. .TALK

...CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN YANG HADIR TANPA DISENGAJA....

...INI HANYA CERITA FIKTIF JADI JANGAN SAMPAI TERBAWA KE DUNIA NYATA....

...SEKIAN TERIMAKASIH....

...______________________________________...

...—H A P P Y  R E A D I N G—...

...______________________________________...

RAUT wajah masam tercetak jelas pada wajah cantik milik seorang gadis berusia 18 tahun. Matanya berkaca-kaca, teringat jelas bagaimana bentak dan cacian yang diberikan senior kepadanya.

Bersandar pada pintu yang baru saja ia tutup, hembusan nafas ia keluarkan begitu berat. Menggadahkan kepala, menghadap langit-langit koridor kampus, ia termenung. Benar kata orang tuanya, harusnya ia tidak bergabung organisasi pada semester pertama. Harusnya ia menikmati masa pengenalan terhadap lingkungan tempatnya kuliah.

Nasi sudah menjadi bubur, hanya tawa miris yang bisa ia berikan untuk kebodohannya sendiri. “Ada apa dengan langit-langitnya?” tanya seseorang membuat gadis itu menengok ke sumber suara.

“Hei, are you okay?” pria itu bertanya lagi, sambil bergerak hendak menghapus cairan bening yang tanpa ijin melewati pipi milik gadis tersebut.

“S-saya permisi dulu kak,” pamit gadis itu berlalu pergi, sembari ia menghapus dengan kasar air mata yang semakin ia tahan malah semakin turun.

Langkahnya memilih terhenti. Di salah satu kursi di koridor buntu depan ruangan alat seni. Memandang kosong data pemasukan dan dana yang ditolak mentah-mentah oleh para seniornya.

“Sial!” runtuknya. Kali ini ia menangis mencurahkan air matanya begitu saja, persetan dengan orang lain yang mendengar tangisnya, persetan dengan penilaian orang lain. Seminggu berkutat dengan tugas kuliah, dan menyempatkan waktu untuk ikut mengumpulkan dana membuat energinya terkuras bukan main.

Saat ini hanya keluhan yang dapat ia lontarkan, hanya kalimat putus asa yang membuatnya ingin memutar kembali waktu. “Ini!” ucap seseorang menyodorkan sebuah tissue yang masih baru. “Kamu, wakil bendahara event ini 'kan?”

Gadis itu mengangguk sembari membuka plastik berkarakter yang melindungi lembaran tissuenya agar tetap steril. “Siapa nama kamu? Maaf saya lupa,” tanyanya.

“Saya? Nika,” jawab gadis itu sembari menghapus air mata. “Maaf,” ucapnya setelah mengeluarkan cairan bening dihidungnya.

Pria itu tertawa. “Santai aja Nika, kenalin nama saya Fayyadh, patner kamu dalam event ini!”

Nika terdiam memandang uluran tangan tersebut, sebelum akhirnya Fayyadh berdehem dan membuatnya menjabat tangan Fayyadh dengan gemetar.

“Maaf jika saya telat muncul dan memperkenalkan diri,” ungkapnya. “Saya mahasiswa semester tujuh baru selesai magang, jadi saya baru bisa menemani kamu sekarang.”

“Mahasiswa semester akhir? Dan Kak Fayyadh masih ikut event ini?” tanya Nika meragu.

“Ada yang salah?” Nika menggeleng. “Nika, saya suka bersosialisasi, saling bertukar pikiran serta gotong royong. Ini event terakhir saya sebelum saya harus benar-benar fokus menyusun skripsi. Kamu mau 'kan bantu saya?”

“Eh?”

“Kok, eh?” tanya balik Fayyadh diakhir tawa. “Saya sudah bilang bukan santai aja sama saya?”

Nika mengangguk. “Bahasa kita terlalu baku ya? Gimana kalau kita ganti dengan ‘lu-gue’ biar kamu nyaman?”

“...kita bakal punya project bareng sekitar dua bulan lebih loh Nika, buat kamu nyaman ya, apalagi kita berdua ngurus mengenai keuangan,” jelas Fayyadh.

“Tapi Kak, ada satu problem yang bikin saya bingung.”

“Apa?” tanya Fayyadh penasaran.

“Soal dana kita. Nika udah hitung semua biaya mulai dari panggung dan lain-lain, tapi kakak senior minta tambahan pengisi acara, sementara uang kita kurang Kak,” ungkap Nika penuh emosi.

Fayyadh tersenyum. “Mereka nggak pernah berubah, lu tenang aja, biar gue obrolin sama Senior yang lain. Lu bisa 'kan hubungi pihak humas sama seksi acara buat konfirmasi tambahan pengisi acara yang mereka minta?”

“Tapi Kak, dan—”

“Nika, percaya sama gue. Itu biar gue yang ngatur.” Nika hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah melihat wajah meyakinkan milik Fayyadh. “Oh ya, setelah lu ketemu sama orang humas dan seksi acara bisa kita ketemu lagi?”

“Kapan kak?”

“Pokoknya setelah lu selesai, lu nyebrang ke kafe depan, lu tenang aja disana aman,” jelas Fayyadh.

“Iya kak, kalau gitu Nika jalan dulu ya,” pamitnya dibalas anggukan oleh Fayyadh.

Pria itu terdiam memandangi tubuh mungil Nika yang perlahan menghilang dari balik koridor. “Kebangetan si Adri anak baru dibuat nangis,” lontar Fayyadh menggelengkan kepalanya heran.

“Woy Fayyadh! Lu dicariin noh sama si Deena!” panggil Adri.

“Kebetulan lu ada disini, balik lu keruangan!” Suruh Fayyadh dengan nada tinggi.

“Lu ngapa dah? Santai bro!” ucap Adri gemetar.

Kini Fayyadh dan Adri telah sampai diruangan dimana mereka sering berkumpul. “FAYYADH AKHIRNYA LU BAL—”

“SIAPA YANG MINTA TAMBAHAN PENGISI ACARA!!!” bentak Fayyadh memandang rekannya satu persatu dengan tajam. “NGGAK ADA YANG MAU JAWAB?!”

“..OTAK LU PADA SEMUA KEMANA? GILA LU, SADAR DANA! NYURUH ANAK BARU AMPE BUAT DIA NANGIS MAU LU APAAN? KALAU MASALAH INI SAMPE NYAMPE KE LUAR, LU ADRI! DAN LU DEENA! TANGGUNG JAWAB!” ancam Fayyadh kesal.

“Santai Yadh, tuh bocah cerita ke lu?” tanya Deena dengan nada manja. “cih, bocah ember amat!”

“Dia wakil gue, wajar gue harus tau kenapa dia sampe nangis keluar dari ruangan ini!” bela Fayyadh. “Lu tuh yang kagak pada ngotak! Kalian lebih senior dari Nika, gengsi lu pada 'kan biar bisa bikin acara lebih wah dari Angkatan tahun lalu? Sekarang gue tanya, lu pada mau nggak kolektif buat bayar tambahan pengisi acara?”

Semua yang disana terdiam. “Kita udah habis banyak kali, Yadh. Yakali kolekti—”

“KALAU PAHAM OTAK DIPAKE DIAWAL!” kesal Fayyadh tak habis pikir.

Deena maju mendekati Fayyadh. “Udah deh Yadh, lu baru balik, okay gue tau lu ketua BEM tapi nggak harus sambil marah-marah juga 'kan? Bisa kita bicara baik-baik?”

“Jam lima gue mau liat contoh promosi stand makanan di event kita berserta gambaran biaya sewa tenda, gue nggak mau tau, kalian pikir caranya biar nutup biaya pengisi acara tambahan, dan lu Adri! sampai jam lima gue belum dapet apa yang gue mau lu harus siap keluarin uang!” putus Fayyadh sebelum berlalu pergi meninggalkan ruangan tanpa kata pamit.

...꒰🖇꒱...

Dengan langkah terburu, Nika berjalan menuju tempat perjanjiannya dengan ketua BEM di kampusnya. Nafasnya tersenggal, ia bisa saja berjalan, tapi rasanya tidak enak jika harus membiarkan seniornya menunggu. Lagipula mengapa ia harus dipasangkan oleh ketua BEM? Bukannya saat rapat penentuan tugas event, seniornya itu tidak hadir. Nika mendengus kesal, menghentikan langkah sambil mengatur nafasnya. Ia sudah sampai.

“Hai Nika!” panggil Fayyadh melambaikan tangannya.

Nika tersenyum, setelah ia rasa nafasnya kembali normal, kakinya melangkah tenang mendekati meja dimana Fayyadh duduk seorang diri. “Kak Fayyadh udah lama nunggunya?” tanya Nika mendapati gelas milik Fayyadh sisa setengah.

“Nggak juga, oh ya lu mau pesen apa?”

“Apa aja deh kak,” jawab Nika bingung.

“Gimana kalau jeruk hangat, mau?” tawar Fayyadh dibalas anggukan oleh Nika. Pria itu bangkit berdiri berjalan menuju meja pemesanan. “Oh ya, gimana kata anak Humas sama Seksi acara?” tanya Fayyadh baru saja kembali.

“Anak Humas si oke-oke aja kak, cuma lamanya dibagian persetujuan ke manager artis yang kak Adri dan kak Deena minta, jadi saya minta maaf udah buat Kak Fayyadh nunggu,” ungkap Nika merasa tak enak hati.

Fayyadh tersenyum. “Santai aja kali, gue juga paham. Oh ya, gimana anak seksi acara, lu nggak kena semprot mereka 'kan?”

Tawa hambar Nika berikan, dengan senyum getir ia menatap ke arah Fayyadh. “Sedikit si kak, mereka cuma kesal harus atur lagi waktunya, belum lagi mereka harus koordinasi sama pihak humas, kemungkinan pihak humas juga bakal ngomel, tapi ya udah terjadi,” jelas Nika. “Lagian, Nika nggak mau ambil pusing. Nika fokus aja buat ngerekap total biaya diakhir.”

“Sorry ya, gara-gara kelakuan senior lu, lu malah yang kena imbas gini. Harusnya Adri yang turun tangan, bukannya nyuruh lu dan cuci tangan,” ucap Fayyadh.

“Iya kak, cuma seru aja si, Nika jadi punya pengalaman baru. Soalnya dulu jaman SMA kalau ada acara di sekolah kebagiannya kalau nggak jadi seksi acara, keamanan atau paling mentok bagian konsumsi,” bela Nika.

“Seru dong, bagian konsumsi. Bisa makan,” lontar Fayyadh diakhiri tawa. Nika menggeleng. “Justru malah Nika sering nggak kebagian nasi kotak, derita anak konsumsi.”

“Nyesek amat, tugas cuma bagian liatin makanan orang,” hibur Fayyadh diiringi tawa milik Nika.

“Ya gitulah kak, nasib.” tawa milik Nika terhenti, berlanjut pada kertas dalam genggaman milik Fayyadh. “Kita mau adain stand makanan dari luar?”

Fayyadh mengangguk, “Buat nutup tambahan biaya pengisi acara. Kalau ngandelin stand makanan kantin kampus ya kurang.”

“Udah disebar kak?” tanya Nika penasaran sambil melirik selebaran yang tengah dipegang oleh Fayyadh. Pria itu menggeleng lantas memberikannya pada Nika agar gadis itu bisa melihatnya. “ada versi soft file-nya? Nanti Nika bakal kirim menfess ke salah satu akun menfess di twitter, siapa tau semakin banyak yang lihat semakin banyak yang hubungin ke kita.”

“Ide bagus. Nanti gue coba deh hubungin Adri or Deena, gue rasa si mereka yang buat.”

Nika mengangguk, sembari menatap wajah Fayyadh lamat. “Ada apa Nika?” tanya Fayyadh sedikit tak nyaman. “Kak? Ini yang Kak Fayyadh maksud? Rencana yang buat Nika nggak perlu khawatir soal dana?”

“Allright! Sebetulnya dari awal gue liat notulen rapat kedua gue udah ngerasa ada yang kurang. Event kita bisa dibilang lebih besar dari tahun lalu, dengan hasil notulen rapat terakhir tentang dana, baik bayangan pengeluaran sama pemasukan beda tipis. Apalagi si Adri sama Deena nekat nambah pengisi acara,” jelas Fayyadh. “Jadi, ya karena event selain buat hiburan gue rasa kita nggak boleh nombok buat biaya, ya kali udah capek tenaga, duit juga keluar, ya 'kan?”

Nika hanya mematung, mendengar penjelasan dari Fayyadh. Tubuhnya seolah tersihir oleh ucapan Fayyadh yang realistis. “Keren Kak!”

“Apanya?” tanya Fayyadh bingung.

“Kakak, Keren!” puji Nika lagi.

Fayyadh tertawa menyadari wajah polos penuh kagum yang masih Nika berikan. “Kalau nggak bisa berfikir cerdas dan tegas. Orang-orang bakal ngeraguin posisi gue sebagai ketua BEM, Ka.”

“Iya juga. By the way, Kak Fayyadh dari dulu suka sama organisasi?”

“Dibilang suka nggak terlalu juga si, cuma gue rasa balik lagi tentang bertukar pikiran dan sosialisasi. Intinya banyak pengalaman baru yang belum pernah gue temuin sebelumnya dan banyak orang baru yang gue temuin dari banyak pertemuan, contohnya lu Nik!” jelas Fayyadh panjang lebar.

“Saya? Kenapa?” tanya Nika bingung. Fayyadh hanya tertawa tak berniat menjawab pertanyaan milik Nika. “Kak Fayyadh beneran nggak mau kasih tau?”

Fayyadh menggeleng. “Buat apa gue kasih tau, nggak penting juga kali, udah diminum dulu, keburu dingin nanti!” peringat Fayyadh menyesap jeruk hangat miliknya.

Nika yang baru saja menyeruput minuman miliknya tertahan akibat suara dering telfon dari dalam tas miliknya. “Sebentar ya kak,” pamit Nika yang dibalas anggukan oleh Fayyadh.

“Halo, Pih?”

“Kamu masih ada kegiatan?”

“Kuliah Nika udah selesai, tinggal bahas tentang event sama bendahara. Tau kan Pih, event yang tempo hari Nika ceritain itu,” jelas Nika.

“Kamu sekarang dimana? Papih abis meeting di restoran nggak jauh dari kampus kamu.”

“Nika? Nika lagi di kafe depan kampus. Yang deket dari sekolah SMP Nika itu.”

“Yaudah, tunggu Papih ya, nggak lama.”

“Iya Pih, Hati-hati ya!” ucap Nika sebelum terdengar tanda sambungan telfon yang sudah terputus.

Fayyadh berdehem, menatap Nika yang memasukkan benda persegi panjang itu dalam tasnya. “Udah dicariin ya? Sorry,” ucap Fayyadh merasa bersalah.

“Nggak kok Kak, Papih cuma nanya kegiatan Nika udah selesai belum, kebetulan Papih ada di deket sini, jadi bisa sekalian jemput. By the way, pembahasannya udah kelar 'kan? Atau ada lagi?” tanya Nika meragu.

“Santai aja Nika, untuk hari ini kita sampai sini dulu, mungkin besok kita lanjut bahas lagi, lagipula udah sore,” jawab Fayyadh. “Oh ya, nomor telfon kamu yang di grup whatsapp yang mana ya?”

Nika kembali mengeluarkan handphone-nya, membuka grup whatsapp dan memperlihatkan  foto profil miliknya. “Ini saya udah save, nanti kamu save balik ya, jangan lupa,” peringat Fayyadh membuat Nika mengangguk setuju. “Lucu juga ya Ka, kepanitiaan udah kebentuk tiga minggu lu baru mau save nomer gue.”

“Maaf kak, kan dari awal Nika nggak tau nomer kak Fayyadh yang mana,” jawab Nika. Fayyadh tersenyum, menatap Nika penuh intimidasi. “Kenapa gue nggak yakin, cewek itu gampang loh stalking, yakin nggak pernah stalk gue?”

“Pede banget ih, ya emang sih Kak Fayyadh ketua BEM, aneh kalau nggak ada yang stalk ka—”

“Dari awal udah tau 'kan?” sindir Fayyadh. Nika mengangguk lesu. “Okey, lu udah dijemput tuh!”

Nika menengok ke area luar kafe mendapati mobil Papinya yang terparkir dengan rapi. “Selamat Sore Om,” Sapa Fayyadh.

“Sore, kamu rekan Nika?” tanya Khalil.

“Iya om, kebetulan saya senior-nya Nika, dapet tugas jadi bendahara event tahun ini bareng Nika,” jawab Fayyadh lugas.

Khalil tersenyum, menepuk bahu milik Fayyadh yang berisi. “Saya titip Nika ya, bimbing dia. Maklumin kalau dia suka nangis,” perjelas Khalil yang langsung mendapatkan tatapan tajam oleh Nika.

Fayyadh hanya tersenyum, lalu tertawa melihat wajah masam Nika yang hendak protes. “Bukan maksud mengusir om, tapi lebih baik om pulang sekarang, sebentar lagi jamnya macet,” ucap Fayyadh sembari melirik arloji di pergelangan tangannya.

“Kamu benar juga, yasudah, lain kali mampir kerumah ya, kita ngobrol-ngobrol santai, siapa tau cocok,” lontar Khalil. “Baik, Om. Nanti Fayyadh main, mau dibawain martabak nggak Om biar ngobrolnya lebih asik?” tanya Fayyadh mencairkan suasana.

Khalil tertawa. “Boleh! Nanti saya nyumbang kopi aja ya.” dan sore itu baik Khalil dan Fayyadh menukar tawa mengabaikan Nika yang merasa heran tentang statusnya sebagai anak dari Khalil.

“Kamu cocok!”

“Cocok jadi apa Om?”

“Menantu saya!” jelas Khalil diakhiri tawa.

✄  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - -05-04-23𖠄ྀྀ

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Ayo Kak AuNa...
Bisa koq .. tergantung niat....
Kl niat nya baik segera laksanakan
okeh ...
Readers blm nemu az nih ceritanya
Semangat, Kak...!!🥰🏃💪

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!