"Kak, aku minta maaf"
Sejak kejadian kemaren David semakin mengekor padaku. Di pagi hari dia sudah berdiri menungguku di depan pintu seperti satpam dan sekarang dia bahkan menungguku di dapur untuk membuat secangkir teh.
"Sudah kubilang kan. Itu ga masalah!" Begitulah jawabanku. Yah meskipun akan ada masalah besar jika kemaren data itu benar benar hilang. Mungkin aku akan mengutuknya seumur hidup.
David merenggut, "Tapi Kak, itu pasti data yang penting. Kakak pasti kesusahan jika aku benar benar merusak data itu."ujarnya sambil memainkan jari tangannya.
"Sudahlah! Untungnya ga ada yang rusak kan? Sekarang kembali ke pekerjaanmu! Jangan pakai aku sebagai alasan pekerjaanmu berantakan ya!"
Aku sedikit melirik melihat ekspresi David yang masih saja besengut. Aku sih tidak peduli dia mau apa tapi aku harus tetap menjaga image baikku di depan David.
Lalu apa yang bisa kulakukan agar dia kembali bersemangat? Haah.... Kalau saja bukan karena John yang hampir merusak citra baikku, mungkin aku bisa sedikit jahat pada David.
Tapi aku kemudian terpikirkan sesuatu, "David, nanti sepulang kerja temui aku di halte depan." Sekarang David bisa melihat ke arahku dengan wajah penasaran.
"Sepertinya aku juga sedikit panik, jadi kita rileks kan hari ini dengan makan di restoran dekat kantor. Tenang saja, aku yang akan traktir!" Itu sudah jalan terakhir yang terpikirkan olehku untuk membuatnya bersemangat. Tapi dia hanya diam tidak merespon.
"Ada apa David?"
David sedikit panik dia kemudian mulai angkat suara dengan gugup, "Ah, itu. Apa hanya kita berdua?"
Wajahnya memerah dan dia kembali memainkan tangannya. Dia tidak melihat ke arahku dan malah melihat ke arah lain. Ada apa dengannya? Ah! Apa jangan jangan dia merasa aku akan memarahinya?
"Ah bukan. Nanti aku juga akan ajak John! Kalau bukan karena dia mungkin data itu tidak bisa diselamatkan."pikirku tiba tiba. Aku juga tidak tau kenapa aku bisa menyebut nama John.
David menatapku sekilas dan menurunkan kedua tangannya. "Oh begitu ya? Benar juga, harusnya yang lebih pantas itu dia kan?"
Apa lagi yang dia bicarakan? Kenapa wajahnya sekarang malah lebih murung dari sebelumnya. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus melakukan sesuatu.
"David! Aku tau kau itu jenius! Kau tidak mungkin kalah dari John yang sering sekali membuat kesalahan. Jadi jangan merasa kecil dihadapannya. Buktikan kalau kau bisa lebih baik dan hebat darinya!"
Semoga tepukan pelanku di pundaknya bisa membuat dia bersemangat meskipun aku ga tau apa yang baru saja aku bicarakan.
Untungnya dia benar kembali bersemangat. Dia menatapku dengan ceria persis seperti anak kecil yang di permen setelah sakit gigi.
"Kak Jinna benar, aku tidak mungkin kalah dari om om itu! Lagi pula masih belum ada yang Kak Jinna sukai kan?"
Apa? Apa yang dia bilang? Kenapa jadi tentangku? Aku dari awal emang ga berniat mencari pria. Tapi, kenapa wajahku panas?
"M-m-maksudmu apa David? Jangan bercanda ya!" Aku sudah tidak tau lagi harus menjawab David bagaimana. Dia hanya cengengesan melihat aku yang tiba tiba gugup itu. Eh tapi kenapa aku gugup?
"Nanti sore kan Kak! Kakak tidak usah khawatir, aku yang akan mengundang Bang Johan untuk ikut. Kakak jangan terlambat ya?" David melambaikan tangan pergi dari dapur dengan cepat.
Beneran deh! Kenapa aku gugup tadi? Dan kenapa wajahku memanas? Apa aku demam?
* * * *
Aku sudah menunggu hampir 15 menitan di halte bus yang ada tidak jauh dari kantor. Aku bahkan bersedia izin dari tugas malam hari ini demi mereka berdua.
TAPI KENAPA MEREKA MALAH TERLAMBAT!!
Sabar Jinna, sabar! Pikirkan alasan dan keuntungan yang kau dapat dengan melakukan ini. Iya, hanya untuk memperbaiki nama baikku.
Untuk data kemaren yang sudah diselamatkan John, itu masih membutuhkan waktu 2×24 jam untuk bisa kembali di buka karena ada kesalahan sistem keamanan TYO yang jika data di bobol beberapa kali maka data akan di hapus secara permanen oleh sistem.
Artinya jika setelah 2×24 dan aku mesih salah membuka data 3 orang ini, maka seluruh data keberadaan merek di TYO akan dihilangkan.
Aku sekali lagi melihat ke arah jam yang sekarang menunjukkan pukul 17.32. Sebenarnya kemana mereka pergi?
"Ternyata dia ga bohong soal kau mengundangku makan malam?" John akhirnya datang membawa tas ransel yang mungkin saja isinya sebuah laptop.
Aku melihat tas itu dengan seksama, "Kau bawa kerjaan disini?"tanyaku menunjuk ke arah tas di belakangnya. "Lah terus?"
John tak memperdulikan aku. Dia langsung duduk dan membuka isi dari tas ranselnya. Ada beberapa berkas dan yang terakhir seperti yang sudah kuduga. Laptop.
Dia mulai memainkan jarinya di atas keyboard laptop nya membuatku menopang dagu memperhatikannya.
"Kak!"
Suara David dari kejauhan membuatku menoleh. Setelan baju kasual yang menarik. Kemeja putih yang di baluti sweater coklat. Sangat pantas untuknya. Tidak seperti John yang memakai jaket hitam sekadarnya itu. "Kau cocok memakai itu!"pujiku.
"Kakak mencoba menggodaku?"
Eh kenapa aku menggodamu? Apa pujianku seperti godaan cewek murahan?
David masih tersenyum membenarkan posisi duduknya di samping John di depanku. Dia sesekali menutup laptop John usil. Membuat John menatapnya tajam.
"David, jangan mengganggunya! Mungkin dia lagi kejar deadline"ujarku membuat David dan John menatapku aneh.
David tiba tiba tertawa membuat John menutup Laptopnya. Ada apa?
"Maaf maaf, Kakak jangan khawatir dengannya. Dia dari tadi tuh sedang chating-an sama orang indo. Kalo kakak ga percaya coba liat ini!" David membuka kembali Laptop John yang masih menampilkan halaman Chatting.
Tapi kenapa di laptop chatting ya? Dia ga punya handphone?
"Oh begitu ya, aku sendiri ternyata yang khawatir." Bagaimana tidak, dia melihat ke arah Laptop dengan serius jadi kupikir dia bekerja kan.
Eh? Apa jangan jangan selama ini yang dia lakukan di kantor itu chattingan? Kalo benar begitu, itu alasannya dia selalu terlambat mengerjakan tugas kantor. Hiss... Tidak bisa dibiarkan. "Hey John, sepertinya kau su-"
"Buat apa kau memanggilku kesini?"
Eh? Benar juga, aku kenapa memanggil mereka? Ah.... Untuk mentraktir mereka kan? Dan juga....
"Itu, gimana kabar dataku? Apa sudah bisa terbuka?"
Benar, dataku dan juga laptopku ada di John saat ini. Katanya dia akan memperbaiki itu secepatnya. Jadi itu juga alasan lain aku memanggilnya.
"Semuanya sudah beres! Kau bisa mengambilnya di mejaku. Jadi nanti langsung saja ke mejaku!"ujar John tanpa menatapku. Dia sibuk mencari menu yang ingin dia pesan di buku menu.
"Aku boleh pesan kan?"tanyanya kemudian. "Ah boleh, sebagai ucapan terima kasih kalian akan ku traktir hari-."
"Oke, permisi... Aku mau ini satu dan juga ini, ini juga dan sama ini tanpa keju. Oh satu lagi ini di bungkus juga ini..."
Oi oi...berapa banyak yang dia pesan? Apa dia tidak malu meminta traktir segitu banyaknya? Bahkan David belum memegang buku menu itu untuk memesan. "David, Kau mau apa? Pesanlah!"
"Ah, aku terserah Kak Jinna aja deh! Bingung juga milih makanan."
Fyuuuh.... Syukurlah kalo begitu. Kalau gitu kan aku- "Tapi aku tidak suka ada keju, mayones sama kalau bisa pakek sambalnya dikit aja terus aku juga bla...bla...bla.."
Oh sama saja ternyata. Kenapa aku terjebak sama dua orang ini????.....
Setelah berdebat panjang dengan pramuniaga kami pun akhirnya bisa makan malam. Aku tidak tau jika John bisa makan begitu banyak. Dan David yang akan cerewet jika memilih makanan. Huft.... Terkadang aku kasihan dengan istri mereka nanti.
Menurut yang aku tau setelah menjejaki data mereka, mereka ternyata berasal dari negara yang sama di Asia tenggara. Apakah itulah sebabnya mereka bisa langsung akrab meskipun belum seminggu kenal?
Dan entah mengapa aku semakin tertarik dengan mereka. Tapi tenang saja, aku tidak akan melupakan "J" dan meninggalkan alasanku bekerja disini.
Mungkin malah aku akan bisa memanfaatkan mereka untuk membantuku mencari keberadaan "J". Lihat saja!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments