Bab 5 Dijenguk Alex

Alex baru saja ditelepon oleh Mario dan diberitahu bahwa Aurel drop, mendengar kabar itu dengan segera Alex menuju ke rumah Aurel. Di perjalanan, Alex membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia khawatir jika Aurel kenapa-kenapa, mengingat semalam gadis itu mengadu takut pada dirinya.

Alex bahkan rela tidak masuk kuliah, untuk menjaga Aurel yang sedang sakit. Sesudah sampai dirumah Aurel, Alex langsung masuk. Ia melihat Mario yang sedang duduk di kursi makan sembari mengambil makanan yang tersedia di meja.

"Alex? Tidak kuliah?" tanya Mario terkejut dengan kedatangan Alex. Padahal ini masih pagi, tetapi Alex sudah berada di rumahnya.

Mendengar pertanyaan Mario, Alex tersenyum.

"Tidak, om. Aku ingin menjenguk Aurel," jawab Alex dengan sopan. Alex berjalan mendekat kearah Mario.

"Bagaimana kondisi Aurel sekarang, om?" tanya Alex dengan rasa khawatir.

"Aurel kelelahan, hingga penyakitnya kambuh. Kamu mau ke kamar Aurel, kan? Bisa minta tolong bawa sarapan Aurel tidak?" tanya Mario. Mungkin jika dengan Alex Aurel akan mau, mengingat Alex adalah teman dekatnya.

"Dari tadi Aurel tidak mau makan, anak itu sangat keras kepala. Makanya itu om buatkan Aurel bubur agar dia mau makan.” lanjut Mario menggerutu kesal. Sepertinya memang Aurel mengikuti jejak langkahnya dengan memiliki sifat keras kepala.

Alex menganggukkan kepalanya. Tentu saja dengan senang ia akan membantu Mario.

"Bisa, om. Alex juga mau lihat kondisi Aurel," jawab Alex dengan wajah cerianya. Itu berarti ia akan berdua dengan Aurel.

Mario menyerahkan makanan yang sudah ia ambilkan untuk putrinya itu kepada Alex. Dipiring itu berisi bubur yang sudah Mario buat khusus untuk putrinya, Aurel sangat menyukai makanan yang lembut bubur. Bubur rasa apa pun akan Aurel makan, karena itu adalah makanan favorit Aurel. Dengan gelas yang berisi susu.

“Alex pergi ke kamar Aurel dulu ya, om.” pamit Alex. Ia pergi ke kamar Aurel dengan membawa nampan.

Alex berjalan dengan senyuman indah yang terpatri di bibirnya. Dari semalam, Alex ingin sekali bertemu dengan Aurel, tetapi kondisi rumah Aurel tidak memungkinkan dirinya untuk pergi kesana. Sesampainya di depan pintu kamar Aurel, Alex mengetuk pintunya.

“Aurel tidak mau makan, Pa!” sahut Aurel dari dalam memprotes kepada Mario. Karena Mario sudah berkali-kali menyuruh Aurel makan dan membawakan makanannya, tetapi Aurel terus saja menolaknya dengan alasan lidahnya pahit.

Alex terkekeh mendengar sahutan dari Aurel. Ia membuka pintu kamar Aurel dan masuk ke dalam. di sana terlihat Aurel sedang bersembunyi di bawah selimut yang menutupi seluruh badannya. Melihat kelakuan Aurel, Alex menggelengkan kepalanya. 

Perlahan, Alex berjalan mendekati ranjang Aurel. Ia menaruh nampan yang dibawanya dan duduk dipinggir ranjang Aurel. Tangannya perlahan mengelus rambut Aurel yang menyembul keluar. Dengan jahil Alex menarik selimut yang menutupi seluruh badan Aurel. Sontak Aurel terkejut saat tiba-tiba selimutnya ditarik.

Aurel melihat Alex yang sedang tersenyum dengan polosnya. Aurel menggeram kesal.

“Alex!” pekiknya dengan penuh rasa kesal. Padahal Aurel hanya butuh istirahat yang cukup untuk puluh, tetapi Alex dengan jahil malah mengganggu dirinya.

“Makan dulu, baru tidur lagi. Perutmu masih kosong. Jika tidak, nanti papamu akan marah.” ucap Alex yang langsung ditolak oleh Aurel.

Aurel menutup mulutnya. Ia sungguh tidak mau makan, rasanya akan pahit dilidahnya.

“Tidak mau!” tolak Aurel dengan mentah-mentah.

“Aku sudah kenyang,” lanjut Aurel.

Alex menatap Aurel mendelik ketika mendengar jawaban Aurel. 

“Kenyang? Makan apa? Lihatlah pinggangmu sangat ramping begitu,” 

Aurel memukuli bahu Alex dengan keras. Ia menatap Alex dengan sebal, kenapa lelaki di depannya itu sangat menyebalkan.

"Jangan mengejekku!" sewot Aurel dengan galak. Ia menatap Alex dengan mendelik. Berani-beraninya Alex mengejeknya, tunggu saja akan Aurel laporkan pada Mario.

"Aku tidak mengejek, aku berbicara sesuai kenyataan." elak Alex melihat raut wajah marah Aurel.

Alex menyesal telah mengatakan itu. Bagaimana tidak? Kini raut wajah Aurel sudah benar-benar marah. Alex tidak mau sampai Aurel marah, karena jika Aurel marah itu akan sangat menyeramkan. Aurel marah bukan memukul dirinya, tetapi mendiamkannya selama berhari-hari. Jika sampai hal itu terjadi, tentu saja Alex akan uring-uringan sepanjang hari. Dan yang paling Alex takutkan adalah Aurel  akan mengadu kepada Mario dan Mario akan melarang Alex bertemu dengan Aurel.

“Maksudku kamu lebih cantik jika begini, sangat sempurna.” ucap Alex meralat ucapannya tadi. 

“Ayo makan dulu. Ini bubur loh, kesukaan kamu dan ini spesial om Mario yang buat untuk putrinya yang paling cantik.” ucap Alex merayu Aurel agar mau makan dengan membawa Mario.

Dan benar saja. Aurel menganggukkan kepalanya dengan pasrah. Ia tidak bisa menolak apa pun yang Mario buat, Aurel tidak mau Mario merasa usahanya sia-sia. 

Alex tersenyum, ia mengambil piring dan menyuapi Aurel. Sebenarnya Aurel ingin makan sendiri karena takut ia merepotkan Alex. Tetapi, melihat Alex yang menyuapinya dengan senang membuat Aurel mengurungkan niatnya dan menerima suapan Alex.

Tidak terasa, ini adalah bubur terakhir yang Alex suapkan kepada Aurel.

“Sudah habis,” celetuk Alex ketika piringnya sudah kosong. Ia menyerahkan gelas yang berisi susu kepada Aurel dan langsung diteguk hingga tandas. 

Mendengar itu Aurel cemberut, padahal ia masih menginginkan bubur itu lagi. Rasa pahit di mulutnya tidak terasa ketika bubur itu masuk ke dalam mulutnya.

“Masih mau lagi,” ucap Aurel merengek.

Alex mengelus rambut Aurel. Ia menahan tangannya yang ingin mencubit pipi Aurel karena ekspresinya yang sangat lucu menurutnya. 

“Bentar, akan aku ambilkan di dapur.” jawab Alex, ia berdiri membawa nampan itu untuk pergi menuju dapur. Tetapi, sebelum itu, tangannya dicekal oleh Aurel.

“Mau ikut!”

“Tidak. Kamu tetap di sini, biar aku yang ambilkan ke dapur.” tolak Alex. Ia tidak mau Aurel ke dapur dengan kondisinya yang belum pulih. Alex takut jika nanti Aurel kenapa-kenapa.

“Ikut atau aku akan marah denganmu?” ancam Aurel menatap Alex dengan tajam, padahal ia hanya ingin ikut ke dapur.

Mendengar ancaman Aurel, dengan terpaksa Alex mengizinkan Aurel untuk ikut bersamanya. Di perjalanan  menuju dapur, tak sengaja Aurel bertemu dengan Caramel. Dapat Aurel lihat Caramel membawa koper.

“Mama ingin kemana?” tanya Aurel menyapa Carramel. Aurel menatap mamanya dengan sayu seolah ia ingin Caramel berada disampingnya saat ia sedang sakit.

Carramel tidak menjawab, hal itu membuat Mario dan Alex yang melihatnya geram.

“Kamu ini ingin ke mana? Seperti orang sibuk saja, apakah kamu tidak tahu jika Aurel sedang sakit?” ucap Mario dengan bertanya membuat langkah Carramel berhenti dan membalikkan badannya menatap Mario.

“Aku memang orang sibuk, ada hal penting yang harus aku lakukan agar karirku semakin sukses. Mungkin sebentar lagi juga ia akan sembuh.

Jawaban Carramel acuh tak acuh tentu saja membuat mereka emosi. Di saat Aurel sedang sakit, bisa-bisanya Carramel memikirkan tentang karir.

Episodes
1 Bab 1 Pertengkaran
2 Bab 2 Ketakutan
3 Bab 3 Bercerita Kepada Alex
4 Bab 4 Kambuh
5 Bab 5 Dijenguk Alex
6 Bab 6 Pertemuan Tak Sengaja
7 Bab 7 Berkenalan
8 Bab 8 Berangkat Bersama
9 Bab 9 Menjodohkan Keduanya
10 Bab 10 Angkutan Umum
11 Bab 11 Aurel Hilang
12 Bab 12 Menemukan Aurel
13 Bab 13 Gadis Penjual Kue
14 Bab 14 Farel Panik
15 Bab 15 Bertemu Lagi
16 Bab 16 Cemburu
17 Bab 17 Bersama Alex
18 Bab 18 Bertemu dengan Nafa
19 Bab 19 Ke Rumah Nafa
20 Bab 20 Rasa Kesal
21 Bab 21 Terkejut
22 Bab 22 Makan Bersama
23 Bab 23 Pergi Diam-diam
24 Bab 24 Mengikuti Farel
25 Bab 26 Mencari Aurel
26 Bab 25 Kembali Kambuh
27 Bab 27 Marah
28 Bab 28 Salah Tingkah
29 Bab 29 Marah
30 Bab 30 Interogasi
31 Bab 31 Sembuh
32 Bab 32 Pasar Malam
33 Bab 33 Terluka
34 Bab 34 Hilang
35 Bab 35 Mengobati
36 Bab 36 Rumah Sakit
37 Bab 37 Menjenguk Aurel
38 Bab 38 Donor Darah
39 Bab 39 Karena Coklat
40 Bab 40 Tentang Farel
41 Bab 41 Pengakuan
42 Bab 42 Kecewa
43 Bab 43 Menghindar
44 Bab 44 Pulang
45 Bab 45 Restoran
46 Bab 46 Terjatuh
47 Bab 47 Memaksa
48 Bab 48
49 Bab 49 Tanda Merah
50 Bab 50 Alex Marah
51 Bab 51 Rasa Takut
52 Bab 52 Menjalin Hubungan
53 Bab 53 Ketahuan
54 Bab 54 Ancaman
55 Bab 55 Putus
56 Bab 56 Berkelahi
57 Bab 57 Aurel Terluka
58 Bab 58 Rencana Pergi
59 Bab 59 Tentang Penyakit Aurel
60 Bab 60 Hidup Baru
61 Bab 61 Kembali
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 Pertengkaran
2
Bab 2 Ketakutan
3
Bab 3 Bercerita Kepada Alex
4
Bab 4 Kambuh
5
Bab 5 Dijenguk Alex
6
Bab 6 Pertemuan Tak Sengaja
7
Bab 7 Berkenalan
8
Bab 8 Berangkat Bersama
9
Bab 9 Menjodohkan Keduanya
10
Bab 10 Angkutan Umum
11
Bab 11 Aurel Hilang
12
Bab 12 Menemukan Aurel
13
Bab 13 Gadis Penjual Kue
14
Bab 14 Farel Panik
15
Bab 15 Bertemu Lagi
16
Bab 16 Cemburu
17
Bab 17 Bersama Alex
18
Bab 18 Bertemu dengan Nafa
19
Bab 19 Ke Rumah Nafa
20
Bab 20 Rasa Kesal
21
Bab 21 Terkejut
22
Bab 22 Makan Bersama
23
Bab 23 Pergi Diam-diam
24
Bab 24 Mengikuti Farel
25
Bab 26 Mencari Aurel
26
Bab 25 Kembali Kambuh
27
Bab 27 Marah
28
Bab 28 Salah Tingkah
29
Bab 29 Marah
30
Bab 30 Interogasi
31
Bab 31 Sembuh
32
Bab 32 Pasar Malam
33
Bab 33 Terluka
34
Bab 34 Hilang
35
Bab 35 Mengobati
36
Bab 36 Rumah Sakit
37
Bab 37 Menjenguk Aurel
38
Bab 38 Donor Darah
39
Bab 39 Karena Coklat
40
Bab 40 Tentang Farel
41
Bab 41 Pengakuan
42
Bab 42 Kecewa
43
Bab 43 Menghindar
44
Bab 44 Pulang
45
Bab 45 Restoran
46
Bab 46 Terjatuh
47
Bab 47 Memaksa
48
Bab 48
49
Bab 49 Tanda Merah
50
Bab 50 Alex Marah
51
Bab 51 Rasa Takut
52
Bab 52 Menjalin Hubungan
53
Bab 53 Ketahuan
54
Bab 54 Ancaman
55
Bab 55 Putus
56
Bab 56 Berkelahi
57
Bab 57 Aurel Terluka
58
Bab 58 Rencana Pergi
59
Bab 59 Tentang Penyakit Aurel
60
Bab 60 Hidup Baru
61
Bab 61 Kembali
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!