“Maksudmu, Mike?” tanya Samuel memastikan.
“Siapa lagi?” sahut Joy mantap.
“Tapi, kenapa... Ah, benar. Dunia mafia memang harus se misterius ini bukan. Baiklah, mari kita lihat sejauh mana kita bisa masuk ke dalam tubuh Lucifer,” ucap Samuel.
Setelah menemukan nomor misterius dari salah satu pelayan sky night, mereka pun kemudian mulai menyasar nomor tersebut dan mencari tahu siapa dia sebenarnya.
Rupanya, tebakan Joy benar. Itu adalah milik Mac duff, dilihat dari banyaknya chat yang berhubungan dengan tamu VIP club malam tersebut.
Joy pun lalu mencatat nomor itu di ponselnya. Namun, saat dia baru mengetik beberapa angka, Samuel tiba-tiba merebut ponsel dari tangan gadis tersebut.
“Apa kau gila? Untuk apa kau menyimpan nomor ini di ponselmu? Bisa saja kau akan balik diretas oleh mereka,” ucap Samuel.
Dia pun menghapus nomor tersebut sebelum berhasil disimpan.
“Tapi, aku perlu mengiriminya sesuatu,” ucap Joy.
“Serahkan saja padaku. Biar aku yang urus,” sahut Samuel.
Joy pun mengirimkan foto Evangeline kepada Samuel melalui perangkat bluetooth, dan langsung masuk ke dalam PC nya.
Pemuda tersebut lalu mulai beraksi dan mengirimkan foto tadi kepada nomor yang diduga milik Mac duff.
“Selesai,” ucap Samuel kemudian.
“Haah... Terimakasih, Senior. Kau sudah mau membantuku,” tutur Joy.
“Kenapa begitu sungkan? Bukankah kita ini teman?” sahut Samuel.
Joy pun tersenyum ke arah pemuda tersebut.
“Tapi ngomong-ngomong, kenapa kau mengirim foto Eva kepada Mike? Apa mereka memiliki hubungan? Atau mungkin, orang yang dicari Eva adalah pria itu?” cecar Samuel.
Joy seketika tercengang mendapatkan pertanyaan bertubi dari sang senior.
“Ehm... Ah... Bukan begitu. Ini... Ah, benar. Anggap ini hanya kail saja. Dan foto itu adalah umpannya agar si ikan segera keluar,” jawab Joy berbelit.
Dia bahkan menambahkan senyum kaku, dan mulai terlihat mundur, meraih tasnya yang berada di atas lantai.
Sementara Samuel, pemuda tersebut masih terlihat kebingungan dengan jawaban dari Joy tadi.
“Jadi, yang dicari Eva ...,” terka Samuel.
“Maaf, Senior. Aku belum bisa memberitahumu sejauh itu. Ini... Ini privasi klien. Iya, privasi klien. Aku pergi dulu ya. Terimakasih,” sela Joy yang bergegas pergi dari sana.
...❄❄❄❄❄...
Di tempat lain, setelah tiba-tiba mendapatkan pesan bergambar dari pengiriman anonim, sang bos sky night, Mac duff, nampak panik.
Terlebih gambar itu mengenai dua orang yang sangat dikenalnya.
Dia pun langsung meneruskan pesan tersebut kepada Ardiaz melalui Jordan.
Pria seksi itu masih ingat saat Joker mengatakan bahwa Malcolm, sang dokter muda itu adalah putra tunggal Morgan Andara, yang mungkin adalah dalang di balik kejadian kejam, yang menimpa keluarga Ardiaz sepuluh tahun lalu.
Dia tak menyangka jika waktu mereka begitu bertepatan. Mac duff belum tahu bahwa Ardiaz baru saja menemukan sebuah fakta mengejutkan dari file yang dikirimkan Damian kepada king palsu itu, mengenai kejadian sepuluh tahun silam.
Jika benar begitu, maka peristiwa penyerangan Hemachandra pun berkaitan dengan CEO Andara Corporation tersebut.
Foto kebersamaan Evangeline dengan Malcolm benar-benar membuat Ardiaz kembali terguncang.
Dia sampai berlari ke kamarnya dan segera berpakaian, lalu pergi keluar. Dia bahkan lupa untuk mengajak Jordan karena fokusnya saat ini hanya pada sang istri.
Dia melajukan mobilnya begitu cepat, dan pergi ke tempat Evangeline berada.
Di malam saat Evangeline mabok di sky night, Ardiaz telah menanam sebuah virus ke dalam ponsel gadis itu. Dia merasa perlu melakukan hal tersebut, mengingat betapa bahayanya kota ini untuk sang istri.
Dia pun kini bisa melihat lokasi Evangeline dengan tepat, berdasarkan posisi ponselnya.
Sekitar empat puluh menit berkendara, kini Ardiaz tiba di tempat tujuan. Saat ini, dia sudah berada di parkiran basement gedung apartemen mewah tempat Evangeline tinggal.
Pikirannya semakin tak tenang, dan menebak yang tidak-tidak tentang kedua orang di dalam foto tadi.
Bukan tanpa alasan, dia dulu pernah melihat Malcolm hampir mencium Evangeline di kediaman Hemachandra, ditambah semalam gadis itu melihatnya seolah sedang berciuman dengan Alexa.
Dia khawatir jika pertemuan mereka berlanjut di dalam apartemen, dan terjadi sesuatu. Memikirkan hal itu saja sudah cukup membuat Ardiaz marah.
Dadanya panas, seolah ada yang akan meledak. Dia pun tak tahu kenapa sampai bisa seperti ini.
Pikirannya hanya fokus pada keterkaitan antara kejadian nahas yang selama ini disebabkan oleh ayah dari dokter.
Dia tak ingin Evangeline kembali kecewa seperti saat Aaron mengkhianati gadis tersebut, dengan mencelakai ayahnya.
Meski Evangeline tahu Aaron hanya dihasut, namun sakit hatinya sempat membuat gadis itu terpuruk. Apalagi jika dia sampai tahu bahwa penghasut itu adalah ayah dari Malcolm, pria yang mendekatinya saat ini.
Sesampainya di depan unit Evangeline, dia pun segera menekan bel berkali-kali, berharap orang yang di dalam segera keluar.
Ardiaz semakin cemas saat tak ada sahutan dari dalam, dan membuatnya semakin brutal menekan bel.
Hingga tiba-tiba, pintu bergerak dan Ardiaz seketika merangsek masuk saat melihat Evangeline berada di balik pintu.
Dia mendorong gadis itu hingga hampir terjungkal.
Dengan cepat, Ardiaz menangkap pinggang Evangeline dan menekannya ke dinding.
“Apa begini caramu masuk ke rumah orang lain, hah?” tanya Evangeline.
Gadis itu mengangkat wajahnya, dan kini mata mereka pun saling beradu. Keduanya terlihat tak baik. Evangeline nampak dingin melihat kedatangan sang suami, sementara Ardiaz dalam kondisi emosi yang naik turun.
“Ah... Benar. Tentu harus seperti ini. Bukankah ini cara kelompok kalian melakukannya? Masuk ke rumah orang dan merampok isinya,” sindir Evangeline.
“Dimana dia?” tanya Ardiaz.
Dia tak menjawab pertanyaan Evangeline, dan bahkan tak mau dengar pertanyaan itu sama sekali.
Sementara Evangeline hanya diam, karena gadis itu tak tahu apa yang dimaksud oleh sang suami.
“Katakan dimana pria itu, Eva,” seru Ardiaz.
Nadanya semakin meninggi dan membuat Evangeline mengepalkan tangannya.
“Apa yang sebenarnya kau inginkan, sampai-sampai kau mau bangkit dari kematian, hah? Apa ini lebih penting dari keluargamu? Apa ini lebih penting dari ayahku...,”
Apa ini lebih penting dari ku? Lanjut Evangeline dalam hati.
Matanya tampak berair, meski wajahnya masih terlihat mengeras karena marah.
Tangannya bahkan mengepal semakin kuat saat tahu bahwa bukan dia tujuan Ardiaz datang dan keluar dari persembunyiannya.
“Katakan saja, dimana pria itu? Aku tau kau bertemu dengannya hari ini. Ku peringatkan agar kau jangan terlalu dekat dengannya, Eva,” seru Ardiaz.
Pria itu seolah tak mau mendengar apapun dari mulut Evangeline dan semakin membuat gadis itu merasa sesak.
Jadi, ini semua karena Malcolm? Batin Evangeline
Evangeline tersenyum sinis. Dia pun menepis tangan Ardiaz yang sejak tadi terus menekan pundaknya dengan kuat.
“Kenapa, hah? Kenapa aku tak boleh dekat dengannya? Bukankah dia orang yang kau kirim sendiri untuk membohongiku? Bukankah dia yang kau minta untuk menemaniku sejak kau berpura-pura mati? Kenapa sekarang kau melarangnya?”
“Dia tampan, tinggi, pekerjaannya bagus, dan lagi dia perhatian padaku. Kenapa juga aku harus menghindarinya, hah?”
“Ah... Jangan bilang ini sikap posesif seorang pria. Kau tak rela milikmu diambil orang lain, sementara kau sendiri bisa menyentuh siapapun yang kau mau,” ucap Evangeline memprovokasi.
“Eva, jangan memaksaku berbuat kasar padamu,” ancam Ardiaz.
“Oh benarkah? Memang siapa kau? Bukankah kita tak ada urusan apapun?” elak Evangeline.
“EVA! AKU MASIH SUAMIMU!” bentak Ardiaz.
“KAU SALAH! SUAMIKU SUDAH MATI. ARDIAZ SUAMIKU SUDAH MATI. BAGI KU KAU SUDAH MA...,”
.
.
.
.
Mohon tinggalkan jejak berupa like 👍, komen 📝, atau beri dukungan lainnya
terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments