Putri Yasmine sang pemikat hati. Seperti itulah makna nama seorang gadis pendiam ini. Berparas cantik, tentu saja. Meski tak banyak berceloteh, dalam diamnya itu telah banyak menyita perhatian para lelaki. Bukan hanya lelaki, kaum wanita pun kerap berdecak kagum akan kecantikan parasnya.
Murah senyum?. Sepertinya tidak. Namun bukan berarti Yasmine seorang gadis yang sombong. Sedari kecil hidup bersama orang tua angkat, mengalami ejekan dan hinaan para tetangga sejak sang Adik dilahirkan ke dunia, membuat Yasmine yang dahulu periang kini menjadi pendiam.
Anak pancingan, seperti itulah orang-orang menyebutnya. Seperti kebiasaan, sesuatu yang agak berbeda akan menjadi ocehan para tetangga, dan kenyataan bahwa Yasmine hanyalah anak angkat dari pasangan yang lama tak memiliki keturunan, membuatnya jadi bahan ocehan setelah lahirnya sang Adik perempuan.
Baru lulus sekolah dasar saat sang Adik terlahir kedunia. Entah mendapat ilham dari mana, Yasmine meminta untuk dimasukan ke sekolah pesantren saja. Selain untuk menghindari ocehan yang mengusik ketenangan hati, Yasmine ingin hidup dalam lingkungan islami, mengingat kedua orang tuanya pasangan yang selalu sibuk akan bisnis yang mereka geluti.
"Yasmine Sayang, apa kamu sengaja menjauhi Ayah dan Ibu, karena ocehan para tetangga?" sang Ayah sempat menanyakan hal itu saat sang anak gadis meminta di sekolahkan ke pondok pesantren.
Menggeleng pelan"Enggak Ayah. Yasmine hanya ingin belajar mengaji lebih baik lagi" ujarnya beralasan.
"Tapi Nak, dengan begitu kamu akan hidup mandiri di sana."
"Enggak apa-apa Ibu. Yasmine sudah terbiasa kok, kan dulu Yasmine tinggal di panti asuhan" gadis kecil itu tersenyum samar. Sedangkan hati kedua orang tua angkatnya bagai tersayat sembilu. Sejatinya rasa sayang mereka terhadapnya tak akan terganti meski anak kandung mereka telah lahir ke dunia. Rasa itu telah ada porsinya masing-masing, terhadap Yasmine juga terhadap bayi perempuan yang baru lahir itu.
Kembali lagi, ocehan para tetangga, sungguh tak bisa dihalau. Sempat mendapat teguran, namun mereka mengatakan bahwa apa yang mereka ucapkan adalah kenyataan. Jadi, mengapa mereka harus diam sedangkan apa yang mereka katakan adalah sebuah kebenaran. Lelah mendengar ocehan tetangga yang tak ada habisnya, dengan terpaksa pasangan itu menyekolahkan Yasmine ke pondok pesantren seperti apa yang gadis kecil itu inginkan.
"Ayah dan Ibu titipkan kamu di sini untuk belajar agama. Ingat ya Nak, semua ini bukan berarti Ayah dan Ibu nggak ingin mengasuhmu lagi" suara lelaki itu bergetar. Jemarinya mengusap pucuk kepala sang putri yang sangat dia sayangi itu. Begitu pula sang Ibu, sejak tadi sudah banyak bulir bening jatuh di kedua pipinya.
"Sayang, sebulan sekali kami akan menjemputmu untuk berlibur di rumah" ujar sang Ibu. Kemudian beralih menatap Ustadzah yang sedang bersama mereka"Iya kan Ustadzah, santri di sini boleh pulang sebulan sekali kan?."
"Iya Ibu. Kalau nggak dijemput keluarga, akan ada bus yang mengantarkan mereka pulang ke kediaman masing-masing" sahut Ustadzah dengan wajah bulat itu.
"Tuh kan. Jadi sebulan sekali Yasmine akan pulang ke rumah ya. Pulang ke rumah kita."
"Iya Ibu" pelan sekali. Gadis itu menunduk.
"Nak, maaf Ayah nggak bisa membuat tetangga kita diam. Hingga kamu memilih jalan ke tempat ini."
"Nggak apa-apa Ayah."
"Ingat baik-baik ya Nak. Sampai kapanpun kamu adalah anak kami. Kita semua adalah keluarga!!." pasangan itu menekankan padanya.
"Iya Ayah, Ibu."
Sebelum kedua orang tuanya pergi, Yasmine mencium pipi lembut sang Adik"Dek Rania, jaga Ayah sama Ibu ya."
Ada banyak momen haru saat orang tua melepas putra putri mereka untuk menimba ilmu di pondok pesantren, namun kejadian seperti Yasmine terbilang jarang terjadi. Dua Ustadzah yang hadir di situ menitikan air mata melihat ketegaran Yasmine. Kebenaran itu tak bisa disembunyikan dari mereka, dengan berat hati pasangan itu mengungkapkan kebenaran bahwa Yasmine bukanlah darah daging mereka. Gadis itu diangkat menjadi anak di usia sembilan tahun. Hal yang membuat Yasmine meminta di sekolahkan di sana pun mereka ungkap kepada para Ustadzah, dengan tujuan agar mereka bisa menghibur Yasmine juga memahami keadaan hatinya yang tengah rapuh.
Kini, gadis kecil itu telah dewasa. Sudah lima tahun menjadi Santriwati di pondok tersebut. Bertutur kata lembut namun tegas pada tempatnya. Dua tahun terakhir dia ditunjuk menjadi keamanan, memeriksa bawaan para santri dan mengawal mereka saat sedang menjalani tugas di dapur pak Kyai Bahi.
"Ya Allah, tenangkan degup jantungku saat bertemu dia. Sungguh aku tak ingin degup jantung ini membuatku malu dan bertingkah aneh di depannya" suara hati Yasmine, saat beberapa kali bertemu Syailendra, cucu kesayangan Kyai Bahi.
...----------------...
"Jadi kamu akan menjalani dua bisnis??. Itu nggak mudah Arjuna!!. Menjadi CEO di satu perusahaan saja sudah menyita banyak waktu. Bagaimana kalau sampai di dua perusahaan?" berbicara melalui panggilan telepon, tak menghalangi aktivitas Enda berkreasi dengan masakannya. Chef muda yang satu ini begitu lihai dalam bidang yang sama dengan sang Abi.
"Kalau Abang jadi aku, memangnya Abang punya pilihan lain?."
Enda berpikir sembari menata hidangan ke dalam piring"Kalau harus menjalani keduanya, aku nggak bisa. Harus memilih salah satu di antaranya. Arjuna, ingat dengan batas kemampuan kita sebagai manusia, jangan demi keuntungan besar sampai jadi gila kerja. Melupakan waktu untuk diri sendiri beristirahat, nanti kalau sakit bagaimana?."
"Gimana?" Juna balik bertanya.
"Ya harus ke dokter!" sahut Enda lagi.
Pundak Arjuna bergetar, tanpa suara ia mentertawakan sikap sang Abang"Nah itu Abang tau. Kok tanya Juna."
"Heiii, Abang sedang menasihatimu. Jangan meledek seperti ini!."
"Aku nggak meledek. Ceritanya belum selesai, tapi Abang langsung menyambar."
Kini giliran pundak Enda yang bergetar, namun tawa seorang Enda pecah begitu renyah"Hahaha, baiklah. Selesaikan ceritanya."
Arjuna pun kembali bercerita. Tentu Enda sudah tau kegemarannya akan Game membawanya untuk berkuliah di jurusan Ilmu komputer. Sejauh ini dirinya merintis perusahaan pengembang perangkat lunak bersama teman di waktu kuliah, seorang pemuda berdarah korea Australia yang menetap di Indonesia. Teman semasa kuliah ini juga keturunan pendiri Universitas tempat Arjuna berkuliah dahulu.
Setelah Arjuna selesai bercerita, barulah Enda memahami akan maksud Adik sepertemanan ini.
"Coba dari awal kamu bilang perusahaan itu di serahkan pada Bae. Abang nggak akan salah paham."
"Bukan diserahkan. Arjuna nggak akan meninggalkan perusahaan yang kami rintis dari kecil itu."
"Iya Abang ngerti. Sekarang Bae yang lebih fokus pada perusahaan tersebut. Sementara kamu lebih fokus dengan bisnis yang dibangun Kakek Abian. Begitu kan?."
"Iya. Begitu maksudku."
"Oh.... bagus. Tapi tetap saja kamu seorang pemimpin di dua perusahaan. Uang kamu banyak dong. Nggak ada niat untuk menyumbangkan sebagian kekayaan itu ke pondok pesantren Kakek Bahi?." Ada udang di balik bakwan. Kalau itu urusan uang, Enda selalu menggiring Arjuna ke jalan yang benar, salah satunya dengan menyumbang ke pondok pesantren sang Kakek.
"Iya Bang. Aku memang ada pikiran begitu. Aku intip isi tabungan dulu ya. Aku mau membangun hunian di desa tempat tinggal Nenek Adila. Nggak enak numpang di rumah Nenek terus, rumah Nenek kan kecil."
Enda diam mendengarkan ucapan Arjuna. Diamnya itu membuat Arjuna bertanya"Abang kok diam?."
"Ini sudah cukup lama. Kamu masih kecewa dengan lamaran yang ditolak itu?."
"Enggak" sahut Arjuna segera.
"Terus, kenapa mau membuat hunian di desa?. Kamu pasti berniat menetap di sana kan?. Karena nggak tega melihat kekecewaan Ayah sama Ibu."
"Iya, aku memang akan menetap di sana. Tapi bukan karena lamaran ditolak itu. Aku merasa nyaman saja tinggal di sana."
"Ayah sama Ibu?."
"Mereka setuju, malah bagus kata Ibu. Aku bisa sambil jagain Nenek. Kakek kan sibuk kerja terus, Om juga sibuk di luar negeri. Sedangkan Ayah sama Ibu nggak mau ninggalin kediaman pantai, bisnis di sana juga lagi bagus-bagusnya."
"Om artis?."
"Abang kayak nggak tau aja. Om artis kan sibuk terus. Apalagi sejak jadi Ayah, dia kebanjiran tawaran kerja terus.",
"Alhamdulillah. Ya sudah, nanti bikin hunian buat aku juga ya."
Entah serius entah bercanda, Arjuna menyetujui keinginan Enda.
To be continued...
Selamat membaca jangan lupa like fav dan komennya ya.
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
ZasNov
Asyik Bae bentar lagi muncul nih..
Pengen tau anak aktif & penuh pesona itu gedenya gimana 😂
2023-05-24
0
ZasNov
Jadi Yasmine suka sama Enda to 🤭
Ciee Enda fans-nya cwe cantik & soleha 🤩
2023-05-24
0
ZasNov
Sedih banget jadi Yasmine..😭
Karena mulut tetangga yang sadis, dia jadi menjauh dari orangtua dan adik angkatnya..😣
2023-05-24
1