Beberapa waktu yang lalu, Joy yang mengikuti Evangeline, begitu terkejut dengan apa yang didengarnya dari sang pelayan.
Dia tak percaya jika temannya itu mengenal seseorang yang hebat seperti pria di depan sana.
“Apa benar dia gadis yang semalam menangis, dan berkata bahwa suaminya sudah meninggal?” gumamnya.
Dia kembali bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi malam tadi pada sahabatnya.
Melihat sikap Evangeline yang begitu aneh siang ini setelah semalam menangis begitu lama, Joy pun mencoba memutar otak agar bisa mengetahui sesuatu.
Dia memotret kedua orang itu, dan sengaja mencari momen ketika keduanya tengah tertawa begitu bahagianya.
Setelah itu, dia mengeluarkan uang pecahan sepuluh dolar dan meletakkan di atas meja, sebagai bayaran atas minuman yang bahkan belum selesai dibuatkan untuknya.
Joy memilih untuk segera pergi dari sana dan mulai menyelidiki hal ini. Saat menuruni lantai demi lantai, dia terlihat meraih ponsel dari dalam tas dan menghubungi seseorang.
Panggilan diterima tepat sesaat sebelum pintu lift terbuka. Joy pun berjalan sembari berbicara dengan lawannya di seberang.
“Senior, apa kau masih punya sistem peretas yang waktu itu? Aku butuh bantuanmu dengan perangkat tersebut,” ucap Joy.
“Tentu. Tapi, dimana kau sekarang?” tanya lawan bicaranya yang tak lain adalah Samuel.
“Aku sedang menuju ke markas. Tunggulah aku,” sahut Joy.
Dia pun lalu segera masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana, untuk mencari Samuel.
Setibanya di area Universitas, Joy bergegas menuju ke gedung pusat kegiatan mahasiswa yang ada di belakang gedung perkuliahan.
Semenjak Damian menghilang tiba-tiba, markas menjadi sepi. Linda bahkan jarang ke sana. Hanya Joy dan Samuel yang sering berasa di tempat itu, terlebih karena keduanya kini sedang menyelidiki masalah Evangeline bersama.
“Bagaimana? Apa kau bisa mencarinya, Senior?” tanya Joy begitu masuk ke dalam.
Nampak di bawah sana, Samuel tengah berkutat dengan perangkat komputernya, dengan mata yang fokus pada layar monitor.
“Aku sudah memasukkan nomor yang kau kirimkan tadi, tapi tak ada nomor kontak dengan nama Mike seperti yang kau cari. Sepertinya, ini akan memakai waktu yang lumayan lama, karena kita harus memeriksa pesan satu persatu."
"Tapi, kenpa kita harus meretas nomor pelayan di sky night untuk mendapatkan nomor bos mereka? Bukankah kau mengenalnya karena kejadian waktu itu?” tanya Samuel.
“Ayolah, Senior. Apa kau pikir play boy seperti dia hanya memiliki satu nomor saja? Di pasti punya banyak untuk menghubungi semua pacar-pacarnya. Lagipula, aku sudah beberapa kali mencoba menghubunginya akhir-akhir ini, tapi hanya mesin penjawab yang muncul,” jawab Joy kesal.
Gadis itu duduk dengan santai di atas bean bag, sambil melihat apa yang dilakukan oleh seniornya.
“Baiklah. Kalau begitu, kau harus membantuku melihat setengahnya. Dengan begitu akan lebih mempersingkat waktu,” ucap Samuel, seraya mengulurkan sebuah perangkat keras.
Tanpa menyahut, Joy pun meraih Macbook dari tangan Samuel, dan mulai menggulirkan layarnya ke atas dan bawah.
Sudah sekitar dua jam mereka telah duduk dengan gadget masing-masing. Namun, belum ada di antara keduanya yang menemukan petunjuk mengenai kontak milik bos sky night.
“Ini benar-benar sulit. Aku menyerah. Mataku bahkan sudah terasa kabur gara-gara mencarinya,” keluh Joy.
“Apa ku bilang tadi. Ini akan cukup sulit. Tapi aku menemukan sebuah pesan yang menarik. Ku kira ini bisa menjadi petunjuk. Tapi, pesan ini hanya berjalan searah, dan tak ada balasan dari lawan bicaranya. Ini aneh,” ungkap Samuel.
“Benarkah?” tanya Joy penasaran.
Gadis itu lalu bangun dari duduknya, dan mendekat ke arah komputer yang saat ini tengah dioperasikan oleh sang senior.
Dia mencoba melihat pesan-pesan yang dikirim oleh pelayan sky night kenalannya, dan mencermati isinya.
Sekilas nampak tak ada yang aneh, hanya saja memang obrolan itu berjalan searah, tanpa adanya balasan dari lawan bicara.
Namun, tiba-tiba Joy melihat sebuah pesan yang sepertinya dia tahu apa maksudnya.
[Burung pipit itu datang lagi]
Begitulah isi pesannya.
Joy melihat waktu pengirimannya, dan ternyata itu semalam, tepat setelah Evangeline masuk dengan menyamar sebagai kurir restoran pesan antar.
Dia pun lalu mengambil alih mouse dari tangan sang senior dan menggulirkan ke atas.
Dia ingin melihat apa ada lagi hal yang mirip dengan pesan itu di bawah sana, karena dia merasa jika pesan terakhir adalah tentang sang sahabat.
Matanya kembali membola, ketika dia melihat sebuah pesan lainnya yang jelas seperti sedang membicarakan orang yang sama.
[Kucing kecil itu datang lagi. Kali ini dengan pipit yang cantik]
Joy pun semakin melihat ke atas. Hampir semua pesan yang ada, tak ada satupun yang menyebutkan nama, melainkan memakai istilah hewan atau sesuatu yang mewakilinya.
Namun, ada satu sebutan yang menurutnya mirip dengan dirinya. Dia pun terus menggeser layar ke atas dan mencari pesan dengan panggilan yang sama.
[Kucing kecil itu kemari lagi dan bertanya tentang Rubah merah]
[Kucing kecil penolongmu datang]
[Kucing kecil cerewet itu membuat ulah lagi dengan pelanggan]
Matanya semakin terbuka lebar dengan rahang yang mengeras. Keningnga berkerut dan alisnya sampai terangkat ke atas saat menyadari sesuatu hal.
“Ini pesan tentang keberadaanku di sky night,” tunjuk Joy ke arah pesan tersebut.
Samuel menoleh ke arah gadis berambut pendek tersebut, lalu kembali melihat layar.
“Apa kau yakin?” tanya Samuel.
"Coba kau perhatikan pesan dengan name code 'kucing kecil',” seru Joy.
Dia pun lalu menggulir layar hingga ke atas, berusaha mencapai tanggal pertama dia masuk ke sky night.
“Hari ini, hari pertama aku masuk ke sky night, dan aku dengan canggung melihat sekeliling, mencari target kita. Lihatlah pesannya,” ucap Joy.
Dia menunjuk ke sebuah pesan dengan nama yang sama dengan sebelumnya.
[Kucing kecil tersesat di kandang harimau. Dia seperti sedang berburu di antara banyaknya hewan buas]
“Kemudian, perhatikan pesan selanjutnya, tepatnya tiga hari setelah pesan pertama. Saat itu aku berhasil menemukan target kita, dan senior bahkan datang ke TKP dan ikut meringkusnya. Apa kau ingat? ,” lanjut Joy.
Samuel diam, namun mengangguk karena memang dia ingat kejadian tersebut.
Joy lalu kembali menggulir layar ke bawah dan menunjuk pesan berikutnya, dengan nama panggilan yang sama.
[Kucing kecil itu sudah menangkap tikusnya. Ini tidak ada kaitannya dengan para naga]
“Lihat?! Bukankah ini sebuah kebetulan yang aneh. Kucing kecil ini pasti aku. Dan kemungkinan ini adalah nomor bosnya,” tutur Joy yakin.
“Maksudmu, Mike?” tanya Samuel memastikan.
“Siapa lagi?” sahut Joy mantap.
.
.
.
.
Mohon tinggalkan jejak berupa like 👍, komen 📝, atau beri dukungan lainnya
terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments