Memeluk Kekasih Dalam Doa
"Kakek!!!" seperti bocah, pemuda itu berlari kecil menyongsong tubuh renta sang Kakek, Kyai Bahi. Meletakan kitab kuning di atas meja kecil, bergegas Kyai Bahi mendatangi sang cucu kesayangan. Sejatinya rindu di dada tak kalah besar dari pada rindu sang cucu.
Mencium punggung tangan sang Kakek, kemudian sang kakek mencium tangan sang cucu dan mencium pipinya. Mereka bukanlah Kakek dan cucu kandung, namun ikatan itu begitu kokoh.
"Gimana kabar Kakek" merangkul pundak pria tua itu seraya berjalan memasuki kediaman sang Kakek.
"Kakek baik. Hanya saja ada sedikit ngilu di sini" ujarnya memegangi letak segumpal darah, yang di sebut kalbu.
Enda, pemuda itu seketika terlihat panik"Kok nggak bilang kalau Kakek sakit?. Ayo kita ke rumah sakit sekarang!."
Menepuk punggung tangan Enda"Ini bukan penyakit yang bisa di obati oleh dokter."
Mendengar hal itu, Enda semakin panik. Begitu parah kah sakit sang Kakek? sampai nggak bisa di tangani oleh dokter??.
"Jangan putus asa Kek. Kalau semua dokter di negara ini nggak bisa mengobati Kakek, Enda akan bawa Kakek ke luar negeri!!."
Kyai Bahi terkekeh. Memperlihatkan barisan giginya yang masih lengkap. Lengkap?. ya! di usia senja pun dia masih memiliki gigi yang lengkap. Selain rajin menggosok gigi, kebiasan memakai siwak sebelum melaksanakan sholat membuat giginya terjaga dengan baik. Bisa di bayangkan setampan apa pria tua ini saat masih muda, sebab keteduhan begitu terlihat di wajahnya, apalagi saat tersenyum dan tertawa, raut tampan masih tersisa di sana.
Tawa sang Kakek menyadarkan Enda, bahwa sedang di kerjai. Melirik Kyai Bahi dengan kedua mata memicing"Kakek bohong ya?. Ini hari senin, dan Enda yakin Kakek pasti puasa. Sudahlah, ambil minum ke dapur sana! karena berbohong puasa Kakek sudah batal."
Alih-alih marah, Kyai Bahi kembali terkekeh"Enak saja bilang Kakek bohong. Kakek beneran sakit di sini" kembali memegangi dada"Dada ini rasanya sesak."
Membawa sang Kakek untuk duduk di ruang tamu"Kalau itu bukan penyakit yang bisa di sembuhkan oleh dokter, berarti ini bukan penyakit biasa. Katakan, apa mau Kakek?" Enda mengerti, pasti ada sesuatu yang di inginkan sang Kakek darinya.
Kyai Bahi mengayun kedua tangan. Seperti sedang menggendong bayi. Oho!, Enda mengangkat kedua alis dengan bibir terkantup.
"Bagaimana??. Sudah ada calon buat kasih Kakek cicit?."
Menepuk keningnya"Astaghfirullah!!, Enda lupa!. Umma minta Enda ambilin daun jeruk di kebun santriwati. Enda izin ke sana sekarang ya Kek, takut kemalaman di kebun, entar Enda ketemu jin cewek. Ribet kan urusannya kalau jin cewek itu naksir Enda, secara Enda kan ganteng banget." Berdiri, hendak meninggalkan sang Kakek.
Surban yang mengalung di leher Enda, lekas di sambar Kyai Bahi"Daun jeruk di halaman belakang juga ada. Jangan cari-cari alasan untuk kabur dari Kakek!!."
Enda mengambil langkah mundur, dan kejadian ini di lihat oleh Santriwati yang kebagian tugas memasak hari ini. Sontak mereka tertawa kecil di ujung dapur.
"Bang Enda ada-ada aja. Paling suka bikin Kyai kesal" ujar seorang Santri.
"Jaga pandangan. Kita ke sini untuk memasak, bukan ngerjain sesuatu yang unfaedah."
Teguran itu sontak membuat semuanya kembali fokus bekerja. Ya! dialah Yasmin, seorang keamanan di asrama Santriwati. Orangnya cantik, baik hati dan tidak sombong. Tapi kalau itu bersangkutan dengan lain mahram, dia terkesan dingin.
"Cepat katakan. Sudah punya calon istri belum?. Kalau belum Kakek punya calon buat kamu." Tidak lagi berbasa-basi tentang dada yang sesak, kali ini Kyai Bahi langsung pada intinya.
Enda membenarkan surban yang tadi di tarik sang Kakek"Belum ada. Tapi Enda nggak mau di cariin calon."
"Kalau nggak mau di cariin calon, cari calon sendiri. Tapi harus yang baik, menutup aurat, baik agamanya."
"Nah itu dia Kek!. Enda juga belum ada niat buat nyari."
Lirikan tajam kini tertuju kepadanya. Tentu ini berasal dari sang Kakek"Usia kamu sudah cukup untuk menikah. Kamu punya usaha sendiri, pasti bisa menghidupi istri dan anak kamu kelak."
"Enda belum siap."
"Kapan? kapan kamu siap?. Nanti kalau sudah tumbuh jenggot??."
Mengusap dagunya perlahan"Kalau jenggot sih, udah tumbuh Kek. Karena selalu Enda cukur sebelum tumbuh lebat jadinya nggak kelihatan."
Awh!! selalu ada jawaban dari mulut sang cucu. Kyai Bahi menarik napas panjang"Kamu nggak sayang sama Kakek?."
Merangkul pundak sang Kakek lagi"Siapa bilang?. Enda sayang banget kok sama Kakek.
"Kalau sayang bawakan cucu menantu untuk Kakek."
Melepaskan rangkulan tangannya"Aduh Kek. Jangan Enda dong yang bawa cucu menantunya."
"Terus siapa lagi?. Mecca? Adik kamu masih SMA, mau di suruh nikah sekarang?."
Menunduk sembari memainkan jemarinya"Ya~~~kalau Mecca mau, Enda nggak keberatan kok di langkahi."
"Syailendra Putra Khairuddin~~~." Kembali menjaga jarak dari sang Kakek. Saat dia memanggil dengan nama panjang, itu berarti ada lonjakan emosi di dalam dada.
"Sabar Kek!. Sabar~~~. Kakek lagi puasa, orang puasa nggak boleh marah. Lagian sayang kalau batal sekarang, sudah lewat waktu Ashar, bentar lagi buka."
Mendengus, hanya itu yang bisa Kyai Bahi lakukan. Dia pun membuang pandangan dari Enda.
Kembali duduk namun di kursi lain, yang letaknya sedikit jauh dari sang Kakek"Cucu Kakek kan bukan cuman Enda sama Mecca. Masih ada Arjuna."
Arjuna, ya!. Benar juga. Arjuna juga seorang cucu baginya. Tapi, kalau itu Arjuna, dia nggak bisa meminta cucu menantu. Sebab pemuda itu memiliki keluarga sendiri. Sedangkan Enda, Umma nya adalah putri semata wayang Kyai Bahi.
"Dengar-dengar, Arjuna mau melamar seorang gadis."
"Di tolak" sahut Kyai Bahi.
Kedua mata Enda memelotot. Hah!! seorang Arjuna di tolak??.
"Kakek serius?."
"Kakek nggak suka ngibul kayak kamu." Enda terkekeh mendengar jawaban sang Kakek. Mungkin karena terlalu sering di goda olehnya, sehingga sang Kakek mengatakan Enda tukang kibul. Padahal Enda seorang pemuda yang setiap perkataannya dapat di pegang.
"Kenapa di tolak?."
"Juna nggak cerita sama kamu?."
"Sudah hampir seminggu kami nggak bertemu. Dia juga nggak ada cerita."
"Gadis itu sudah punya calon. Dia menolak lamaran Juna tanpa melihatnya terlebih dahulu."
Sungguh Enda nggak bisa menahan tawa. Sungguh malang nasib Arjuna, dia mendapat penolakan telak.
"Enda mau ledekin Juna dulu ah~~" ujarnya seraya mengeluarkan ponsel dari saku.
"Malah mau ngeledekin Juna. Calon mantu Kakek gimana?."
"Nanti Kek. Kalau jodoh nggak akan kemana. Kakek sabar ya, sandal jepit aja punya pasangan, masa Enda yang ganteng nggak punya pasangan!."
Ingin rasanya menjitak kening sang cucu, namun bocah itu gegas berjalan ke muara pintu.
"Enda mau ambil daun jeruk dulu. Nanti di cubit Umma kan bahaya." Berjalan memutari kediaman itu. Enda tau ada beberapa Santriwati di dapur kediaman sang Kakek. Rasanya nggak nyaman kalau harus melewati mereka yang sedang beraktivitas itu.
To be continued...
Selamat membaca jangan lupa like fav dan komennya ya.
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
ZasNov
Waduh masa cwo seganteng & sesoleh Arjuna, malah ditolak ya.. Jadi penasaran sama cwenya 😄
2023-05-17
1
ZasNov
Nah lho, Enda nyesel kan udah nanya sama Kakek..😆
Malah jadi ditanyain calon tuh 😂
2023-05-17
1
mama Al
aku mampir baca pelan-pelan
2023-04-26
0