..
yang punya ide cerita juga boleh bantu sumbangin lewat kolom komentar..
betewe,,,
jangan lupa follow Ig Author @tara_ramadhanie dan fb @Tri Afni Ramadhany II (Tara Ramadhani)
gomawo.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Kris Wanti
wah....kena prank 🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦
2020-11-01
0
Teti Nurhasanah
kereeeen
2020-08-01
0
Intarti
rasain Rey.. senjata makan tuan😄
2020-07-03
0