Mengejar Cinta Lelaki Sederhana
Seorang gadis sedang berkutat dengan kertas dan pensilnya di atas meja belajar, lebih tepatnya di kamar sang gadis.
Aurel, gadis itu sedang membuat desain gaunnya di kamarnya. Ia sangat ingin membuat gaun yang bagus untuk wisuda dan ia mempunyai cita-cita untuk menjadi Desainer, bahkan ia kuliah mengambil jurusan tata busana.
Dengan otaknya yang kreatif, sudah banyak desain yang ia buat, tetapi tidak ada satu pun yang menurutnya bagus dan spesial.
"Susah banget, sih!" gerutu Aurel dengan sebal, ia mengambil kertas yang sudah berisi gambaran desain lalu ia meremasnya dan melempar ke dalam kotak sampah.
Sudah beberapa kali ia membuat desain, tapi tidak mendapatkan hasil yang bagus. Hal itu tentu saja membuatnya kesal. Padahal hasilnya tidaklah sangat jelek, tetapi Aurel ingin membuat desain baju yang sangat bagus untuk digunakan saat wisuda. Aurel akan tetap berusaha meski gagal berkali-kali.
"Aku akan mencobanya satu kali lagi. Jika gagal lagi, aku akan mencobanya lagi besok." tekad Aurel, walaupun wisudanya belum dekat. Tetapi ia sudah menyusun baju dengan desain yang bagus untuk Aurel pakai saat wisuda.
Aurel mengambil kertas lagi, dan mencoba menggambar desain yang lain lagi. Ia harap desain ini akan bagus, karena sudah banyak desain yang salah dan berakhir Aurel buang. Sebenarnya Aurel sudah lelah membuat ini, tetapi ia paksakan karena ingin mendapatkan hasil yang terbaik.
Tak terasa, desain itu akan segera selesai. Aurel melihatnya dengan teliti, seketika bibirnya melengkung membentuk senyuman yang bisa memikat banyak hati. Akhirnya usahanya membuahkan hasil, walaupun belum selesai sepenuhnya.
Di saat Aurel sedang fokus melanjutkan desainnya. Terdengar suara kegaduhan di lantai bawah membuatnya terusik. Aurel berusaha untuk fokus dan melanjutkan desainnya. Karena merasa terganggu Aurel keluar dari kamarnya, ia melihat ke bawah. Di lantai 1 ruang tamu, di sana orang tuanya sedang bertengkar.
Meskipun Aurel sudah berulang kali ia menyaksikan kedua orang tuanya berdebat, tetapi tetap saja ada rasa sakit melihat semua ini. Aurel hanya ingin mereka berdua berbaikan untuknya, apakah hal kecil itu saja tidak bisa mereka lakukan?
"Ini salahmu, Carramel. Kamu terlalu sibuk dengan kegiatan dan karir mu, apa kamu lupa punya keluarga?!" tukas Mario menatap istrinya dengan marah.
Ini bukan sekali atau kedua kalinya Carramel tidak memperhatikan dirinya serta anaknya. Mario sudah muak dengan tingkah istrinya yang semakin hari semakin menggila. Jangankan untuk melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, untuk tetap di rumah dan bersikap selayaknya seorang istri dan ibu saja tidak bisa Carramel lakukan.
"Sudah kubilang dari awal pernikahan kita. Aku akan meneruskan karirku yang sudah kubangun dengan susah ini hingga sukses!" jawab Carramel tidak terima disalahkan oleh Mario. Mario selalu saja menyalahkan dirinya dan menganggap dia selalu benar.
"Kamu hanya mementingkan karir mu. Ingat kamu sudah berkeluarga, seharusnya kamu di rumah untuk mengurus suami dan anak. Bukan malah selalu pergi dan berkumpul dengan teman-temanmu itu!" tukas Mario. Ia sudah muak dengan perilaku istrinya yang egois, Carramel selalu pergi dari rumah hingga membuat ia dan putrinya seperti tidak mempunyai seorang istri dan ibu.
Mendengar ucapan Mario, Carramel mendengus kesal. Mario selalu saja menyuruhnya berhenti melakukan kegiatan yang ia suka dan tetap di rumah. Carramel tidak bisa melakukan itu, ia sudah terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini.
Carramel ingin seperti teman-temannya yang mempunyai karir bagus dan terkenal.
"Aku juga ingin karir aku bagus. Dan waktuku juga bukan hanya untuk mengurusmu dan Aurel!' sentak Carramel yang sudah emosi.
"Berani-beraninya kamu bicara seperti itu!" bentak Mario. Tangannya melayang untuk menampar pipi istrinya yang sudah bicara sekasar itu. Memang salah jika ia meminta Carramel untuk berhenti bekerja dan diam di rumah untuk menyiapkan segala kebutuhan dirinya dan putrinya? Jika karena uang, apa artinya peran Mario sebagai suami dan Papa? Bukankah itu adalah tugas dirinya?
Jika putrinya mendengar itu, pasti akan sangat sedih. Ibu yang telah melahirkannya mengucapkan kata-kata itu. Mario sangat menyayangi dan peduli kepada Aurel, ia kasihan dengan putrinya karena mempunyai ibu seperti Carramel.
Aurel kembali masuk ke dalam kamarnya, ia tidak mau mendengar perdebatan mereka. Ucapan Carramel sangat membuatnya sakit hati, ia tidak mau mendengarnya lagi. Lebih baik Aurel melanjutkan desainnya yang tertunda.
Carramel terjatuh ke lantai akibat tamparan yang sangat kuat dari Mario. Ia memegang pipinya yang memerah dan sakit.
Carramel menatap Mario dengan tatapan marah. Beraninya Mario menamparnya seperti ini seakan ini semua salah dirinya.
"Tega sekali kamu menamparku! Aku hanya ingin meneruskan karir aku, apakah itu salah?!" tanya Carramel dengan berteriak, air matanya sudah mengalir dengan deras.
Hatinya sakit ketika suaminya sendiri menampar pipinya. Matanya memerah, ia merasakan sakit di pipi dan juga dihatinya.
"Salah!" sentak Mario mendengar pertanyaan Carramel. Dengan bodohnya Carramel mempertanyakan hal itu. Emosi Mario sudah di ujung tanduk, Carramel benar-benar menguji emosinya dengan sifat dan tingkah lakunya itu.
"Itu karena kamu sering berkeliaran di luar sana dengan membawa kata karir!" teriak Mario dengan murka. Apakah yang ada di pikiran Carramel hanya ada karir dan karir? Begitu obsesinya Carramel dengan ketenaran.
"Sadar, Carramel. Kamu ini sudah menikah, sudah punya anak. Seharusnya kamu diam di rumah dan melakukan tugasmu sebagai ibu rumah tangga!" lanjut Mario menunjuk Carramel yang sedang terduduk di lantai dengan marah.
Mario lelah dengan kelakuan Carramel yang lebih mementingkan karir dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Tidak seharusnya Carramel sibuk mengejar karirnya saat ia sudah menikah bahkan mempunyai anak.
Sedangkan Aurel, ia mencoba untuk mengabaikan suara kegaduhan di lantai bawah yang diciptakan oleh kedua orang tuanya. Aurel mencoba untuk melanjutkan kembali desain bajunya.
Akan tetapi, semakin lama. Pertengkaran Mario dan Carramel semakin menjadi-jadi, suara mereka menjadi besar hingga membuat Aurel sangat terganggu. Kepalanya pusing mendengar suara kegaduhan itu.
Aurel menjadi tidak fokus untuk melanjutkan desainnya.
"Arghhhh! Salah lagi!" ucap Aurel berdecak kesal ketika jarinya tidak sengaja mencoret, sebab suara berisik itu.
Kini desainnya tidak lagi rapi dan bagus. Ia harus mengulanginya lagi. Aurel meremas kertas itu dengan segala emosinya.
Aurel menutup telinganya dengan rapat ketika suara pertengkaran itu memasuki telinga. Ia tidak mau ini terjadi, ia sudah bosan mendengar pertengkaran ini berkali-kali.
Aurel tidak pernah menginginkan mama dan papanya bertengkar seperti ini. Ia juga ingin seperti keluarga yang lain, keluarga yang harmonis. Tidak berdebat seperti ini. Terkadang, Aurel juga lelah dengan semua yang terjadi pada keluarganya. Tetapi harus bagaimana lagi? Aurel sendiri tidak bisa melakukan sesuatu untuk merubah segalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Dul...😇
kreatif tapi tidak ada yang bagus ya 🤔
2023-12-30
0