Pria jenius

Dasar cowok arogan itu....!!

Bisa bisanya dia menyuruhku mengerjakan semua bagiannya. Dan dia hanya menatap tajam ke arahku semalaman. Untung saja ada aku saat itu. Kalau tidak, dia mungkin bakal menginap di kantor. Bagaimana bisa dia selalu saja salah melakukan pekerjaannya.

Dan pagi ini, dia langsung fokus pada komputernya sekali lagi. Bahkan dia tidak berterima kasih padaku? Huh! Ngapain aku mikirin dia sekarang? Ga berguna banget!

"Kak Jinna, ngapain bengong disini?"tanya Fero memergokiku menatap tajam ke arah si John.

"Tak apa, tapi kau sendiri kenapa jalan jalan gini? Udah selesai tugasnya?"tanyaku balik pada Fero yang dengan santainya menyapaku di jam kerja.

"Eh, maaf. Aku hanya penasaran dengan anak baru yang direkrut pak boss kemaren. Jadi sekarang aku mau kesana." Fero menunjuk ke arah kerumunan pegawai kantor. Tepatnya didepan pintu masuk.

Aku sebagai pengawas yang tidak bisa melihat keributan itu segera mengikuti Fero menuju pintu masuk.

"Ada apa ini? Kenapa kalian disini? Cepat kembali bekerja!"pintahku yang langsung membubarkan kerumunan itu.

Hanya ada satu pria yang masih tegak berdiri disana. Aku tidak mengenal wajah itu. Apakah dia anak baru yang dibilang Fero tadi?

"Anuu... saya anak baru yang disuruh Pak Yo untuk bertemu dengan Bu Jinna. Boleh saya tau dimana Bu Jinna berada?"tanya anak baru itu dengan halus. Entah kenapa aku merasa sedang berbicara dengan anak kecil yang polos. Cute....

"Ehem! Saya Jinna. Sepertinya saya disuruh untuk mengajarimu ya?"tanyaku yang langsung diangguki anak baru itu.

"Ah iya, saya David. Lulusan terbaik Havard Amerika. Usia 20 tahun. Mohon bantuannya Bu Jinna!"ujarnya menunduk. Sungguh... dia sangat lucu.

"Baiklah.. baiklah.... selanjutnya kau bisa mengamati aku sampai sebulan ini ya!"

Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, dia sudah mengangguk dengan antusias. Wajah baby facenya dan tingkahnya sangat mamadai. Aku bahkan sampai ingin mencubit pipinya karena gemas.

Aku mengajakmya berkeliling kantor sebagai perkenalan. Dia hanya menatap apapun yang aku tunjukkan dengan wajah kagum sampai akhirnya di tempat duduk nya yang bersebelahan langsung dengan meja kerja John.

Aku tanpa sadar melirik John yang terus fokus pada komputernya. Bagaimana bisa dia melakukan kesalahan meskipun sudah sangat serius seperti itu.

"Anu... Bu Jinna? Kenapa kita berhenti disini?"tanya David menyadarkanku.

"Hey anak baru! Dia itu hanya setahun lebih tua darimu jadi panggil Kakak saja seperti kami."saran salah satu karyawan yang mendengar panggilan David tadi.

"Oh begitu ya... memang dari awal Kak Jinna tidak seperti yang saya bayangkan."jawab David ramah.

"Memangnya bayanganmu bagaimana?"

"Saya pikir Bu Jinna itu pengawas gemuk yang sudah memiliki anak karena di data yang saya cari, tahun lahirnya di sembunyikan."

Deg!

Apa?! Dia mencari tau dataku terlebih dahulu sebelum bertemu denganku? B-bukannya itu namanya stalker?

"Oh... jadi kau mencoba mengorek informasiku?"tanyaku membuat senyuman David memudar.

"M-maaf Kak. S-saya hanya tidak sengaja sedikit membobol keamanan TYO. T-tapi saya hanya tau tanggal lahir dan nama Kak Jinna saja kok yang lainnya tidak bisa terbaca. Maaf."serunya gagap dan diakhiri dengan wajah penyesalan yang semakin membuatnya imut.

"O-oke cukup! Ini tempat dudukmu dan jika kau tidak paham sesuatu, kau bisa tanyakan pada Fero yang ada disana." Fero melambaikan tangannya seakan tau aku sedang menunjuknya. David kembali gembira dan segera duduk di tempat duduknya.

"Ingat ya! Tanya ke Fero dan jangan ke John yang ada disampingmu itu kalau kau tidak mau kebingungan. Paham!"bisikku langsung ke telinga David.

David dengan cepat menarik kepalanya menjauh dan menghindari mataku.

"A-ah iya. S-saya akan melakukan yang kakak suruh."ujarnya cepat itu membuatku bingung.

"Baiklah, aku akan kembali ke pekerjaanku jadi kalian jangan ribut oke!"seruku pada semua karyawan yang ada diruangan itu.

"Siyaap~" jawab semuanya santai. Aku pun akhirnya bisa keluar dari ruangan itu dengan tenang. Yah... meskipun aku masih ingin melihat si John itu mengucapkan terima kasih padaku.

* * * *

Secangkir teh mungkin sudah cukup membuatku tenang untuk sementara waktu.

Untung saja dataku yang ada di TYO ini sudah kupalsukan.

Sungguh, David sangat membuatku terkejut dihari pertamanya bekerja. Dia bahkan sampai membobol data dari perusahaan yang mempekerjakannya.

Benar juga, dia lulus kuliah hanya dengan dua tahun. Jelas saja dia anak yang Jenius.

.

.

.

Tunggu! Kemungkinan besar si J itu juga jenius. Dan dia diterima disini karena kejeniusannya itu. Berarti Pak Yo kemungkinan besar tau siapa saja yang jenius dikantor ini yang bisa menjadi bala bantuan bagi mata mata.

Tapi apakah David juga tau kalau organisasi ini adalah mata mata negara? Aku tidak bisa sembarangan menanyainya. Jika dia tidak tau, maka sama saja aku yang membocorkan identitas organisasi ini.

Sebaiknya aku bertanya pada Pak Yo yang membawanya. Tapi akhir akhir ini Pak Yo jarang sekali ke kantor. Eh.... tunggu sebentar. Jika si boss tidak dikantor, berarti ruangan pribadinya kosong kan.

Kenapa baru kepikiran!! Data dalam komputer Pak Yo pasti berisi informasi yang aku harapkan. Oke.... kalau begitu, aku akan mencari jejak si J di ruangan Pak Yo.

* * * *

POV AUTHOR

Setelah Jinna berbalik meninggalkan David, David memberanikan diri manatap punggung Jinna. Wajahnya memerah. Dia memalingkan wajahnya karena tidak ingin wajahnya yang tersipu itu dilihat oleh Jinna.

"Bagaimana bisa? Sepertinya, aku menyukai yang lebih tua."gumam David menutup sebagian wajahnya dengan tangan.

"Hey, Jangan berpikir aneh aneh kau ya."

Dari belakang, David mendengar suara datar yang seakan tau pikirannya. Dia menoleh dan mendapati Johan yang masih melihat ke arah komputer miliknya. Tapi David tau kalau Johan lah yang berbicara padanya.

"Kenapa kak John?"tanya David penasaran.

"Gue tau elo orang indo kan? Jangan macem macem pokoknya. Paham!"ujar Johan masih dengan nada datarnya juga menggunakan bahasa Indonesia supaya tidak ada yang mengerti ucapannya.

"Kau juga orang indo, Kak John?"jawab David reflek juga memakai bahasa indonesia.

"Nama gue Johan. Pasti Jinna yang panggil John tadi. Hey dengar, Apa yang tadi dia bisikkan?"tanya Johan penasaran.

"Memangnya kenapa? Itu kan bukan urusan Kak Johan." David mamalingkan wajahnya tidak perduli dengan Johan.

"Cih, Bocah kampung."gumam Johan yang membuat David sontak mengebrak meja dan berdiri mempelototi Johan.

David sangat tidak menyukai orang yang dengan seenaknya merendahkan keluarganya.

"Ada apa David?"tanya Fero terkejut.

"Huh!"

David kembali duduk dan mulai mempelajari dokumen dokumen yang ada di mejanya. tapi berbeda dengan Johan yang dari tadi fokus pada komputernya, sekarang malah bangkit dan berjalan melewati belakang David.

Johan menepuk pundak David dan berbisik, "Bocah, bersikaplah seperti bocah."

David hanya bisa menatap kesal pada Johan yang sudah menjauh.

"Bocah?"tanyanya kesal.

* * * *

Johan berjalan menuju dapur kantor setelah puas membuat David kesal. Sesekali dia melirik karyawan lain dengan tatapan tajamnya.

Tapi dengan paras tampannya yang meskipun tanpa ekspresi itu, beberapa karyawan wanita hanyut dalam tatapannya. Bukannya takut dan menjauh tapi malah suka dan mendekati Johan.

Bukan Johan namanya kalau menanggapi sapaan para karyawan itu. Dia hanya terus berjalan seakan tidak mendengar apapun.

Karyawan pria yang melihat tingkah para karyawati itu kesal pada Johan yang tidak memanfaatkan wajah tampannya sama sekali.

Johan sesekali mendengar gerutuan para pria itu. Tapi dia tidak merespon sama sekali. Seakan kopi dapur sudah tidak sabar menunggunya.

Sesaat sebelum masuk ke dalam dapur, Johan mendadak bersembunyi dibalik tembok. Dia melihat Jinna yang tersenyum sendiri dengan wajah liciknya. Itu kedua kalinya Johan melihat wajah Jinna yang tidak ramah.

Saat di ruang kerja Pak Direktur, Johan mendengar dengan jelas umpatan Jinna tapi dia berlagak tidak mendengar karena akan sangat merepotkan baginya.

Dan sekarang Jinna yang sedang memegang gelas kopi yang ingin diminum Johan itu malah bersenyum licik seakan berhasil meracuni orang lain.

Johan melihat bayangan seseorang di belakang Jinna yang juga sepertinya ikut memperhatikan Jinna.

Jinna dengan segera pergi melewati Johan yang sedang bersembunyi. Diikuti dengan pria yang tadi bersembunyi juga. Untung saja kedua orang itu tidak menyadari keberadaan Johan.

"Kenapa Joe mengikutinya? Dan kemana dia pergi?"batin Johan memperhatikan gerak gerik mencurigakan pria yang adalah Joe si atasan Jinna.

Johan akhirnya mengikuti Joe yang mengikuti Jinna. Hingga mereka bertiga sampai di depan ruangan Presdir.

Jinna memastikan tidak ada orang disekitarnya dan akhirnya masuk ke dalam ruangan Presdir. Sedangkan Joe, dia hanya mengawasi Jinna dari luar pembatas kaca ruangan Presdir.

"Ngapain mereka?"batin Johan bingung dengan apa yang dia lihat.

.

.

.

To be continuous......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!