SETENGAH MANUSIA

Akhirnya aku menang. Aku setuju pada syarat yang diajukan paman Bown, agar aku diasingkan, sebagai bentuk antisipasi jika terjadi sesuatu di luar kendali.

Dengan iming-iming hadiah aku tidak akan pernah menua seperti ayahku yang mulai keriput dan ubanan, aku menerima segala syarat dan resikonya, termasuk mati.

Dengan berat hati paman Bown membawaku ke sebuah pulau kecil yang hanya ada hutan lebat di dalamnya. Aku diminta untuk meminum cairan itu di sana, dan jika aku mati, maka aku setuju untuk ditinggalkan di sana agar bangkai ku dimakan hewan buas.

Soal ayah, aku sama sekali tidak khawatir. Laki-laki itu tidak akan pernah terlalu larut dalam kesedihan karena kehilanganku. Dia lebih terobsesi pada kegiatan bisnisnya dari pada kepadaku.

"Kau yakin akan melakukannya, Raja?" tanya paman, menatapku cemas.

"Jangan khawatir, Paman. Aku akan baik-baik saja."

"T-tapi, kau harus di ikat. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi setelah kau meminum cairan itu, bukan."

"Ya, Paman. Jangan cemaskan aku. Letakkan saja cairan merah itu di sampingku, lalu kunci kedua kakiku." Aku beranjak duduk, memposisikan kakiku di atas balok kayu pasung bagian bawah.

Dengan berat hati paman Bown menutup balok kayu tersebut dan menguncinya menggunakan rantai panjang. Laki-laki itu kemudian menaruh cairan merah yang berfungsi sebagai penetralisir, menyelipkannya di sudut, agar aman dan tidak tumpah kalau saja aku tiba-tiba menjadi tak terkendali.

"Kau membuat aku merasa seperti penjahat psikopat yang bersiap menyiksa tawanannya." Paman Bown mengeluh dengan wajah suram.

"Tenanglah, Paman. Jangan terlalu cemas."

"Aku akan mengunjungimu dalam waktu tujuh hari. Usahakan untuk menjaga akal sehatmu agar kau bisa meminum cairan penetralisirnya kalau-kalau sesuatu terjadi padamu," pesan Paman Bown.

Aku kembali mengangguk. "Kita akan bertemu lagi tujuh hari ke depan, dalam keadaan yang sama atau bahkan lebih baik."

Paman Bown tersenyum, mengangguk dengan setengah hati.

Aku mengangkat botol kecil berisi cairan hijau kekuningan, menyorongkannya ke arah paman Bown.

"Bersulang, Paman."

Paman Bown tersenyum masam. Aku membalas senyumnya dengan tawa, bersiap mempertaruhkan nyawa antara mati dan menjadi abadi.

Aku menenggak cairan encer itu dalam dua kali teguk. Rasanya hambar. Seperti meminum air putih biasa.

"Bagaimana?" tanya Paman Bown.

"Sempurna," jawabku.

"Apa yang kau rasakan?"

Aku menggeleng. "Tidak ada."

"Mungkin belum, Raja."

Aku mengangguk. "Mungkin ya, mungkin juga tidak." Aku tersenyum puas.

“Jangan terlalu percaya diri dulu. Kita belum akan tahu reaksinya, Raja. Apa pun masih mungkin terjadi dalam waktu beberapa hari ke depan. Di dalam data yang kau retas pun, tidak di jelaskan kapan dan bagaimana reaksinya akan mulai muncul," kata paman Bown, menatapku cemas.

"Jangan khawatir, Paman. Aku benar-benar tahu apa yang sedang aku hadapi."

Paman Bown menggeleng.

"Kau terlalu serius, Paman. Sekarang, lebih baik tinggalkan aku sendiri di sini. Jika aku baik-baik saja, aku Akan menemuimu satu minggu lagi di gudang. Jika aku tidak kembali dalam batas waktu 10 hari, maka ambilah kapal mu. Tetapi kalau kau tidak dapat menemukan kapal ini di mana pun saat kesini, maka segeralah pergi menjauh dan jangan pernah mendekati area ini lagi." Aku memberitahu paman.

Paman Bown menatapku kosong. Dia lalu berjongkok, memelukku erat untuk terkahir kali. "Kau benar-benar bodoh!" bisiknya.

"Justru karena aku punya otak yang luar biasa maka aku berani mengambil resiko ini. Jangan khawatir. Pergilah paman. Orang-orang akan mencarimu. Jangan sampai mereka mencurigaimu sedang pergi bersamaku. Fan tolong sampaikan salam sayangku pada ayah jika aku tidak kembali nanti," kataku. Paman Bown mengangguk patah-patah, kemudian segera berbalik dan melangkah pergi. Laki-laki itu melompat menaiki perahu motor kecil dan pergi tanpa menengok ke belakang lagi. Kapal besar dengan seluruh perbekalan ditinggal untukku.

Aku terlentang di anjungan kapal, tempat kakiku terpasung. Aku mendongak, melihat langit-langit kapal, menyesal kenapa memilih tempat membosankan ini sebagai tempatku terpasung.

Merasa aman, aku bermaksud untuk berpindah tempat. Aku meraba-raba kunci di sakuku, membuka rantai yang mengikat balok pasung. Aku berdiri, melemaskan otot-otot kaki dan berjalan ke geladak kapal untuk melihat pemandangan di luar.

Berdiri di tepi kapal, perlahan aku mulai merasakan panas membakar tenggorokan ku, merayap masuk ke dalam perut, lalu menjalar ke seluruh tubuh. Aku menarik nafas panjang. Mungkin ini reaksi yang ditimbulkan, yang menandakan bahan kimianya mulai bekerja. Lima menit berlalu, rasa panas terbakar itu semakin menjadi. Tulang-tulang ku terasa remuk, setiap tarikan nafasku terasa sangat berat dan sesak. Aku segera berlari pergi, bermaksud mengikat kembali kakiku di dalam pasungan.

Baru lima langkah berlari, aku jatuh berlutut. Kakiku seolah tiba-tiba saja lumpuh. Tulang-tulangku tak terasa. Otot kakiku melemah. Menyusul tulang dan otot di sekujur tubuhku.

Aku merintih, bergelung. Tanganku mencengkeram kaus yang menempel di dada, tetapi genggamanku lemah.

Segalanya mulai tampak hijau. Langit, pepohonan, kapal, bahkan udara kosong terlihat buram dan menghijau. Mataku masih terbuka, memindai setiap apa yang ada di depanku. Telingaku juga masih berfungsi dengan sangat baik. Bahkan jauh lebih baik dari biasanya. Mungkin insting pertahanan diri menajamkan telingaku agar bisa mendengar setiap langkah berbahaya yang mendekat, mengingat pandanganku mulai berkurang.

Aku beringsut, tapi tubuhku seolah menolak seluruh tindakan yang diperintahkan oleh otakku.

Ini salah. Ini tidak seperti yang aku harapkan. Seharusnya reaksinya tidak seperti ini. Seharusnya cairan itu membuat sel-sel darahku membeku, berhenti bertumbuh, dan menjadi abadi. Dalam pesan itu tidak dijelaskan bahwa reaksinya akan melumpuhkan seperti ini. Apakah aku salah menebak. Apakah aku salah meminum cairan.

Aku teringat pada cairan merah yang berfungsi untuk menetralisir. Tapi tubuhku terlalu lemah untuk bergerak. Otot-ototku tak lagi berfungsi. Secepat ini cairan laknat itu bereaksi melumpuhkanku, meremukkan tulangku, menghentikan kekuatan otot-ototku.

Aku tidak mampu lagi berbuat apa pun. Yang bisa aku lakukan hanya bergelung lemah dan berkedip. Rasa panas itu semakin menjadi, tetapi aku bahkan tidak mampu untuk sekedar berteriak kesakitan. Aku lumpuh. Lumpuh dalam rasa sakit yang membakar dan menghujam, tanpa bisa berbuat apa pun. Bahkan menolong diriku sendiri pun aku tak mampu. Aku sedikit menyesal kenapa aku tadi nekat berjalan-jalan keluar, menjauh dari cairan penetralisir.

Tidak. Aku tidak bisa menyesalinya. Inilah resiko yang harus aku tanggung. Seharusnya aku sudah siap. Seharusnya air mataku tidak boleh menetes. Seharusnya aku tahu resiko mati itu pasti ada.

Aku akan mati. Tubuhku akan dimangsa, mungkin oleh burung pemakan bangkai. Inilah akhir ku. Inilah akhir hidupku. Akhir dari Raja peretas yang handal yang belum pernah sekalipun mengecewakan CEP sejak pertama kali aku bergabung dengan mereka.

Maafkan aku, Ayah. Maaf aku harus pergi meninggalkanmu. Aku yakin kau akan bahagia bersama kelompokmu. Kehilanganku mungkin akan sedikit mengejutkanmu, tapi tidak akan terlalu mengganggumu.

Mungkin kau pikir aku kawin lari dengan seorang wanita dan membina keluarga bahagia di luar sana. Mungkin kau pikir aku sudah muak menjadi budak kalian menjelajah dunia maya dan menjarah harta para koruptor, merampok penyelundup-penyelundup narkoba dan menangkap pelaku-pelaku perdagangan manusia. Ya. Kau akan berpikir aku seperti itu, Ayah. Kau tidak akan cemas.

Pandanganku semakin buram. Kelopak mataku pun mulai melemah. Warna hijau telah berganti kekuningan dan dalam beberapa detik telah menjadi coklat gelap, kemudian hitam.

Aku tahu inilah saatnya kepergianku. Segalanya telah berubah hitam kelam. Aku tidak bisa melihat apa pun lagi meski mataku masih terbuka setengah. Telingaku juga mulai berdengung, suara-suara menjauh pergi dariku. Dan dalam hitungan detik, segalanya telah berakhir. Kegelapan menelanku seutuhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!