Sandi

Jinna POV

Si*lan! Kenapa semua dokumen karyawan pada di kunci???? Sumpah! Seketat itu kah pengamanan disini? Lagi pula siapa pula orang yang akan berani membuka komputer presdir yang penuh cctv ini?

Yah.... meskipun bisa diubah di ruang security sih. Tapi... Kenapa juga menyusahkan diri banget si Pak Yo ini?? Bahkan sampai sandi antar karyaman berbeda beda pula! Gila!

Aku ga bisa lama lama berada disini. Lebih baik kusalin semua data yang ada di sini lewat USB ku. Mungkin membutuhkan waktu, tapi tidak ada cara lain.

Ruangan ini sangat aneh. Full kaca satu sisi sebagai pembatasnya. Dari dalam hanya kaca cermin. Tapi dari luar, seperti kaca tembus pandang.

Mereka bisa melihat apa yang di kerjakan Presdir disini, sedangkan si boss malah tidak bisa melihat apapun dari ruangannya.

Karena ruangan inilah, aku semakin takut kalau mungkin ada orang yang melihatku berada disini.

Tring ting...ting...

Kata "Success" akhirnya muncul di layar komputernya. Aku pun bergegas merapikan kembali isi komputernya dan mencabut USB ku.

Aku segera berjalan menuju pintu dan perlahan membukanya.

Krieet.....

"John!!"

Betapa kagetnya aku melihat John yang terduduk di depan pintu dengan luka baru di wajah dan memar di tangannya.

"John! Kau tak apa?"tanyaku mengulurkan tangan untuk menolongnya.

"I'm Johan. Not John! You know!" John menepis tanganku dan sekali lagi mengatakan kata kata legendarisnya.

Apa salahnya dengan nama John? Lagipula mulutku ini tidak terbiasa mengucapkan namanya.

Meskipun kesal dengan tingkahnya tapi... dia saat ini terluka. Aku tidak bisa membiarkannya.

"Banyak luka diwajahmu! Kau harus mengobatinya!"ujarku menarik tangan John menuju klinik di lantai bawah.

* * * *

John meringis kesakitan meskipun aku sudah mengobatinya dengan perlahan. Kami sudah duduk di atas ranjang Klinik.

Aku tidak tau apa yang dipikirkan para perawat disana sampai harus menyuruhku untuk mengobati John sendiri.

"Ah! Jangan bergerak! Bagaimana bisa selesai kalau kau terus bergerak seperti itu!"ujarku yang mulai tak sabar menghadapi Johan yang payah pada obat luka itu.

"Tunggulah sebentar lagi. Disana sangat sakit."keluhnya memegangi tanganku. Wajahnya yang menahan sakit itu.... emm... yah... menurutku.... sedikit tampan.

"Memangnya siapa yang berkelahi denganmu sampai kau terluka begini?" Aku mengalihkan pandangan karena tak mau melihat wajahnya. "Apa urusannya denganmu? Bukannya David yang lebih kau khawatirkan?" John mengucapkan kata kata aneh yang membuatku bingung.

"Apaan sih? Dia kan hanya junior yang dibawa Pak Yo. Lagi pula sedang apa kau tadi ada disana?"jawabku kesal. Tapi... kenapa aku harus menjelaskan itu?

"Kau juga kenapa ada disana?"

Deg!

Benar juga, jika John bisa terluka di depan ruang Presdir berarti dia melihatku mengutak atik komputer Presdir kan? Kenapa harus kepergok dia sih? Kalau yang lain kan bisa ku bodohi. Tapi kalau dia...

"I-itu.... aku disuruh Pak Yo untuk mengirimkan salah satu dokumen di komputernya. Iya, seperti itu."jawabku asal meskipun tau John tidak akan mempercayainya.

"Oh begitu, ga heran juga sih kalau itu si Y- maksudku si Presdir."

Eh? Jadi.... dia percaya?? Dia ini apa emang bodoh dari awal? Syukurlah kalau begitu.

"Tapi kenapa si J-"

"Johan? Kenapa bisa sampai terluka begini?"

Veny, salah satu karyawan senior seketika melepaskan tangan John yang masih memegang tanganku.

Dia terlihat sangat cemas hingga memperhatikan luka John dengan teliti. Ini pertama kalinya aku melihat Veny si Primadona kantor itu mengkhawatirkan orang lain.

"Ayo kita ke Rumah sakit! Kau harus-"

"Stop it, flat chest!"

Deg!

John? B-bagaimana bisa dia mengatakan hal itu langsung pada Veny? Meskipun aku juga tau ukuran dada Veny kecil. Tapi.... Aaagrrh....!!!! Mau mati rasanya.

Veny hanya diam setelah ajakannya ditolak mentah mentah. Aku pun juga tidak bisa berkata apa apa. John sudah membuat suasana menjadi canggung.

"Pergilah!" Dengan santainya John menarik tanganku dan kembali menempelkan kapas yang kupegang ke atas lukanya.

Veny mematung. Dia seperti tidak terima dengan sikap John. Tangannya mengepal erat seakan ingin menonjok. Tapi kemudian dia berbalik dan dengan cepat pergi dari Klinik.

John memang pria yang tidak bisa di tebak jalan pikirannya. Dan aku hanya bisa pasrah mengobati John kembali.

* * * *

Hari sudah malam dan sebagian pegawai kantor sudah pulang. Untungnya John hanya terluka ringan dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sekarang waktunya aku untuk membongkar berkas yang susah payah ku pindah tadi.

Laptop pribadiku sudah ku siapkan karena tidak mungkin membuka file berbahaya itu di komputer kantor. Dan ada alasan lain yang membuatku harus menggunakan laptop pribadiku.

Ribuan berkas tersusun di file flashdisk yang ku pasang. Sekarang tinggal membuka satu persatu isi data tersebut.

Tapi sepertinya aku hanya perlu membuka data karyawan dengan inisial J saja. Dan terdapat lebih dari 100 data yang berinisial J. Haduuuuh..... Kenapa banyak banget?!

Berbagai kode sandi yang mengunci dokumen itu satu persatu akhirnya terbuka setelah perjuangan membobolnya yang tidak mudah. Jelas saja, mana ada perusahaan hacker yang keamanannya bisa dibobol hacker itu sendiri.

Tapi aku sih beda....

Plak!

Sudah cukup dengan haluan ini.... Sekarang tinggal 3 data karyawan lagi yang belum dibobol. Milik Juwita, Pak Joe dan..... Jenifer. Selain ketiga orang ini sandinya sangat mudah bagiku untuk membobolnya.

Tapi kenapa data mereka bertiga sangat sulit dibobol? Kalau Pak Joe masih bisa di tolerir karena dia adalah atasan tapi kalau Juwita dan Jenifer?

Jenifer yang sering di sebut si attacker sistem itu tidak lebih hebat dari pada David si anak baru sedangkan Juwita- tante tante yang petakilan didepan Pak Yo itu bahkan lebih parah. Tapi kenapa mereka ga bisa kubuka datanyaaaa.......

Sepertinya kepalaku bisa meledak memikirkan semua hal itu.

Trak!

"You really look burned out."

Kaget aku!

John tiba tiba membawakan kopi dan duduk di sebelahku. Refleks aku pun menutup laptopku dan memelototi John yang sudah bersiap membuka laptopnya.

"Ada apa? Lanjutkan kerjaan mu." Dengan santai John mulai memainkan jarinya di atas keyboard laptop. Dia tidak meminta pendapatku terlebih dahulu untuk duduk di ruang pribadiku?! Dan bagaimana dia bisa sesantai itu masuk ke ruangan yang hanya aku yang boleh masuk itu?

"Apa maksudnya ini?"

"Aku hanya mulai mengerjakan tugasku. Apa itu salah?"

"Bukan itu! Ini ruangan pribadiku kan? Kenapa kau ada disini di jam segini hah?!"

"Kenapa? Kau mau memakiku? Silahkan! Aku pun sudah tau sifat aslimu kan?"

Deg!

Kata kata dingin John membuatku diam sesaat.

"Me-Memang kenapa kalau kau tau sifat asliku? Kau mau mengancam ku? Kau bahkan tidak punya teman untuk mengadukannya kan? Memangnya kalau kau mengadu, kau akan dipercaya? Lagipula dibandingkan dengan sifat jelekku, sifat baikku itu lebih banyak, kau tau!!"

Benar, lagipula siapa yang akan mendengarkan cowok dingin yang tidak punya sopan santun sepertinya. Dia pasti akan berhenti mengikutiku setelah ini.

Hahaha..... Itu yang ku pikirkan sebelum tau sifat liciknya yang satu lagi di keesokan harinya.

"Benarkah itu Jinna?! Kau bahkan mengusir Johan saat dia meminta bantuan di ruanganmu? Apakah itu sikap yang pantas di tunjukkan oleh seorang pengawas?"ocehan wanita yang setahun lebih tua dari ku itu langsung menghancurkan pikiran naifku semalam.

John hanya tersenyum tipis di belakang wanita menjengkelkan itu. Aku ingin sekali memukul wajahnya itu tapi yang jelas bukan sekarang.

"Begini kak Veny, kemaren John dengan sengaja masuk tanpa izin ke ruangan ku, jadi tanpa sadar-"

"Kau mengusirnya karena kau lebih tinggi jabatannya?!"

Tunggu selesai ngomong dulu bangs-

Fyuuh... Jinna sabar..... Kau harus mempunyai hati seluas 4 kali lapangan sepak bola kalau masih mau bekerja disini.

"John, bisa kau jelaskan kesalahpahaman ini?" John tau kalau aku tidak menggunakan kekuasaanku saat itu, iya kan?

"Maaf Bu pengawas, saya hanya meminta tolong untuk urusan kantor tapi anda bahkan memaki saya. Salah saya apa ya??"

Tidak, bukan begitu.... Tidak ada yang percaya dengan wajah bodohnya yang berpura pura itu kan? Kalian bahkan pernah menganggapnya aneh. Kenapa sekarang kalian seperti itu?

John dengan aktingnya yang luar biasa sanggup membuat karyawan lain merasa iba padanya. Kenapa dia seperti itu????

"Jinna, perbaiki sikapmu! Jika Pak Joe melihat ini, mungkin kau akan di turunkan dari posisimu. Dan Johan, untuk sementara waktu, kau boleh bertanya padaku untuk urusan pekerjaan itu."ujar Veny, wanita yang baru saja dihina John kemaren. Aku heran, kanepa dia masih membelanya meskipun telah dihina seperti itu.

Veny dan semua karyawan yang berkumpul akhirnya bubar menyisakan aku dan John yang masih berdiri mamatung di dapur kantor lantai 2.

Aku kemudian melirik tajam ke arah John yang juga ternyata sedang memandangiku.

Dia sedikit memiringkan kepalanya dan menyeringai seakan meledek ucapan ku kemaren malam.

Dia berjalan melewatiku dan sedikit berbisik. "Kau itu sangat lucu ya? Aku suka dirimu."

To be continued....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!